Indonesian
Thursday 25th of April 2024
0
نفر 0

Mubahalah, Bukti Kebenaran Islam

Mubahalah, Bukti Kebenaran Islam

Tanggal 24 Dzulhijjah yang dalam penanggalan Islam dikenal dengan Hari Mubahalah. Hari dimana pendeta-pendeta Kristen datang untuk bersumpah dengan Nabi Muhammad Saw untuk membuktikan mana yang paling benar. Tapi pribadi-pribadi yang diajak oleh Rasulullah Saw membuat mereka takut dan membatalkan niatnya untuk bermubahalah dengan Rasul Saw dan keluarganya.

Hari Mubahalah dari satu sisi merupakan hari pengambilan sumpah antara Rasulullah Saw dengan Ahlul Baitnya dan pengikut Kristen kota Najran. Sementara dari sisi lain, hari ini merupakan hari diturunkannya ayat ‘al-Tathir" pensucian Ahlul Bait. Ketika ayat ini diturunkan oleh Allah Swt, Nabi Muhammad Saw mengajak Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as dan berkata, "Allahumma Haaulaai Ahli" yang artinya, "Ya Allah! Mereka ini adalah keluargaku".

Pada tahun kesepuluh Hijrah, Nabi Muhammad Saw mengirimkan surat kepada pengikut Kristen di Najran. Dalam surat itu beliau mengajak mereka untuk beriman kepada Allah yang Maha Esa dan memeluk Islam. Bila mereka tidak ingin melakukan hal itu, maka mereka harus membayar jizyah (pajak) kepada umat Islam dan tetap pada agamanya. Bila pilihan kedua ini tidak juga diterima, maka mereka harus bersiap perang melawan umat Islam.

Mendapat kiriman surat itu, warga Kristen Najran berkumpul di gereja besarnya bermusyawarah untuk mencari solusi atas surat Nabi itu. Sebagian menolak menyerah di hadapan usulan Nabi termasuk Sayid, tokoh Kristen Najran dan ‘Aqib, Uskup Kristen Najran, sementara Abu Haritsah, Uskup Agung Najran yang berusia 120 tahun menerima apa yang tertera dalam surat Nabi.

Setelah melakukan musyawarah maraton selama dua hari, mereka akan membacakan buku "al-Jami'ah" yang menyebutkan sifat-sifat nabi pasca Nabi Isa as dan Shahifah Nabi Syits as. Di hadapan umat Kristiani dan utusan Nabi Muhammad Saw, mereka membacakan sebagian dari buku al-Jami'ah. Setelah mendengar dan menerima isi buku tersebut, mereka memutuskan untuk mengirim 70 orang, termasuk Abu Haritsah pergi ke Madinah untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Para pengikut Kristen Najran akhirnya tiba di Madinah dan bertemu dengan Nabi Saw. Dalam pertemuan itu Nabi memberikan bukti-bukti akan kebenaran kenabiannya, tapi mereka bersikeras untuk tidak menerimanya. Akhirnya Nabi Muhammad Saw mendapat perintah untuk melakukan Mubahalah (sumpah). Kemudian Malaikat Jibril as turun menghadap Rasulullah Saw dan Allah menurunkan ayat 61 dari surat Ali Imran.


Allah Swt berfirman yang artinya:
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.

Akhirnya disepakati untuk melakukan Mubahalah dan Sayid serta ‘Aqib kembali ke tempat karavan mereka yang berada di luar Madinah. Mereka lalu bermusyawarah dengan yang lain. Sebagian dari ulama mereka mengatakan, "Bila keesokan harinya Muhammad beserta sahabat dan orang banyak untuk bermubahalah, maka cara yang dipakai adalah cara raja-raja. Bila hal ini yang dilakukannya, kalian tidak perlu takut. Tapi, bila hanya orang-orang tertentu dari keluarganya yang dibawa, maka itu cara para nabi."

Keesokannya, ketika matahari mulai meninggi Nabi Muhammad memegang tangan Ali bin Abi Thalib dan keluar dari rumah. Imam Hasan dan Husein diperintahkannya berjalan di depan dan Sayidah Fathimah az-Zahra berjalan di belakang. Mereka berjalan hingga sampai di bawah sebuah pohon yang telah ditentukan. Sebelumnya, Nabi memerintahkan agar tanah di bawah pohon itu dibersihkan dan beliau membeberkan abaahnya sebagai penghalang sinar matahari. Umat Islam Madinah mulai berdatangan dan pengikut Kristen juga mulai memenuhi tempat itu bersama anak-anaknya. Nabi lalu mengutus seseorang kepada Sayid dan ‘Aqib guna memberitahu mereka bahwa kami telah siap.

