Indonesian
Saturday 20th of April 2024
0
نفر 0

BOHONG

BOHONG


Pendahuluan
 
Berkata bohong adalah salah satu perbuatan dosa besar dan sifat tercela, yang harus dijauhi dalam pergaulan masyarakat. Selain itu, berdusta akan menjatuhkan pandangan, prinsip dan harga diri manusia di mata orang lain. Bohong adalah benih yang tanpa landasan, serta benih keraguan di dalam masyarakat. Tidak mungkin ada kehidupan dalam suatu masyarakat yang anggotanya satu sama lain tidak memiliki landasan.
Masalah dusta merupakan permasalahan yang banyak diterangkan oleh ayat dan maupun hadis, yang isinya memuat peringatan dan ancaman bagi orang yang berkata bohong, disertai penjelasan berbagai sisi dampak dan bahayanya.
Fokus pembicaraan Al-Quran dan hadis tentang masalah bohong dan berdusta ialah bahwa perbuatan buruk ini akan membawa dampak-dampak yang negatif dan sangat berbahaya. Dan sifat ini pada dasarnya menjadi sumber dari sekian banyak perbuatan dosa lainnya. Memang berbohong adalah pekerjaan mudah, dan dalam praktiknya tidak memerlukan usaha berat. Akan tetapi, sangat disayangkan, banyak orang yang memanfaatkannya demi mencapai tujuan dan maksud mereka.
Pada prinsipnya, hal ini layak diperhatikan dengan saksama bahwa ukuran melakukan setiap pekerjaan di mata orang (baik perbuatan dosa atau bukan), bergantung pada kesungguhan dan usahanya, yang dengannya ia harus menanggungnya. Selain itu, ukuran lain adalah keuntungan atau kesenangan yang akan mereka peroleh bergantung pada usaha.
Dengan demikian, jika setiap pekerjaan yang dengan sedikitnya usaha, seseorang bisa memperoleh keuntungan dan kesenangan, akan menjadi hal yang penting dan menjadi pusat perhatian. Namun sebaliknya, sedikit sekali orang yang memikirkan dampak yang membahayakan dan menutup mata atas keuntungan, kesenangan pribadi, dan material yang mereka dapatkan. Melalui penjelasan ini,kami menjelaskan bahwa ada satu pekerjaan atau sifat buruk dan tercela, yang jika dilakukan tidak membutuhkan usaha keras, tetapi bahayanya besar, yaitu dosa berbohong atau berdusta. Mungkin saja, seseorang dengan satu kali bohong dapat mengantarkan dirinya pada tujuannya dalam waktu yang cepat. Dalam hal ini, jarang sekali seseorang memikirkan akibat buruk dan bahaya perbuatannya itu.
Pembahasan bohong merupakan masalah sensitif, dan di mata para imam as., hal itu merupakan suatu penyakit masyarakat yang ganas. Oleh karena itu, ayat-ayat Al-Quran menyatakan tentang kewajiban menjauhi perbuatan dosa ini serta balasan bagi yang melakukannya adalah kemarahan Allah dan siksa neraka. Hadis-hadis Rasulullah saw. dan para imam maksum as. juga menjelaskan tentang keburukan sosialnya.
 
Definisi Bohong

Bohong atau dusta adalah menampakkan sesuatu di luar kenyataan dan kepercayaan manusia. Ada dua syarat bohong, yaitu (1) apa yang keluar dari lisan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, dan (2) tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan, keyakinan dan kepercayaan seseorang. Jadi, apabila seseorang mengatakan sesuatu yang di luar kenyataan, tetapi menurut ia sendiri hal itu adalah kenyataan sebenarnya, maka hal ini bukan termasuk berbohong.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya, adalah sebagaimana ucapan seseorang bisa bohong, maka perilaku seseorang pun bisa bohong. Misalnya, seseorang menyembunyikan perilakunya, supaya orang percaya bahwa dia orang yang berkepribadian dan berwibawa, padahal sebenarnya tidak demikian. Jadi, dalam hal ini, ada bohong dalam bentuk ucapan dan ada, juga dalam bentuk perbuatan. Pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa bohong ialah menampakkan sesuatu di luar kenyataan dan kepercayaan manusia, itu mencakup dua hat tersebut.
 
