Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Muhsin Araki Sekjen Lembaga Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam dalam penyampaiannya sebelum dibacakannya khutbah Jum'at di Masjid Haram Sayyidah Maksumah Sa di Qom, Jum'at [2/1] berkaitan dengan dimulainya pekan persatuan Islam mengatakan, "Wahdah dalam kebudayaan Islam, pelajaran Al-Qur'an dan para Maksumin AS adalah salah satu kewajiban yang dibebankan pada masing-masing individu muslim."
Dihadapan ribuan orang jama'ah Jum'at yang hadir, ulama Iran tersebut melanjutkan, "Ditekankannya persatuan Islam oleh Imam Khomeini maupun Rahbar Ayatullah Sayyid Ali Khamanei bukanlah strategi politik yang kemudian dinilai hanya berlaku pada satu waktu atau satu tempat tertentu, melainkan kedudukannya sama pentingnya dengan puasa dan shalat wajib yang kita kerjakan. Kewajiban menjaga persatuan umat Islam adalah juga kewajiban Ilahi yang diberlakukan kepada masing-masing individu muslim."
"Diantara tujuan diutusnya para Anbiyah As oleh Allah Swt adalah untuk menciptakan persatuan ummat, sebagaimana yang ditekankan dalam Al-Qur'an, jadilah satu umat yang satu hati dan satu jama'ah." tambahnya.
Ayatullah Araki melanjutkan, "Dalam al-Qur'an dan lisan suci Ahlul Bait As diperintahkan secara tegas dan terang mengenai pentingnya menjaga persatuan ummat. Lantas apakah kemudian kita yang mengaku pecintanya malah menyepelekan hal ini dan lebih mementingkan kepentingan golongan sendiri dan meninggalkan persatuan? apakah di pekan persatuan ini kita lebih memilih untuk mensyiarkan slogan-slogan lain selain ajakan untuk bersatu dan mempererat ukhuwah?."
"Dalam Al-Qur'an al-Karim disebutkan sedemikian pentingnya akan persatuan itu Allah Swt mengabadikan kisah Bani Israil ketika Nabi Harun As tidak berdaya menghadapi sejumlah golongan dari Bani Israil menyeleweng dan melakukan penyembahan pada sapi sebagaimana ajakan Samiri. Nabi Musa As murka karena Nabi Harun As mendiamkan saja, namun Nabi Harun As menjawab bahwa diamnya itu adalah untuk tetap menjaga persatuan dan agar mereka menjadi terpecah belah, saling berperang satu sama lain dan saling membunuh. Diamnya nabi Harun As bukanlah menunjukkan bahwa beliau meridhai perbuatan kesyirikan tersebut melainkan beliau menghendaki dengan tetap terwujudnya suasana kondusif dalam persatuan maka beliau lebih bisa melakukan dakwah agar pelaku penyimpangan bisa kembali kepada ajaran tauhid, yang hal itu juga hakekatnya adalah perintah dan pesan dari Nabi Musa As sendiri. Jika dalam kondisi berpecah belah dan saling perang satu sama lain, maka peluang untuk mengembalikan umat kepada ajaran yang hak menjadi jauh lebih sulit." jelasnya.
Lebih lanjut Sekjen Lembaga Pendekatan antar Mazhab-mazhab Islam tersebut mengatakan, "Kita ditengah-tengah umat Islam juga mengatakan hal demikian. Kita katakan bahwa Amirul Mukminin As dan Ahlul Bait As juga bersabar dengan kesabaran yang teguh dalam menghadapi suasana yang pelik ini. Bagaimana mereka As bersabar dan mengapa mereka harus bersabar. Itu yang harus kita teladani dan menjadi argumen kita, mengapa memilih jalan ini. Dikekinian, tidak sedikit bendera yang tidak dikenali dan tidak diketahui asal-usulnya malah secara terbuka dan terang-terangan melakukan aksi-aksi yang bisa menyulut perpecahan dan perselisihan ditengah-tengah umat Islam. Saya tanyakan, apakah Ahlul Bait As melakukan hal sebagaimana yang mereka lakukan? apakah Ahlus Sunnah tidak bergabung dalam majelis ilmu Imam Shadiq As? dan apakah dulu ulama-ulama Sunni dan Syiah tidak saling menghadiri majelis ilmu satu sama lain? Apakah Imam Ahlul Bait bisa menerima jika sejumlah orang yang mengklaim diri sebagai Syiah namun memancing-mancing kemarahan Ahlus Sunnah sehingga terjadi pertumpahan darah satu sama lain?"
