Indonesian
Thursday 28th of March 2024
0
نفر 0

Mengenal Karakteristik Unggul Imam Husein as

Mengenal Karakteristik Unggul Imam Husein as



Kota Madinah pada 3 Sya’ban tahun 4 Hijriah menjadi tuan

rumah kelahiran anak dari keluarga Nabi. Keluarga yang

kerap disebut Rasulullah sebagai Ahlul Bait Nabi pasca

turunnya ayat Tathir. Nabi pun senantiasa mengucapkan

salam kepada keluarga ini. Di hari yang berbahagia

tersebut, Nabi berdiri di samping pintu rumah Fatimah.

Beliau menunggu terbitnya cahaya Husein as. Ketika dunia

diterangi cahaya suci Husein, nabi kemudian berkata,

Asma’ bawa kesini anakku! Asma’ menjawab, Ya Rasulullah!

Aku belum membersihkan bayi ini dan menyiapkannya. Dengan

penuh keheranan Nabi bertanya, Kamu membersihkannya?

Asma’ kemudian memandang Nabi dan akhirnya ia memahami

pertanyaan beliau. Asma’ pun membawa Husein kepada

Rasulullah. Nabi kemudian merangkul cucunya, menciumnya

dan secara perlahan berbicara kepadanya.

 

Husein adalah kecintaan Rasulullah. Ia akan tenang ketika

dalam pelukan Nabi dan hati Rasulullah akan gembira saat

bertemu dengan Husein. Masa kecil Husein dilalui dengan

kenangan manis bersama kakek tercintanya, Rasulullah.

Terkadang pundak Rasulullah menjadi tempat duduk Husein

dan terkadang tangan beliau menggandeng sang cucu kesana

kemari. Semua orang menyaksikan ciuman Rasulullah ke

wajah Husein. Nabi berbicara dengan Husein menggunakan

bahasa anak-anak serta sangat menyayanginya.

 

Terkait kasih sayangnya yang besar terhadap Husein, Nabi

dengan transparan menjelaskan, “Kasih sayang yang Aku

limpahkan kepada Husein, lebih besar lagi dari apa yang

kalian saksikan.” Sabda Nabi ini telah mengarahkan

manusia pada hakikat bahwa kasih sayang yang dilimpahkan

Rasulullah kepada anak kecil ini, bukan sekedar kecintaan

keturunan dan keluarga, namun sebuah kecintaan Ilahi.

Telah jelas bahwa Nabi bukan manusia biasa. Menurut al-

Quran, seluruh perilaku dan ucapan Nabi bukan bersumber

dari pribadi dan hawa nafsu, seperti yang dijelaskan

dalam Surat An-Najm ayat 3-4 yang artinya, “Dan tiadalah

yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa

nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang

diwahyukan (kepadanya).”

 

Oleh karena itu, Allah Swt berfirman dalam Surat al-Ahzab

ayat 21 yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri)

Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Kecintaan besar

Rasulullah Saw kepada Husein banyak dimuat di berbagai

kitab, bahkan kitab-kitab dari Ahlu Sunnah pun banyak

menukilnya.

 

Di antaranya adalah sebuah riwayat yang menyebutkan,

sekelompok orang bersama Rasulullah pergi bertamu, Nabi

pun berjalan di depan dan mendahului kelompok ini. Di

tengah jalan, Nabi bertemu dengan Husein. Nabi ingin

memeluk Husein, namun cucunya tersebut lari kesana

kemari. Nabi menyaksikan tingkah laku cucunya dan

kemudian mengejarnya. Ketika berhasil memegang Husein,

Rasul kemudian memeluk dan menciumnya. Selanjutkan Nabi

menghadap kepada masyarakat dan bersabda, “Husein dariku

dan Aku dari Husein. Siapa saja yang mencintai Husein,

maka Allah akan mencintainya.” (Hadis ini diriwayatkan

dari Musnad Ahmad jilid 4, Sunan Ibnu Majah jilid 1 dan

Manaqib Ibn Sharashub jilid 3)

 

Imam Husein memiliki karakteristik unggul di berbagai

dimensi. Imam bahkan unggul dari manusia lain di seluruh

kesempurnaan, keutamaan dan ibadah. Imam Husein memiliki

ibadah dan penghambaan khusus, karena sejak masih berada

di kandungan ibunya, Fatimah as hingga kepala beliau

dipenggal oleh jahiliyah Umawiyah, Imam Husein senantiasa

sibuk dengan memuji dan bertasbih kepada Allah Swt serta

bacaan al-Quran terus terdengar dari mulut suci beliau.

Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad, putra beliau

menceritakan tentang ibadah sang ayah dan bersabda,

“Ayahku, Husein bin Ali bin Abi Thalib menghabiskan waktu

malamnya dengan ruku’, sujud dan berdoa kepada Allah Swt.

Setiap malam, ayahku banyak mengerjakan shalat.”

 

Imam Husein adalah penjaga ajaran agama dan sunnah

Rasulullah. Beliau dengan gigih memajukan tujuan dan misi

suci Islam. Salah satu karakteristik Imam Husein adalah

cinta kebebasan dan membenci kezaliman. Beliau adalah

pahlawan yang tidak pernah bersedia berdampingan dengan

kezaliman dan depotisme. Beliau dikenal sebagai peletak

metode kebebasan dan nilai-nilai kemanusiaan, di mana

seluruh pencinta kebebasan dan anti kezaliman serta

pejuang di jalan keadilan harus mengambil teladan

darinya.