Bohong Menurut al-Quran

Telah kami katakan, banyak ayat yang secara khusus menerangkan tentang bohong dan membahasnya dari berbagai sisi. Berikut ini kami sebutkan sebagiannya saja:
1.Di dalam surat al-Hajj ayat 30, setelah memperingatkan para penyembah berhala, kemudian Allah memerintahkan agar menjauhi ucapan bohong, “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis dan perkataan-perkataan yang dusta.”
2.Dalam surat an-Nahl ayat 105, Allah swt. menerangkan sebab berkata bohong adalah tiadanya iman, “Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Kami. Mereka itulah para pendusta.”
3.Berdasarkan ayat Al-Quran, orang yang berkata bohong itu tidak layak diberi hidayah dan petunjuk Allah. Sangat jelas, jika tidak mendapatkan hidayah Allah, niscaya seseorang akan tersesat dan berakibat buruk baginya, “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan yang sangat ingkar.” (QS az-Zumar:3); “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS al-Mukmin:28)
4.Orang yang tidak mendapatkan hidayah Allah akan menerima kutukan-Nya. Dalam surat Ali Imran ayat 61, disebutkan tentang peristiwa mubahalah antara Rasulullah saw. dengan kaum Nasrani Najran, “Dan kita meminta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” Pada ayat lain, “Sesungguhnya laknat Allah atasnya, jika ia termasuk orang-orang yang dusta.” (QS an-Nûr:7)
 
Bohong Menurut Riwayat Hadis

Di sini akan kami kutipkan hadis-hadis Rasulullah saw. dan para imam as. tentang dampak dan akibat bohong bagi pelakunya, antara lain:
1. Banyak hadis menerangkan bahwa bohong dapat menghilangkan iman.
Rasulullah saw. bersabda, “Banyak bohong akan menghapus iman.”
Beliau juga bersabda, “Jauhilah bohong, karena bohong menjauhkan keimanan.” (Kanz al-‘Ummal, juz 3, h.620, hadis 8206)
Imam Ali as. berkata, “Jauhilah bohong, karena ia jauh dari keimanan. Dan sesungguhnya kejujuran itu adalah jalan kehormatan, keselamatan dan kemuliaan, sedangkan kebohongan berada di tepi kehancuran dan kebinasaan.” (al-Bihâr, juz 77, bab 14, hadis ke-2)
Imam Baqir as. berkata, “Sesungguhnya bohong itu merusak iman.” (al-Kâfi, juz 2, h.339, hadis ke-4)
Sebagian riwayat mengatakan, pada hakikatnya orang mukmin itu jauh dari sifat pembohong. Boleh jadi, jarang sekali kita menemukan orang mukmin yang tidak pemah berbuat bohong (meskipun hanya sekali). Akan tetapi, ia bukan tukang bohong (yang secara prinsip pekerjaannya adalah berbohong).
Sebuah riwayat dari Hasan bin Mahbub, sahabat Imam Shadiq as., berkata, “Aku bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Shadiq) as., ‘Mungkinkah orang mukmin itu kikir?’ ‘Ya (mungkin),’ jawab Imam. Aku bertanya lagi, ‘Mungkinkah ia jadi pembohong?’ ‘Tidak, dan tidak mungkin. Demikian juga bukan pengkhianat,’ jawab Imam. Kemudian, beliau melanjutkan, ‘Orang mukmin bisa berwatak apa saja, kecuali khianat dan bohong.” (al-Bihâr, juz 75, bab 58, hadis ke-11)
2. Bohong merupakan faktor penyebab keburukan dan dosa-dosa.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya bohong itu akan mengantarkan kepada kekejian dan kekejian mengantarkan ke neraka.” (al-Bihâr, juz 72, bab 114, hadis ke-24)
Imam Hasan Askari as. berkata, “Semua yang kotor diletakkan di satu rumah, yang kuncinya adalah bohong.” (al-Bihâr, hadis ke-48)
3. Bohong adalah akhlak paling buruk dan keji
Imam Ali as. berkata, “Hati-hatilah dari berbohong, karena (kedudukan) bohong itu serendah-rendahnya akhlak yang buruk, bagian dari yang keji dan contoh dari yang hina.” (al-Bihâr, juz 78, bab 16, hadis ke-158)
Imam Ali berkata pula, “Akhlak terburuk adalah bohong dan munafik.” (al-Ghurar, juz 4, h.166)
Imam pernah berkata, “Tidak ada perangai yang lebih buruk daripada berdusta.” (al-Ghurar, juz 6, h.370)
Rasulullah saw. bersabda, “Kejahatan paling besar adalah lisan pembohong.” (al-Bihâr, juz 21, bab 29, riwayat 2, h.211)
“Pengkhianatan besar yaitu tatkala engkau berkata kepada saudaramu, ‘ia mempercayaimu, padahal kamu berbohong padanya.’” (Kanz al-‘Ummal, juz 3, h.620, hadis 8210)
Imam Ali as. berkata, "Jujur itu amanat, sedangkan bohong itu khianat." (ai-Bihar, juz 69, bab 38, hadis ke- 35)
Beliau juga berkata, “Ucapan yang terburuk ialah perkataan bohong.”
Imam pernah berkata, “Tanda iman ialah jujur meskipun membahayakanmu, yang lebih Kamu pilih daripada bohong meskipun bermanfaat bagimu.”
Imam Shadiq as. berkata, “Sesungguhnya orang berakal itu tidak (akan pernah) berdusta, meskipun bermanfaat baginya.”
 
