Indonesian
Monday 20th of May 2024
0
نفر 0

Perlawanan Militer dengan Takfiri Tidaklah Cukup/ Akar Takfiri Dikeringkan olah Ulama Islam

Perlawanan Militer dengan Takfiri Tidaklah Cukup/ Akar Takfiri Dikeringkan olah Ulama Islam

Ketua Kongres Internasional Bahaya Gerakan Takfiri menegaskan, perlawanan militer dengan gerakan takfiri adalah urgen, akan tetapi tidaklah cukup, namun akar takfiri harus dikeringkan secara ilmiah.

Menurut laporan IQNA, Ayatullah al-Uzma Makarim Shirazi, hari Minggu (23/11/2014), dalam kongres bahaya gerakan takfiri pada ceramahnya mengatakan, "Kelompok Takfiri di saat yang sama selain memukul Islam juga memukul masyarakat, dengan demikian kita harus mengkaji motivasi-motivasi anasir yang menyeleweng ini dan mengenal tujuan-tujuan mereka dan berupaya mengeringkan akar-akarnya."
Marja' taqlid ini menjelaskan, sampai kapan kita harus menyaksikan penistaan kehormatan kaum muslimin, karena mereka telah menodai kehormatan Islam dan telah mengenalkan agama Islam sebagai agama radikal, yang seharusnya sebagai manifestasi rahmat dan kasih sayang, bahkan kepada non-muslim pun, dan kita harus mengenalkan esensi mereka kepada dunia.
"Perlawanan secara militer dengan anasir menyeleweng ini adalah hal yang urgen, akan tetapi tidaklah cukup, bahkan akar-akar pemikiran mereka harus dikeringkan oleh ulama Islam; penyelewengan-penyelewengan ini harus dicegah sehingga para remaja muslim tidak ikut ke arah mereka dan tidak terperdaya dengan mereka," ucapnya.
Marja' taqlid ini menjelaskan, dalam Islam kita memiliki garis-garis merah, dimana seseorang tidak boleh melanggarnya, akan tetapi anasir takfiri ini acuh tak acuh telah menerjang semua batasan-batasan tersebut.
"Bahkan mereka tidak berbelas kasihan terhadap masjid-masjid dan tempat-tempat ziarah para wali Allah; mereka dalam menjalankan pemikiran keringnya tidak berbelas kasihan, baik kepada perempuan, laki-laki, anak-anak kecil, orang-orang tua dan para remaja," ucapnya.
Marja' taqlid ini mengintroduksikan, Islam adalah agama kasih dan sayang serta adil, akan tetapi mereka telah membuat bahwa Islam dikenal sebagai agama persaudaraan; mereka dengan sengaja memberi nama pemerintahan Islam dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), sehingga dengan nama ini dikenal di mata dunia sehingga orang-orang lain berkata bahwa anasir ini bukanlah ISIS, akan tetapi pemerintahan dan negara Islam.
"Ulama Islam di era ini dan di hari-hari ini memiliki sebuah tanggung jawab Ilahi dan ketuhanan, dan dalam ranah ini mereka tidak boleh merasa cukup dengan perantara politik dan militer semata, akan tetapi ulama Islam juga harus mengecam mereka secara ilmiah dan tidak mengizinkan mereka untuk melanjutkan proses ini," ucapnya.
Penafsir Al-Quran ini menegaskan, Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Quran dan hadis-hadisnya menegaskan akan penjagaan jiwa, harta dan kehormatan kaum muslimin dan mengklaimkan kehormatan khusus untuk kaum muslimin, akan tetapi anasir teroris ini dengan tanpa mempertimbangkan bahwa Islam adalah agama rahmat, telah mencoreng Islam dengan keyakinan-keyakinan kering mereka.
"Islam mencari kehidupan yang damai antara kaum muslim dan non-muslim, Arab dan Ajam, kulit hitam dan putih, kesemuanya berada di bawah panji agama agung ini, sementara mereka berbondong-bondong memeluk agama Allah dan semuanya merupakan saudara bagi selainnya, akan tetapi sebagian kaum muslimin dengan kejahilan barunya dengan nama takfiri, telah menumpahkan darah kaum muslimin dan melakukan kerusakan di atas muka bumi," ucapnya.
Marja' taqlid ini mengingatkan, anasir ini dengan nama kemurtadan dan takfir telah melakukan perihal-perihal yang terjadi pada masa Jahiliah; mereka dengan nama dan lahiriah Islam telah melakukan pembunuhan terhadap masyarakat.
Dia mengatakan, "Grand Mufti Saudi telah memberikan fatwa kafir dan pembunuhan bagi para pengkabung Imam Husein (As), sementara yang seharusnya dikatakan adalah dari manakah fatwa ini bersumber dan darah kaum muslimin yang telah meneteskan air mata untuk kesyahidan putra Nabi mereka, ditumpahkan."
"Mereka memiliki ungkapan yang salah tentang takfir dan kemurtadan, sementara bacaan mereka tentang syirik dan keimanan tidaklah benar dan menurut ulama besar Islam yang lebih mengetahui kitab dan sunnah dari mereka, mereka benar-benar berada dalam kesalahan, akan tetapi permasalahan mereka adalah despotisme dalam pendapat yang salah mereka," tegas Ayatullah Makarim Shirazi.
Perlu diingat, Kongres Internasional Gerakan Ekstremisme dan Takfiri dalam Perspektif Ulama Islam telah dimulai pada waktu pagi hari Minggu, dengan dihadiri oleh para delegasi mazhab-mazhab Islam, di kampus ilmiah Imam Kadzim (As).
Ayatullah Makarim Shirazi dan Ayatullah Subhani, Hujjatul Islam wal Muslimin Muhammadi Golpaygani, Ketua Kantor Rahbar, Ayatullah Ahmad Jannati, Sekretaris Dewan Garda dan Ayatullah Huseini Bushehr, Direktur Hauzah Ilmiah hadir dalam acara ini.

 


source : www.iqna.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Ideologi Pancasila Harus Terus Disampaikan kepada Anak-Anak
Zarif: Iran-Barat Capai Win-win Solution dalam Negosiasi Nuklir
Masjid Harus Jadi Pusat Perlawanan Budaya
Delegasi Kanada Ziarah ke Makam Suci Imam Ali
Inilah Perbedaan Arab Saudi dengan Republik Islam Iran
Sunni dan Syiah adalah Bersaudara
Tak Pedulikan AS, Pasukan Rakyat Irak Siap Bebaskan Mosul
Suasana Kota Uttar Pradesh India Menyambut Muharram
Asyura Adalah Peta Jalan untuk Semua Mukmin
Kemenangan Revolusi Islam Iran Terinspirasi dari Revolusi Ahlulbait as

 
user comment