Indonesian
Friday 29th of March 2024
0
نفر 0

pengorbanan dan Amanah Imam Ali pada Rosul SAW


pengorbanan dan Amanah Imam Ali pada Rosul SAW

    Email

2 Pendapat 5.0 / 5

Artikel ›
Rasulullah & Ahlulbait ›
Imam Ali as    

Dipublikasi pada
    2014-12-24 12:06:21
Sumber:
    http://sunnisyiah.blogspot.com

Tepat pada saat orang-orang kafir Qureiys selesai mempersiapkan komplotan terror untuk membunuh Rasul Allah Saww Madinah telah siap menerima kedatangan beliau. Nabi Muhammad saaw meninggalkan kota Makkah secara diam-diam di tengah kegelapan malam. Beliau bersama Abu Bakar meninggalkan kampung halaman, keluarga tercinta dan sanak famili. Beliau berhijrah, seperti dahulu pernah juga dilakukan Nabi Ibrahim as. dan Musa a.s.

Di antara orang-orang yang ditinggalkan Nabi Muhammad s.a.w. termasuk puteri kesayangan beliau, Syd.Fatimah as dan putera paman beliau yang diasuh dengan kasih sayang sejak kecil, yaitu Imam Ali as yang selama ini menjadi yg paling terpercaya bg beliau Saww.

Imam Ali as sengaja ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan tugas khusus:
berbaring di tempat tidur beliau, guna mengelabui mata komplotan Qureiys yang siap hendak membunuh beliau. Sebelum Imam Ali as melaksanakan tugas tersebut, ia dipesan oleh Nabi Muhammad SAW agar barang-barang amanat yang ada pada beliau dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing. Setelah itu bersama semua anggota keluarga Rasul Allah saww untuk segera menyusul berhijrah.

Malam ketika Ali as tidur menggantikan Nabi Saww adalah malam yang diabadika Al Qur'an ,dimana Allah Swt membanggakan pengorbanan Ali as kepada para malaikatNYA,bahkan Jibril dan Mikali turun menjaga Imam Ali as serta mengucap selamat bagi beliau, Ali as.

setelah menunaikan semua amanat Nabi SAW Imam Ali as membeli seekor unta untuk kendaraan bagi wanita yang akan berangkat hijrah bersama-sama. Rombongan hijrah yang menyusul perjalanan Rasul Allah SAW terdiri dari keluarga Bani Hasyim dan dipimpin sendiri oleh Imam Ali as. Di dalam rombongan ini termasuk Sitti Fatimah as, Fatimah binti Asad bin Hasyim (ibu Imam Ali as), Fatimah binti Zubair bin Abdul Mutthalib dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutthalib. Aiman dan Abu Waqid Al Laitsiy, ikut bergabung dalam rombongan.

Rombongan Hijrah ini berangkat dalam keadaan terburu-buru tanpa persiapan yang memadai , dan Perjalanan ini tidak dilakukan secara diam-diam.

Dalam perjalanan Abu Waqid berjalan cepat-cepat menuntun unta yang dikendarai para wanita, agar jangan terkejar oleh orang-orang kafir Qureiys. Mengetahui hal itu, Imam Ali as. segera memperingatkan Abu Waqid, supaya berjalan perlahan-lahan, karena semua penumpangnya wanita. Rombongan berjalan melewati padang pasir di bawah sengatan terik matahari.

Imam Ali as, sebagai pemimpin rombongan, berangkat dengan semangat yang tinggi. Beliau siap menghadapi segala kemungkinan yang bakal dilakukan orang-orang kafir Qureiys terhadap rombongan. Ia bertekad hendak mematahkan moril dan kecongkakan mereka. Untuk itu Ia as sangat siap  melakukan perlawanan tiap saat.

Mendengar rombongan Imam Ali as berangkat, orang-orang Qureiys sangat penasaran. Lebih-lebih karena rombongan Imam Ali sa berani meninggalkan Makkah secara terang-terangan di siang hari. Orang-orang Qureiys menganggap bahwa keberanian Imam Ali as yang semacam itu sebagai tantangan terhadap mereka.

Orang-orang Qureiys cepat-cepat mengirim delapan orang anggota pasukan berkuda untuk mengejar Imam Ali as dan rombongan. Pasukan itu ditugaskan menangkapnya hidup-hidup atau mati.

Delapan orang Qureiys itu, di sebuah tempat bernama Dhajnan berhasil mendekati rombongan Imam Ali as.

Setelah Imam Ali as mengetahui datangnya pasukan berkuda Qureiys, ia segera memerintahkan dua orang lelaki anggota rombongan agar menjauhkan unta dan menambatnya. Ia sendiri kemudian menghampiri para wanita guna membantu menurunkan mereka dari punggung unta.

Seterusnya ia maju seorang diri menghadapi gerombolan Qureisy dengan pedang terhunus. Rupanya Imam Ali as hendak berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka. Ia tahu benar bagaimana cara menundukkan mereka.