Jujur dalam Pandangan Al-Quran dan Hadis

Telah kita pahami masalah bohong menurut Al-Quran dan hadis. Selanjutnya, akan kami terangkan sedikit tentang nilai dan kedudukan jujur.
Di dalam Al-Quran, setelah mengajak orang mukmin untuk bertakwa, Allah memerintahkan mereka agar selalu bersama orang-orang jujur, “Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama dengan orang-orang yang jujur.” (QS at- Taubah:119)
Dalam ayat lain, Allah akan memberi pahala untuk orang-orang jujur di hari kiamat kelak. Allah berfirnan, “Inilah hari yang menguntungkan bagi orang-orang jujur, pahala kejujuran mereka adalah surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya, Allah meridhai mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS al-Mâidah: 119)
Rasulullah saw. bersabda, “Di antara kalian, orang yang paling dekat denganku di hari pembalasan esok, adalah yang paling jujur perkataannya.”
Imam Ali as. bersabda, “Jujur itu mulia.”
Beliau juga berkata, “Jujur itu saudara keadilan.”
Imam Shadiq as. berkata, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak mengutus seorang nabi, kecuali untuk berkata jujur dan menunaikan amanat.”
 
Bohong yang Diperbolehkan

Tidak diragukan lagi bahwa terdapat keburukan, cela dan dosa dari perbuatan bohong. Namun tidak sedemikian mutlaknya bahwa bohong itu buruk dalam segala hal dan bebas dari segala syarat. Akan tetapi, jika untuk kemaslahatan yang besar dan sangat amat mendesak, terdapat bohong yang dibolehkan. Saat itu, kita berada di antara dua pilihan, apakah bohong akan kita tinggalkan dan kemaslahatan besar kita buang, ataukah memilih kemaslahatan dan dengan terpaksa kita berbohong? Kita harus memilih satu di antara keduanya.
Oleh karena itu, keburukan dan keharaman bohong berhadapan dengan kemaslahatan yang lebih besar.
Dengan alasan ini, akan kami terangkan perkara-perkara yang diperbolehkan berbohong atasnya.
 
1. Keadaan Darurat (Sangat Penting dan Mendesak)

Terkadang terjadi, untuk mempertahankan jiwa, harta dan harga diri dari marabahaya, tiada yang dapat dilakukan kecuali berbohong. Dalam kondisi seperti ini, bohong diperbolehkan. Al-Quran ingin menghibur orang-orang yang berada dalam paksaan dan tekanan, supaya mengucapkan kata-kata kafir, tetapi hati mereka tetap dalam keimanan kepada Allah, dengan mengatakan: “Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tenang dalam keimanan.” (QS an-Nahl:l06)
Rasulullah saw. bersabda, “Tiada sesuatu (yang diharamkan), melainkan telah Allah halalkan bagi orang yang dalam bahaya dan terpaksa.”
Jadi sebagaimana telah diterangkan, bahwa keterpaksaan tersebut sampai pada tingkatan kesulitan yang sangat berat dan tidak mampu menanggungnya, seperti kesulitan menjaga harta, jiwa atau harga diri. Namun, untuk mengatasi kesulitan yang bersifat parsial dan tidak penting maka tidak dapat kita katakan terpaksa kita berbohong.
 