"Meski demikian ini tidak dimaksudkan kita para Syiah meninggalkan syiar-syiar Ahlul Bait. Kita adalah Syiah Alawi, Kita adalah Syiah yang berduka dihari kesyahidan Ahlul Bait As dan bersuka cita dihari-hari wiladah dan kegembiraan mereka. Fiqh kita adalah fiqh Imam Ja'far Shadiq As. Kita adalah Syiah yang memiliki keyakinan penuh bahwa Islam mazhab Ahlul Bait berada diatas kebenaran, dan mazhab yang benar ini pulalah yang mengajarkan kita untuk bisa hidup bersama dengan pengikut mazhab Islam yang lain dalam suasana yang penuh toleran dan saling menghargai." tegasnya.
"Ajaran Mazhab Ahlul Bait yang sejati menegaskan untuk tidak menyinggung isu-isu yang dapat menyulut perselisihan, yang dapat memecah belah ummat dan merusak persatuan. Ahlul Bait secara tegas memerintahkan untuk tidak berkata-kata yang tidak layak, mengumpat, mencaci dan menghujat, menyulut permusuhan dan memancing pertengkaran. Semua mengaku sebagai pengikut Ahlul Bait tapi tidak semua mendengarkan dan patuh pada apa yang diperintahkan Maksumin dari Ahlul Bait." tambahnya lagi.
Ayatullah Araki yang juga anggota Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom Iran menjelaskan lebih lanjut, "Kita harus meneladani Imam Ali dan Sayyidah Fatimah dalam kehidupan. Keduanya menganjurkan agar tidak menyulut perselisihan dan permusuhan. Mari belajar dengan apa yang terjadi pada Syaikh Syahatah Ulama Syiah Mesir. Beliau dibunuh oleh orang-orang lorong dan pasar dengan cara yang keji dan jasadnya dilemparkan ke jalanan begitu saja secara terhina. Saya menelusuri penyebabnya dan saya temukan, dua pekan sebelumnya, Syaikh Syahatah tampil dalam salah satu program stasiun televisi Fadak kepunyaan Yassir Habib. Dalam program tersebut disiarkan wawancara dengan Syaikh Syahatah yang ditanya mengenai berbagai persoalan yang merupakan ikhtilaf di kalangan Sunni-Syiah. Beliau memberikan jawaban yang blak-blakan dan secara keras menghina dan meremehkan hal-hal yang diyakini oleh Ahlus Sunnah. Beberapa hari setelah program TV tersebut, Syaikh Syahatah mulai mendapat teror karena dianggap telah melakukan penghinaan akan kehormatan Rasulullah Saw. Sampai kemudian, karena terprovokasi, warga yang marah dengan pernyataan-pernyataan Syaikh Syahatah di televisi melakukan penyerangan padanya yang kemudian menyebabkan kematiannya secara tragis."
"Karenanya seruan kita, janganlah melakukan yang demikian. Allah Swt tidak pernah meridhai terjadi pertumpahan darah sesama muslim. Mereka yang melakukannya hakikatnya adalah musuh Islam, ia dengan terang-terangan menentang Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya As. Semua Negara-negara Islam adalah jama'ah Imam Zaman Afs. Marilah kita menyambut kedatang Imam Zaman dengan melakukan kewajiban dengan sebaik-sebaiknya, sehingga ketika beliau datang, kita tidak dalam kondisi saling berperang satu sama lain sesama muslim." lanjutnya.
Dibagian akhir penyampaiannya, Ayatullah Araki berkata, "Adapun perbedaan dan ikhtilaf antara Sunni dan Syiah marilah kita mengkajinya secara ilmiah di sekolah-sekolah, di hauzah-hauzah, di universitas-universitas, sebab itu realitas sejarah yang tidak bisa kita tolak. Sementara ditengah-tengah masyarakat, kita adalah umat Islam yang satu. Kita satu keyakinan akan tauhid, satu keyakinan akan kenabian Muhammad Saw, satu keyakinan akan kesucian Al-Qur'an al Karim. Karenanya itu sudah menjadi alasan yang kuat untuk bersatu dan tidak saling bermusuhan. Musuh kita adalah zionisme dan keangkuhan Amerika."
"Bagi kalian yang mengatasnamakan kesucian Imam Husain As lalu menyerukan kepada masyarakat awam Syiah untuk melakukan tradisi Asyura dengan menggunakan senjata-senjata tajam dan berdarah-darah, saya tanyakan, mengapa tidak ada satupun kalimat dari kalian yang mengecam Zionisme, Amerika dan aksi-aksi brutal yang membawa petaka bagi umat Islam?. Yang kalian serukan justru hal-hal yang tidak memberi manfaat bagi ummat. Serta yang kalian musuhi dan umpat justru kelompok Islam yang dengan lantang menyerukan kepada ummat untuk bersatu." Tutupnya.
source : www.abna.ir