Kiranya Anda dapat menjelaskan kisah fitnah dan tanduk setan yang muncul dari rumah A'isyah sebagaimana hal itu tersebut dalam kitab hadis Shahih al-Bukhâri!
Jawaban Global
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil
Jawaban Detil
Shahih al-Bukhâri, sebagai kitab induk hadis Ahlusunnah telah menukil sebuah riwayat yang kandungannya berbunyi bahwa Rasulullah Saw menunjuk ke arah rumah A'isyah sambil mengucapkan kata-kata dan mengulanginya sebanyak tiga kali: "Di sinilah fitnah, di sinilah fitnah, di sinilah fitnah! Dari sinilah munculnya tanduk setan".[1]
Teks hadis semacam ini, tidak kami temukan dalam kitab-kitab induk hadis Syi'ah (Al-Kâfi, al-Tahdzib, al-Istibshâr, dan Man La Yahdhuruhu al-Faqih). Sementara dalam kitab-kitab sekunder Ushul Syi'ah, seperti Bihârul al-Anwâr, riwayat tersebut dapat kita temukan, tetapi itu pun hanya menukil dari kitab Shahih Ahlusunnah.[2].
Dengan demikian, maka kaum Syi'ah tidak dapat memberikan jawaban berdasarkan riwayat tersebut dan tidak dapat menyingkap syubhat (keraguan) yang ada.
Terdapat beberapa kemungkinan atas riwayat semacam ini sebagai berikut:
1. Berkaitan erat dengan peristiwa perang Jamal yang terjadi pasca wafat Rasulullah Saw dimana penggerak utama perang tersebut adalah A'isyah.
2. Tidak menjadikan rumah A'isyah sebagai objek. Dan isyarat Nabi Saw itu ditujukan kepada suatu tempat yang kebetulan rumah A'isyah terdapat di tempat tersebut. Karena di dalam riwayat yang lain -yang juga terdapat di dalam kitab Shahih Ahlusunnah- disebutkan bahwa fitnah itu muncul dari arah timur[3].
Jika kita mengamati letak geografis rumah A'isyah yang berhubungan dengan mimbar Rasulullah Saw dalam masjid Nabawi, dapat kita pahami bahwa jika beliau Saw duduk di atas mimbarnya, maka rumah A'isyah itu terletak di sebelah timur beliau.
3. Bisa juga Rasulullah Saw dengan ucapannya yang sederhana itu ingin memberikan isyarat kepada kedua hal di atas. Yang jelas perlu juga diketahui bahwa rumah A'isyah itu pada hakikatnya adalah rumah Rasulullah Saw juga.[IQuest]
[1] . Shahih al-Bukhâri, jil. 4, hal. 46, Dar al-Fikr, Beirut, 1401 H.
[2] . Muhammad Baqir Majlisi, Bihâru al-Anwâr, jil. 32, hal. 287, Yayasan al-Wafa', Beirut, 1404 H.
[3] . Sehubungan dengan masalah ini, silahkan lihat jawaban atas Pertanyaan 725
source : www.islamquest.net