Selama menetap di Baghdad, Imam Jawad as benci dengan
perilaku Makmun dan akhirnya beliau meminta izin kepada
Makmun guna menunaikan ibadah haji dan dari sana beliau
pergi ke Madinah dan berhenti di sana hingga Makmun
meninggal dunia.
Pasca kekhalifahan Makmun, saudaranya Mu'tasim menjadi
khalifah. Ia tidak dapat menahan kebenciannya setiap
kali mendengarkan kesempurnaan dan keutamaan akhlak
Imam Jawad as. Akhirnya ia memanggil Imam Jawad as agar
tinggal di Baghdad. Ketika hendak berangkat, beliau
harus berpisah dengan anak tercintanya Ali an-Naqi dan
kuburan kakeknya Rasulullah Saw. Imam Jawad as tiba di
Baghdad pada 28 Muharram 220 Hq.
Mu'tasim mengetahui bahwa Ummul Fadhl tidak begitu suka
kepada Imam Jawad as. Karena beliau lebih memperhatikan
ibu Imam ali an-Naqi as. Oleh karenanya, Ummul Fadhl
senantiasa mengadukan beliau kepada Mu'tasim. Bahkan
hal ini telah dilakukan berkali-kali di masa hidupnya
Ma'mun, tapi tidak didengarkan olehnya. Ma'mun tahu
benar mengganggu Imam Jawad as tidak maslahat bagi
kekhalifahannya.
Pada akhirnya, Mu'tasim berhasil meyakinkan Ummul Fadhl
untuk membunuh Imam Jawad as. Untuk itu ia mengirimkan
racun kepada Ummul Fadhl agar dicampurkan ke dalam
minuman beliau. Akhirnya Imam Jawad as syahid pada 29
Dzuqadah 220 Hq akibat racun yang diberikan istrinya.