Abu Haritsah, Uskup Agung Najran datang bersama rombongan dan berkata, "Engkau bersama siapa saja yang ingin melakukan Mubahalah dengan kami? Nabi Muhammad Saw menjawab, "Saya bersama manusia terbaik di muka bumi dan di sisi Allah. Karena aku diperintahkan oleh Allah untuk membawa mereka besertaku." Nabi kemudian mengisyaratkan keluarganya yang bersamanya.

Sayid, ‘Aqib dan Abu Haritsah saat melihat Nabi dan rombongan yang menyertainya langsung merasa ketakutan dan wajah mereka langsung pucat. Abu Harits yang punya kecenderungan kepada Islam memanfaatkan kesempatan itu dengan memegang tangan Sayid dan ‘Aqib dan menasihati mereka akan akibat dari Mubahalah. Ia mengatakan, "Kalian telah membaca sifatnya dan keluarganya di buku-buku. Muhammad adalah Nabi. Apakah kalian tidak melihat awan hitam, perubahan sinar matahari, pohon yang tunduk, suara ayam dan asap hitam yang berada di sekitar gunung serta dampak gempa yang terlihat dari sana? Mereka sedang menanti untuk berdoa. Demi Allah, bila mereka membuka mulutnya, maka tidak ada lagi sisa dari kita. Pergilah, dan berdamai dengannya."

Mereka kemudian memutuskan untuk mengutus Abu Haritsah kepada Rasulullah Saw. Begitu sampai kepada Nabi, Abu Haritsah mengucapkan syahadat dan memeluk Islam. Setelah itu, kepada Rasulullah ia berkata, "Warga Najran telah menyesal." Nabi berkata, "Mereka harus memeluk Islam!" Abu Haritsah menjawab, "Mereka tidak mau." "Kalau begitu mereka harus siap berperang," tandas Nabi. Abu Haritsah kemudian menjawab, "Mereka tidak mempunyai kekuatan untuk berperang. Tapi mereka siap memberikan jizyah."

Nabi kemudian memanggil Imam Ali as dan berkata, "Sampaikan kepada mereka syarat-syarat orang Ahli Dzimmah dan berapa yang harus mereka bayar." Setelah menentukan jumlah jizyah yang harus dibayarkan oleh rakyat Najran, Imam Ali as membawa mereka kembali kepada Rasulullah Saw. Setelah itu, Rasul berkata, "Bila kalian bersedia melakukan Mubahalah dengan saya dan Ahlul Bait-ku, maka wajah kalian akan diubah menjadi kera dan babi. Lembah ini kemudian akan menjadi api yang membakar kalian. Setelah itu, tidak lebih dari setahun seluruh pengikut Kristen akan lenyap dari muka bumi."

Pada Hari Mubahalah juga terjadi peristiwa luar biasa. Karena itu Imam Ali as tengah melakukan shalat di Masjid Nabawi. Ketika tengah melakukan rukuk, seorang peminta-minta menengadahkan tangannya kepada beliau. Imam Ali as langsung menjulurkan tangannya sebagai isyarat agar peminta-minta itu mengambil cincin yang ada di jarinya sebagai sedekah. Menyusul perilaku itu, Allah Swt menurunkan ayat al-Quran surat al-Maidah ayat 55.

Allah Swt berfirman yang artinya, "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)."

Ketika ada yang bertanya kepadanya tentang makna ayat ini, Imam Ali as menjawab dengan mengutip surat an-Nahl ayat 83, "Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya." Imam berkata, "Ketika turun ayat 55 surat al-Maidah, sebagian sahabat Nabi berkumpul di masjid Nabawi. Sebagian dari mereka berkata, "Apa yang kalian katakan tentang ayat ini?" Sebagian lain menjawab, "Bila kita mengingkari ayat ini, maka kita harus mengingkari banyak ayat yang lain. Tapi bila kita mengimani ayat ini dan menerimanya, maka kita menjadi sangat terhina. Oleh karenanya, kita tampakkan saja bahwa kita mencintainya, tapi kita membangkang apa yang diperintahkannya." Setelah itu Allah menurunkan ayat an-Nahl ayat 83.(IRIB Indonesia)

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Sabda Nabi saw: “Ali dariku dan aku dari Ali”
Mengapa Qabil membunuh Habil?
Hadis Madinah Al-Ilm (Kota Ilmu)
Peristiwa-peristiwa alam saat dan sesudah Imam Husein (as) terbunuh
Kepergian Sang Pemandu Umat, Imam Baqir as(2)
Ujian dan Pertolongan dari Allah bagi Para Kekasih-Nya
Berapa kalikah nama Nabi Isa disebutkan dalam al-Quran?
Apa arti “Fatimah” itu? Dan mengapa Rasulullah Saw memilih nama ini untuk putri ...
Mengapa dalam al-Qur’an disebutkan “Fabassyirhum bi’adzâbin alîm” padahal ...
Pemaaf dan Sabar, Akhlak Nabi dan Orang-orang Saleh

 
user comment