Indonesian
Thursday 25th of April 2024
0
نفر 0

Mahasiswa Indonesia di Iran Diharap Peran Besarnya Membangun Bangsa

Mahasiswa Indonesia di Iran Diharap Peran Besarnya Membangun Bangsa

 Guru besar yang juga mantan wakil rektor UIN Alauddin Makassar Prof. DR. H. Abd. Rahim Yunus, MA dalam pertemuannya dengan sejumlah mahasiswa dari Indonesia Timur yang sementara menuntut ilmu di kota Qom Iran selasa malam (25/4) mengatakan, “Ilmu adalah kajian akademik, yang bisa didapat dan dituntut dari mana saja. Sehingga pada dasarnya semua ilmu dimana saja memiliki kesamaan, baik secara epistomologis, ontologis maupun aksiologis. Yang hasilnya bagaimana mengembangkan karakter, membangun otak dan kecerdasan intelektual serta membangun kecerdasan emosional dan spritual diri. Adalah suatu kebahagiaan melihat, mahasiswa-mahasiswa Indonesia tersebar dibanyak negara untuk menimba ilmu, khususnya ilmu keislaman, di Mesir, Yaman, Arab Saudi sampai ke Iran.”

“Saya melihat keberadaan mahasiswa Indonesia di Iran memiliki potensi yang sama, sebagaimana mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang juga belajar di luar negeri lainnya, yaitu bagaimana kelak memanfaakan ilmu yang telah dituntut untuk bisa semakin memperkaya khazanah keislaman di tanah air. Islam yang tentu saja memiliki spirit untuk membangun negara. Islam yang menjunjung toleransi dan membangun kesepahaman bersama untuk memperkokoh Islam Nusantara yang rahmatalil ‘alamin.” Tambahnya.

“Memang disayangkan, di masyarakat kita masih berkembang pemahaman dikotomi dari mana ilmu itu diperoleh. Namun Alhamdulillah di Sulawesi sendiri masih banyak intelektual dan pakar-pakar yang masih mengedepankan pemikiran akademik. Bahwa ilmu bisa diperoleh dari mana saja untuk kemudian membawanya kembali ke tanah air untuk dikembangkan dan memberi kontribusi positif. Apalagi kalau ilmu itu ilmu Islam. Dimana saja belajarnya, sumbernya tetap sama, yaitu dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Memang terdapat perbedaan dalam memahami, namun itu semestinya dipandang sebagai khazanah keilmuan yang bisa semakin memperkaya sudut pandang, bukan untuk dipertengkarkan yang hanya akan membuang banyak energi sia-sia.” Ungkap Ketua DPD Jam’iyyatul Islamiyah Provinsi Sulawesi Selatan tersebut.

“Seperti misalnya, pengalaman dari UIN Alauddin Makassar sendiri. Ketika Jalaluddin Rahmat yang seorang pakar mengambil doktornya di UIN Alauddin, sejumlah kelompok tidak menerima bahkan melakukan gerakan penolakan. Namun intelektual dan para pakar di UIN menolak sikap pandang dikotomi yang seperti itu. Saya salah seorang pengujinya saat itu yang kerap kali didatangi oleh mereka, namun saya jelaskan, dunia akademik itu bebas dari cara berpikir yang dikotomis. Dunia akademis tidak bisa dicampuri dengan sudut pandang kepentingan aliran-aliran tertentu. Selama bisa dipertanggungjawabkan secara akademis dan ilmiah, maka sebuah lembaga pendidikan harus menerimanya. Dengan sikap intelektual semacam itu dari pakar-pakar kita di Sulawesi Selatan, Jalaluddin Rahmat berhasil meraih gelar doktornya dengan tesis mengenai Sunnah sahabat dari sudut pandang Syiah. Bahkan dengan pendekatan metodologi tersebut justru memperkaya metodologi yang selama ini telah digunakan.” Tambahnya.

