Indonesian
Tuesday 23rd of April 2024
0
نفر 0

Imam Hasan, Pelindung Kesucian Islam

Imam Hasan, Pelindung Kesucian Islam



Di akhir kehidupannya Imam Hasan menggengam tangan

saudaranya, Imam Husein as dan berkata, “Di detik-

detik terakhir kehidupanku, Aku sedih karena harus

berpisah darimu. Namun Aku senang karena segera akan

bertemu dengan kakek, ayah dan ibuku Fatimah.

Saudaraku! Aku mewasiatkan kepadamu untuk memaafkan

keluargaku jika mereka melakukan kesalahan dan

menerima mereka yang berbuat baik. Dan Aku berharap

kamu menjadi ayah bagi mereka.”

 

Imam Hasan adalah putra Imam Ali bin Abi Thalib dan

Sayidah Fatimah as, putri tercinta Rasulullah. Beliau

selama delapan tahun hidup di bawah asuhan kakeknya,

Nabi Muhammad Saw. Selama itu, Imam Hasan banyak

belajar dari kakeknya tentang hakikat dan rahasia

Ilahi. Delapan tahun tumbuh di bawah kasih sayang

Rasulullah membuat Imam Hasan menjadi pemuda yang

terampil di kemudian hari dan memiliki hati yang

lembut. Terkadang Imam Hasan berada di sisi Rasulullah

ketika beliau menerima wahyu. Imam Hasan mendengarkan

langsung lantunan ayat suci al-Quran langsung dari

Rasulullah dan kemudian membacakannya kepada ibunda

beliau, Sayidah Fatimah as.

 

Karakteristik Imam Hasan as disebutkan dalam sebuah

riwayat sangat mirip dengan Rasulullah Saw baik dari

sisi wajah maupun akhlak. Imam Hasan dikenal memiliki

sifat tawadhu dan pemurah. Bahkan beliau menginfakkan

hartanya di jalan Allah tiga kali, dan setiap kali,

Imam Hasan memberikan separuh hartanya kepada mereka

yang membutuhkan. Imam Hasan juga dikenal sebagai

Karim Ahlul Bait. Karim dilekatkan kepada sosok yang

sangat pemurah.

 

Imam Hasan pasca syahidnya Imam Ali as memegang tampuk

Imamah. Saat itu masyarakat Islam berada di kondisi

sangat sensitif. Kepemimpinan umat Islam adalah isu

sangat vital. Imam Hasan setelah gugurnya sang ayah,

di sebuah pidatonya menjelaskan kebenaran jalan

Rasulullah dan Imam Ali kepada umat Islam. Beliau juga

mengingatkan bahwa Ahlul Bait Nabi adalah cahaya

penerang hakikat (kebenaran) setelah Nabi Muhammad.

Secara transparan Imam Hasan membela posisi Ahlul Bait

dan mengungkapkan kesiapannya untuk memegang tanggung

jawab berbahaya sebagai pemimpin umat.

 

Banyak umat Islam yang berbaiat kepada Imam Hasan di

kota Kufah dan beliau menerima Imamah di kondisi yang

penuh kegelisaan dan tak tenang. Baiat warga kepada

Imam Hasan sangat tidak diharapkan oleh Muawaiya yang

menjadi gubernur Syam. Oleh karena itu, ia bangkit

menentang Imam Hasan. Sementara itu, Imam Hasan

meminta Muawiyah untuk tidak bersikap keras kepala dan

mengikuti kebenaran. Namun penentangan Muawiyah kepada

Imam Hasan akhirnya berujung pada pengiriman pasukan

ke Irak untuk memerangi khalifah resmi umat Islam. Di

balik militeralisasi ini, Muawiyah juga tak segan-

segan menyuap tokoh-tokoh berpengaruh di Kufah.