2. Pendamaian

Untuk mengatasi dan menghilangkan perselisihan, pertikaian dan permusuhan di antara orang-orang (misalnya dalam keluarga, antara teman dan sebagainya), jika untuk mencapai perdamaian dan kesepakatan antara mereka tiada jalan lain kecuali melalui jalan bohong, maka dalam kondisi seperti itu bohong tidak masalah. Demikian sebaliknya, jika kejujuran menimbulkan api kebencian dan permusuhan di antara mereka semakin berkobar, maka hal ini akan rnenjadi perkara yang buruk dan tercela.
Rasulullah saw. bersabda kepada Ali as., "Wahai Ali, sesungguhnya Allah menyukai kebohongan dalam rangka pendamaian dan membenci kejujuran dalam rangka perusakan.”
 
3. Bohong untuk Siasat Perang

Salah satu taktik pertahanan yang disepakati Islam, ialah menipu musuh. Dalam arti, melalui jalan menipu, kita dapat menghantam sistem pertahanan musuh atau dapat menggoyang kondisi pertahanan dan kesiapan mereka. Berdasarkan ini, maka suatu ucapan atau pekerjaan yang dapat menipu musuh meskipun dengan bohong, di medan perang diperbolehkan. Rasulullah saw. bersabda, “Tipuan itu (dibolehkan) dalam peperangan.”
 
4. Bohong Bercanda

Tatkala bersenda-gurau, orang-orang suka berkata bohong. Jika mereka ditanya mengapa berbohong? Mereka akan mengatakan, “Kami tidak berbohong, kami hanya bercanda.” Jadi harus kita perhatikan, bahwa antara bohong bercanda dan bohong sungguhan dilihat dari sisi buruk dan kekejiannya, terdapat perbedaan di antara keduanya.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya bohong itu tidak bermaslahat, baik sungguhan dan maupun bercanda.”
Beliau juga bersabda, “Celakalah bagi yang berkata bohong untuk membuat suatu kaum tertawa, celaka baginya dan celaka baginya.”
Imam Baqir as. berkata, “Hati-hatilah bohong yang kecil dan yang besar, yang sungguhan maupun bercanda.”
 
Tauriyah atau Menyembunyikan Makna Sebenarnya

Akhir pembahasan yang berkaitan dengan bohong, ialah masalah tauriyah. Tauriyah diartikan sebagai suatu ucapan yang mempunyai dua makna, yaitu makna hakiki dan bukan hakiki. Ketika pembicara bermaksud mengatakan sesuatu yang bermakna hakiki, namun oleh si pendengar dipahami dengan makna yang lain. Tauriyah, pada hakikatnya bukanlah bohong. Akan tetapi, gambaran dan pemahamannya mirip dengan bohong. Dalam kondisi ketika kita tidak ingin berkata jujur, tetapi pada saat yang sama kita juga tidak mati berkata bohong, maka kita dapat berbuat tauriyah. Misalnya, seseorang sedang mencari salah satu di antara kalian, dan kalian tidak mau memberitahukan kepadanya di mana sebenarnya ia berada. Kemudian kalian menjawabnya, “Tadi aku lihat ia di masjid.” Bisa jadi kalian telah melihatnya selama seminggu di masjid, dari sisi ini kalian benar. Akan tetapi si penanya menyangka, sampai sekarang kalian melihat dirinya berada di masjid karena itu ia bergegas mencarinya di masjid.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Dahsyatnya Kasih Sayang Allah
Arti Sifat Rabb, Malik dan Illah
Ketika Imam Shadiq as Memaknai Allahu Akbar dan Wajhullah
Apa yang menjadi sebab Rasulullah Saw mati diracun?
Berapa banyak surah dalam al-Qur’an yang menggunakan nama-nama para Nabi Ilahi?
DIALOG ANTARA MUSLIM DAN KRISTEN [13]
Nabi Daud: Ya Allah, Tunjukkan Kawanku di Surga
Menengok Sahabat Nabi (Kritik atas Kritik Hadis II)
Tauhid : Fondasi Keluarga Muslim
Menilik Hikmah Adanya Kiamat

 
user comment