Wakil Ketua MUI Sul-Sel lebih lanjut menambahkan, “Hal ini saya sampaikan, untuk kita ketahui bahwa siapapun yang menimba ilmu dari manapun harus kita hargai, harus kita respon dan hormati sebanyak apapun perbedaan-perbedaan yang ikut bersamanya. Perbedaan bukan untuk ditakuti dan dipandang sebagai ancaman, namun untuk dikelola supaya bisa memberi rahmat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, ikhtilaf pada ummatku adalah rahmat. Tidak mungkin dengan sejarah yang panjang, sejak Nabi Muhammad Saw sampai sekarang, kita hanya memiliki satu sudut pandang yang sama. Karenanya, alumni-alumni dari Iran sebagaimana juga alumni-alumni dari Mesir dan negara-negara Timur Tengah lainnya diharap untuk bisa menghasilkan karya-karya yang mampu menjawab tantangan-tantangan zaman yang bisa membuat negara kita makin maju.”

“Saya melihat pemikir-pemikir Islam Iran juga tidak kalah dari pemikir-pemikir Islam di negara lainnya. Sebagai salah seorang pengurus MUI Sul-Sel, dalam setiap kegiatan pengkaderan ulama, kami juga menjadikan kitab tafsir dari ulama Iran diantaranya Tafsir Al-Mizan karya Allamah Thabathabai sebagai bahan kajian, yang juga merupakan salah satu referensi Prof. Quraish Shihab dalam menyusun kitab tafsir al-Misbahnya. Ini menunjukkan perbedaan dan varian-varian ilmu Islam yang ada, yang dituntut dan ditimba dari banyak negara dari Mesir, Yaman, Arab Saudi, Iran dan negara-negara Islam lainnya sesungguhnya bisa dikelola untuk semakin memperkaya khazanah keislaman kita di tanah air. Kita susun varian-varian yang beragam itu, untuk membentuk Islam Nusantara yang toleran, dan saling meghargai perbedaan.” Jelasnya.

“Jika mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Iran mampu menghasilkan karya yang membangun bangsa, sebagaimana kita lihat para intelektual dan pakar Islam di Iran memberi kontribusi besar dalam memajukan negaranya, tentu saja tanpa diminta, kelak akan banyak yang tertarik untuk turut menimba ilmu di Iran.” Ungkapnya mengakhiri pembicaraan.

Pertemuan kekeluargaan yang berlangsung tiga jam tersebut dihadiri 15 mahasiswa Indonesia Timur yang sementara menimba ilmu di kota Qom Iran. Pertemuan tersebut diselingi dengan shalat berjamaah yang diimami oleh Prof. DR. H. Abd. Rahim Yunus dan makan malam bersama.

Prof. DR. H. Abd. Rahim Yunus, MA bersama dengan beberapa guru besar dan dosen dari sejumlah Universitas dan Sekolah Tinggi Islam di Indonesia Timur berada di kota Qom Iran untuk mengikuti kegiatan short course Delegasi Pimpinan Universitas Islam Swasta (Kopertais VIII Wilayah Timur Indonesia) selama 11 hari (23 April-3 Mei 2017). Selain bersilaturahmi dengan sejumlah ulama Iran seperti Ayatullah Makarim Shirazi, Ayatullah Araki, Ayatullah Jawadi Amuli dan Ayatullah A’rafi rombongan juga akan mengunjungi sejumlah lembaga pendidikan di Qom dan Masyhad. Termasuk dalam rombongan, Pimpinan STAI As’adiyah Sengkang KH. Dr. M. Yunus Pasenreseng Andi Padi M. Ag dan Dr. H. Zulkifli Musthan, M.Si dari Insitut Ilmu Al-Qur’an Jannatu Adnin Kendari, juga perwakilan dari Manado, Palu, Kolaka dan Papua Barat.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Jangan Biarkan Terjadi, Islam dan Al-Qur’an Kelak Tinggal Nama
Pasang Bendera "Ya Hussein", 5 Warga Saudi Dipenjara 21 Tahun
Klaim Aksi Mendemo Ahok Didukung Erdogan, Dubes Turki Membantah
Belum Terima Trump Jadi Presiden, Demo Meluas di Amerika
Jakarta; Tuan Rumah Seminar “Moderasi dalam Al-Quran dan Sunnah”
Ahok Divonis 2 Tahun Tahanan, Presiden Jokowi Minta Semua Pihak Hormati Putusan Majelis ...
Musuh Ingin Sulut Perang Sektarian di Negara Ini
Peziarah Iran di Samara Menjadi Target Bom Kelompok Teroris
Ormas Ahlulbait Indonesia Gelar Aksi Dukung Kemerdekaan Palestina
300 Biskop Turki Putar Film Muhammad Rasulullah Saw

 
user comment