Menurut Kantor Berita ABNA, meski sebelumnya ada pelarangan dari pihak keamanan Arab Saudi, akhirnya rombongan calon jamaah haji asal Iran diizinkan untuk kembali mengadakan doa Kumail berjamaah dipelataran masjid Nabawi di kota Madinatul Munawarah sebagaimana telah menjadi tradisi mereka tahun-tahun sebelumnya setiap musim haji tiba. Pemerintah Arab Saudi dibuat tidak berdaya, dengan diplomasi yang dilakukan pemerintah Iran, agar warganya diizinkan melakukan amalan khas Syiah tersebut, dipelataran Haram Nabi Muhammad Saw.
Pada tahun-tahun sebelumnya, penyelenggaraan pembacaan doa Kumail secara berjamaah berlangsung sebanyak empat kali yang diadakan setiap malam Jum’at selama musim haji. Penyelanggaraan pembacaan doa Kumail berjamaah tersebut diadakan diantara Masjid Nabawi dengan Pemakaman Baqi yang hanya dikhususkan untuk jamaah haji asal Iran yang bermazhab Syiah dan terlarang bagi jamaah haji dari negara lain.
Pembacaan doa Kumail yang diikuti ribuan jamaah haji asal Iran tersebut, dikawal ketat oleh pihak keamanan Arab Saudi, lengkap dengan pasukan huru hara. Pelaksanaan pembacaan doa Kumail untuk musim haji tahun ini sempat mendapat pelarangan dari pihak Kerajaan Arab Saudi, mengingat dalam beberapa bulan terakhir, terjadi ketegangan politik antara Iran dengan Arab Saudi, menyusul kebijakan rezim Arab Saudi memberlakukan agresi militer atas Yaman. Beberapa bulan sebelumnya, pemerintah Iran juga sempat memboikot pelaksanaan umrah untuk warganya karena perlakuan tidak senonoh pihak pengurus Bandara kepada jamaah umrah asal Iran.
Sampai hari ini telah tercatat 24 ribu calon jamaah haji Iran telah berada di kota Madinah, dan malam Jum’at [3/9] pukul 22.00 waktu setempat dilaksanakan pembacaan doa Kumail yang merupakan tradisi umat Islam Syiah setiap malam Jum’at.
Malam Jum’at pekan lalu, karena adanya larangan dari pihak keamanan Arab Saudi, pembacaan doa Kumail diselenggarakan di Hotel Shafi Ilyas kota Madinah.
Doa Kumail adalah doa panjang yang sangat indah. Di dalamnya, terdapat permohonan-permohonan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Baik berupa permohonan duniawi maupun ukhrawi. Kata-kata indah yang mengalun menyelimuti bumi di malam Jum’at itu, diantaranya “ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu. Dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu. Dan dengannya menunduk segala sesuatu… Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan, dosa-dosaku yang menyebabkan petaka, dosa-dosaku yang merusak nikmat, dosa-dosaku yang menghalangi doa, dosa-dosaku yang menurunkan bencana…”
Doa tersebut dinamakan doa Kumail, yang diambil dari nama sahabat Imam Ali bin Abi Thalib As yang mencatat doa tersebut langsung dari lisan suci Imam Ali. Nama lengkapnya adalah Kumail bin Ziyad an-Nakhai. Ia berasal dari Yaman. Keluarganya bermukim di Kufah selama masa kekhalifahan Imam Ali as. Ia juga tercatat sebagai orang yang memimpin kelompok para pembaca al-Qur’an dalam revolusi Abdurrahman bin al-Ashath melawan al-Hajjaj, gubernur Kufah yang sangat kejam di waktu itu.
Dalam Iqbal al-A’mal, Ibn Thawus menuturkan bahwa Kumail an-Nakhai berkata, “suatu kali aku duduk bersama Imam Ali bin Abi Thalib as di masjid Bashrah bersama sekelompok sahabat beliau. Lalu, seorang di antara kelompok itu bertanya: ‘apa maksud ayat, ‘pada malam itu diuraikan segala urusan yang penuh hikmah?’ (ad-Dukhan: 4) ’
Imam Ali menjawab, ‘malam itu malam pertengahan Sya’ban. Demi Zat yang nyawa Ali berada di genggaman-Nya, baik-buruk segenap hamba dibagikan pada malam pertengahan bulan Sya’ban hingga akhir tahun. Dan barangsiapa yang menghidupkannya (dengan amalan-amalan baik) dan berdoa di waktu itu dengan doa Nabi Khidir, maka Allah akan menjawabnya.’ ”
Singkat cerita, karena penasaran, Kumail meminta imam Ali untuk mengajarinya. Maka, imam Ali lantas mendiktekan doa itu, dan dicatat oleh Kumail dengan penuh kekaguman. Jadi selain dinamakan doa Kumail, doa tersebut juga biasa disebut dnegan nama doa Nabi Khidir As.
source : abna