Melihat Imam Ali as mendekati mereka, gerombolan Qureiys itu berteriak-teriak menusuk perasaan:

"Hai penipu, apakah kaukira akan dapat menyelamatkan perempuan-perempuan itu? Ayo, kembali! Engkau sudah tidak berdaya lagi."

Imam Ali as dengan tenang menanggapi teriakan-teriakan gerombolan Qureiys itu. Ia bertanya:

"Kalau aku tidak mau berbuat itu...?"

"Mau tidak mau engkau harus kembali," sahut gerombolan Qureiys dengan cepat.

Mereka lalu berusaha mendekati unta dan rombongan wanita. Imam Ali as menghalangi usaha mereka.

Jenah, seorang hamba sahaya milik Harb bin Umayyah, mencoba hendak memukul Imam Ali as dari atas kuda. Akan tetapi belum sempat ayunan pedangnya sampai, hantaman pedang Imam Ali as telah mendahului tiba di atas bahunya. Tubuhnya terbelah menjadi dua, sehingga pedang Imam Ali sa sampai menancap pada punggung kuda.

Serangan-balas secepat kilat itu sangat menggetarkan teman-teman Jenah. Sambil menggeretakkan gigi, Imam Ali as berkata:

"Lepaskan orang-orang yang hendak berangkat berjuang! Aku tidak akan kembali dan aku tidak akan menyembah selain Allah Yang Maha Kuasa!"

Gerombolan Qureiys mundur. Mereka meminta kepada Imam Ali as untuk menyarungkan kembali pedangnya. Imam Ali as dengan tegas menjawab:

"Aku berhendak berangkat menyusul saudaraku.. putra pamanku, Rasulallah. Siapa yang ingin kurobek dagingnya dan kutumpahkan darahnya, kemarilah maju dan dekati aku".

Tanpa memberi jawaban lagi gerombolan Qureiys itu segera meninggalkan tempat. Kejadian ini mencerminkan watak konfrontasi bersenjata yang bakal datang antara kaum muslimin melawan agresi kafir Qureiys.

Di Dhajnan, rombongan Imam Ali as beristirahat semalam. Ketika itu tiba pula Ummu Aiman (ibu Aiman). Ia menyusul anaknya yang telah berangkat lebih dahulu bersama Imam Ali as Bersama Ummu Aiman turut pula sejumlah orang muslimin yang berangkat hijrah.

Keesokan harinya rombongan Imam Ali as beserta rombongan Ummu Aiman melanjutkan perjalanan. Imam Ali as sudah rindu sekali ingin segera bertemu dengan Rasul Allah SAW.

Waktu itu Rasul Allah SAW bersama Abu Bakar sudah tiba dekat kota Madinah. Untuk beberapa waktu, beliau tinggal di Quba. Beliau menantikan kedatangan rombongan Imam Ali as Kepada Abu Bakar , Rasul Allah SAW memberitahu, bahwa beliau tidak akan memasuki kota Madinah, sebelum putera pamannya dan puterinya sendiri datang.

Selama dalam perjalanan itu Imam Ali as tidak berkendaraan sama sekali.

Ia berjalan kaki menempuh jarak Ratusan km sehingga kakinya pecah-pecah dan membengkak.

Akhirnya tibalah semua anggota rombongan dengan selamat di Quba. Betapa gembiranya Rasul Allah SAW menyambut kedatangan orang-orang yang disayanginya itu....


Namun..Ketika Nabi Muhammad SAW melihat Imam Ali as tidak sanggup berjalan lagi karena kakinya membengkak. Pecah berurai Airmata Nabi SAW.

Beliau merangkul dan memeluknya seraya menangis karena sangat terharu.

Beliau kemudian meludah di atas telapak tangan, lalu diusapkan pada kaki Imam Ali as.

Konon sejak saat itu sampai wafatnya, Imam Ali as tidak pernah mengeluh karena sakit kaki.

Peristiwa yang sangat mengharukan itu berkesan sekali dalam hati Rasul Allah SAW dan tak terlupakan selama-lamanya.

Berhubung dengan peristiwa hijrah Ali dan pengorbanan beliau, turunlah wahyu Ilahi yang memberi penilaian tinggi kepada kaum Muhajirin, seperti terdapat dalam Surah Ali 'Imran:195.

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Di sisi Allah ada pahala yang baik.
Komentar anda
Komen pemakai
Tidak ada komentar
nama     
Judul     
email*     
Teks*     

Poll
Bagikan Pada Teman

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Imam Husain As dalam Pandangan Ahlusunnah
Sifat Jamal dan Jalal Ilahi
Bagaimana mukjizat itu dapat didefinisikan dan dibuktikan?
Salafi Wahabi Adalah Benalu Bagi Jama’ah Kaum Muslimin
Kisah Sayyidina Ali ra dan 3 Orang Yahudi Tentang Ashabul Kahfi
Kisah Ashabul Kahfi dan sains
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 7-10
Puasa Ramadhan dalam tradisi Islam Syiah (bag satu)
Ciri-Ciri Dikuasai Hawa Nafsu
Larangan Allah Mendekati Perbuatan Keji

 
user comment