, Ate Center for Justice menyelenggarakan acara tahlil mengenang 40 hari wafatnya aktivis kemanusiaan, Ahmad Taufik (Ate). Selain tahlil dan doa, acara diisi dengan diskusi/testimoni bertema “Apapun yang pahit telah kita lakukan,” serta pembacaan puisi-puisi warisan Ate.
Terselenggara di aula Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Senin (1/5), acara dihadiri para aktivis, tokoh politik, mahasiswa, serta masyarakat umum lainnya.
Ate dikenal sebagai jurnalis dan aktivis yang getol menyuarakan kebebasan pers sejak masa pemerintahan Orde Baru. Ia pernah dipenjara pada masa Orde Baru lantaran menerbitkan majalah Suara Independen di bawah naungan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang ia dirikan bersama rekan seperjuangan. Ia juga dikenal sebagai wartawan senior Tempo. Belakangan, Ate juga menekuni profesi sebagai pengacara. Bersama teman-temannya dari Unisba, ia mendirikan LBH Keadilan sebagai salah satu dari sekian wadah perjuangannya.
Semasa hidup di penjara, Ate menuliskan banyak puisi tentang rintihan keadilan dan kemanusiaan. Salah satu puisinya dibacakan oleh Ramdansyah, Sekjen Partai Idaman yang hadir di acara tahlil kali ini.