 

Sikap anti kezaliman dan keberanian Imam Husein tercermin

nyata ketika dipaksa untuk berbaiat kepada Yazid bin

Muawiyah yang jelas-jelas fasid dan melakukan dosa secara

terang-terangan. Beliau bersabda, “Husein tidak akan

tunduk pada kehinaan...”Menghormati kepribadian seseorang

merupakan karakteristik unggul lain Imam Husein. Dalam

hal ini Imam akan berbuat sedemikian hati-hati dalam

menegur kesalahan orang lain sehingga orang tersebut

tidak akan merasa malu akan kesalahannya tersebut.

 

Diriwayatkan bahwa Imam Husein menyaksikan seseorang

melakukan kesalahan dalam berwudhu dan orang tersebut

membutuhkan bimbingan wudhu yang benar. Namun karena

takut membuat malu orang tersebut, Imam akhirnya

memikirkan cara yang lebih baik supaya tidak menyinggung

orang ini. Imam Husein kemudian mengajak saudaranya, Imam

Hasan as untuk berlomba wudhu dan meminta orang tersebut

sebagai wasit. Dengan demikian Imam telah memberikan

pelajaran wudhu yang benar secara tidak langsung kepada

orang ini.

 

Akhirnya orang tersebut memahami kesalahannya dan

mendapat pelajaran wudhu yang benar. Orang tersebut

berkata kepada kedua cucu Rasulullah, “Kalian berdua

telah wudhu dengan benar, dalam hal ini Aku yang keliru

dan tidak memahami kewajibanku dengan benar. Kalian

berdua dengan tepat telah memberi pelajaran kepadaku

bagaimana wudhu yang benar.”

 

Imam Husein juga terkenal sangat menghormati hak-hak

orang lain. Diceritakan seorang bernama Abdurrahman telah

mengajari surat al-Fatihah kepada salah satu anaknya,

kemudian Imam memberinya hadiah seribu dinar dan seribu

pakaian serta berbagai hadiah lainnya. Orang tersebut

sangat takjub dengan pemberian Imam. Imam Husein yang

menyaksikan kondisinya, lantas berkata, “Semua hadiah ini

tidak berarti dengan apa yang telah kamu lakukan.”

 

Karakteristik lain Imam Husein as adalah kelembutan

beliau kepada orang lain dan suka bersahabat, khususnya

kepada mereka tertimpa kemurungan dan kesedihan dalam

mengarungi kehidupan yang pasang surut ini, atau mereka

menghadapi kesulitan besar dan menemui jalan buntu.

Diceritakan Imam Husein pergi mengunjungi Usamah bin

Zaid. Sesampainya di rumah Usamah, Imam menyaksikannya

dalam kondisi murung dan sedih. Imam kemudian bertanya

kepada Usamah apa yang menyebabkannya terlihat begitu

sedih. Usama pun kemudian mengungkapkan kesedihannya

dihadapan Imam Husein.

 

Usamah berkata, “Aku memikul hak orang lain di pundakku.

Aku berhutang kepada orang lain dan Aku berharap selama

masih hidup mampu mengembalikan hutang tersebut. Aku

tidak ingin mati dengan membawa beban hutang.” Setelah

mendengar penuturan Usamah, Imam Husein langsung

memerintahkan untuk melunasi hutang Usamah. Saat itulah,

Usamah dengan hati lapang meninggalkan dunia yang fana

ini.

 

Salah satu karakteristik unggul lain Imam Husein adalah

infak secara ikhlas baik itu infak secara terang-terangan

maupun sembunyi-sembunyi, kepada orang yang tak dikenal

atau tidak. Malam hari Imam Husein tak segan-segan

memanggul bahan makanan dan kebutuhan hidup bagi mereka

yang membutuhkan dan anak-anak yatim serta meletakkannya

di depan pintu rumah mereka.

 

Oleh karena itu, di hari Asyura, terlihat bekas-bekas di

pundak beliau yang menunjukkan bahwa beliau sering

memanggul barang berat. Ketika Imam Sajjad ditanya sebab

dari bekas-bekas tersebut, beliau berkata, “Itu adalah

bekas dari memanggul sedekah dan hadiah secara sembunyi-

sembunyi yang dipikul ayahku pada malam hari dan

diberikan kepada anak yatim serta orang-orang

miskin.”

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Puasa Ramadhan dalam tradisi Islam Syiah (bag satu)
Ciri-Ciri Dikuasai Hawa Nafsu
Larangan Allah Mendekati Perbuatan Keji
Dalil Naqli Dan Aqli Adanya Penyerangan Rumah Fatimah sa
Kumpulan Fatwa Rahbar Seputar Taqlid
Di manakah letaknya gua Ashabul Kahfi?
Pengorbanan nan Indah di Mata Al-Aqilah
Amalan Hari Raya Idul Ghadir
Studi Kritis Hadits "Berpegangan kepada al-Quran dan as-Sunnah"
Doa Nadi Ali dan kegunaannya

 
user comment