 

Bani Umayyah dengan janji yang muluk-muluk berhasil

merekrut sejumlah tokoh berpengaruh dan memiliki nama

di Kufah serta memisahkannya dari Imam Hasan. Saat

itulah, Muawiyah berani mengumumkan perang terhadap

Imam Hasan. Imam pun tak tinggal diam dan mengirim

pasukan sebanyak 4000 orang untuk melawan pembangkang

dan menyeru umat Islam untuk bangkit membela

kebenaran. Namun Imam harus menelan kekecewaan besar,

karena beliau menyaksikan sikap pengecut, dan menyerah

di sejumlah warga, khususnya pada komandan di

pasukannya.

 

Cinta dunia dan mengejar kepentingan pribadi,

mendorong pada komandan pasukan Imam Hasan rela

mengkhianati pemimpinnya. Di suasana seperti itu, Imam

secara teliti mempertimbangkan kondisi dan menyadari

bahwa ia berada dalam kondisi sulit dan perang melawan

Muawaiyah banyak ruginya ketimbang manfaat. Oleh

karena itu, Imam yang sangat mengkhawatirkan masa

depan Islam dan nasib umat Islam berpendapat bahwa

maslahat yang ada adalah menghindari perang. Dengan

demikian Imam Hasan bersedia menerima perjanjian damai

dengan Muawiyah.

 

Di sisi lain, di kondisi sensitif tersebut, perbatasan

wilayah Islam mendapat ancaman dari Romawi Timur dan

setiap saat imperium ini siap untuk menyerang umat

Islam. Pastinya bentrokan dan perang antara umat Islam

di kondisi seperti ini akan menguntungkan Romawi.

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Imam Hasan

setelah menerima perjanjian damai dalam sebuah

pidatonya menjelaskan bahwa perang tidak menguntungkan

umat Islam dan kemudian beliau membacakan ayat 111

surat Anbiya. Hal ini menunjukkan bahwa perjanjian

damai beliau merupakan ujian bagi umat Islam dan

menguntungkan beliau.

 

Abu Said, salah satu sahabat Imam Hasan berkata,

“Pasca penandatanganan perjanjian damai, Aku

mendatangi Imam Hasan dan Aku berkata, Wahai Anak

Rasulullah! Mengapa Anda berdamai dengan Muawiyah,

padahal Anda mengetahui Anda adalah pemuka kebenaran?

Imam saat memberikan jawaban pertanyaanku

mengisyaratkan perjanjian damai Rasulullah dengan

musyrik Mekah di Hudaibiyah dan kemudian dengan

bersandar pada al-Quran beliau menjaskan kisah Nabi

Khidir dan Musa di mana Khidir melubangi kapal dan

merusaknya untuk menjaga pemilik serta penumpangnya.

Di sisi lain, hikmah tindakan Nabi Khidir tersebut

tidak diketahui oleh Nabi Musa. Imam Hasan kemudian

bersabda bahwa perdamian dirinya dengan Muawiyah juga

memiliki rahasia yang untuk saat ini tidak kalian

ketahui dan hasilnya akan terungkap nanti.”

 

Di riwayat lain, Imam Hasan kepada Abu Said

mengatakan, “Jika Aku tidak melakukan hal ini, maka

tidak ada satu pun pengikut Ahlul Bait yang akan

tersisa di muka bumi dan semuanya akan terbunuh. Di

kasus sengketa antara Aku dan Muawiyah, Aku berada di

pihak yang benar, namun Aku menyerahkan kepada

Muawiyah. Aku melakukan hal ini untuk melindungi

nyawa, darah dan harta kalian.”

 

Setelah perjanjian damai, Imam Hasan kembali ke kota

Madinah dan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan

beliau memulai program kerjanya dengan bentuk baru.

Mengingat aktivitas penguasa Bani Umayah dilakukan

dengan kedok agama, maka kemungkinan penyimpangan dan

interpretasi keliru terkait ideologi Islam semakin

besar. Oleh karena itu, aktvitas Imam Hasan bertumpu

pada upaya menjelaskan prinsip-prinsip Islam secara

transparan dan jelas bagi ulama dan masyarakat,

sehingga mereka mampu membedakan kebenaran dan

kebatilan.

 

Setelah Imam Hasan kembali ke kota Madinah, para ulama

dan ahli hadis berkumpul di majelis Imam Hasan. Mereka

adalah sahabat Nabi dan juga sahabat Imam Ali. Di

antara mereka ada tokoh terkenal seperti Jabir bin

Abdullah Ansari, Habib bin Madhahir, Hujr bin Adi,

Zaid bin Arqam, Sulaiman bin Surd Khuzai, Kumail bin

Ziyad dan Muslim bin Aqil. Mereka adalah tokoh-tokoh

yang datang dari berbagai kota dan setelah mendapat

bimbingan dari Imam Hasan, menjadi tokoh terkenal dan

benteng kuat yang menghambat pergerakan Bani Umayah.

 

Aktivitas lain Imam Hasan adalah membela pengikutnya

dari represi Bani Umayah. Dalam hal ini, Imam Hasan

menjadi tempat berlindung bagi pengikutnya dan dengan

penuh keberanian beliau menentang kezaliman antek-

antek Muawiyah. Imam Hasan berulang kali

mempertanyakan legalitas pemerintahan Bani Umayah dan

menyatakan kebenciannya terhadap pesuruh Bani Umayah.

Imam Hasan di berbagai kasus bahkan memperingatkan

Muawiyah.

 

Suatu hari Imam Hasan mengingatkan kepada Muawiyah

bahwa Khalifah umat Islam adalah mereka yang bertindak

sesuai dengan sunnah Rasulullah dan taat kepada

perintah Allah. Khalifah bukan sosok yang menyalahi

umat dan menghentikan sunnah serta menjadikan dunia

sebagai ayah serta ibunya serta menjadikan hamba Allah

sebagai budak dan mengklaim harta mereka milik

pemerintah. Karena orang seperti ini ibaratnya seorang

raja yang menduduki tahta dan hanya menikmatinya untuk

waktu singkat serta kemudian ia akan terpisah dari

nikmat tersebut.

 

Imam Hasan melalui metode politik, sosial dan

budayanya di kota Madinah berhasil menciptakan

gelombang baru pencerahan di tengah umat Islam.

Aktivitas Imam Hasan sangat luas dan memiliki pengaruh

kuat. Bahkan saat itu, umat Islam mengakui bahwa

tindakan Imam Hasan telah mengingatkan pada usaha

ayahnya sendiri, Imam Ali bin Abi Thalib. Tentunya

kondisi ini sangat menakutkan bagi Bani Umayah. Oleh

karena itu, mereka berusaha menghentikan aktivitas

Imam Hasan di kota Madinah. Namun segala upaya yang

mereka tempuh gagal mencegah Imam Hasan untuk

menghentikan aktivitasnya. Akhirnya Bani Umayah

memutuskan untuk membunuh cucu Rasulullah ini. Maka

akhirnya salah satu penghulu pemuda surga ini gugur di

tangan anasir Muawiyah melalui racun, tepatnya di

tahun 50 hijriah.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Apa Penyebab Wafat Rasulullah saw?
Hadis Yang Menjelaskan Siapa Ahlul Bait Yang Disucikan Dalam Al Ahzab 33
Status Hadits “Ana Madinatul ‘Ilmi wa ‘Aliyyun Babuha”
Pahala Bagi Orang yang Beriman dan Beramal Saleh
Sifat Jamal dan Jalal Ilahi
Neraka dalam Al-Qur’an (Bag 2)
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 7-10
Maha Dekat Allah
Dari Muhammad bin Abdul Wahab Hingga Kerajaan Saudi
Tetap Mengingat Allah Walau ditengah-tengah Pasar

 
user comment