Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 120-124

Ayat ke 120 إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (120) Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 120-124


Ayat ke 120
 
 
 
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (120)
 
 
 
Artinya:
 
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (16: 120)


 
 
 
 
Sebagai kelanjutan dari penyebutan nikmat-nikmat Allah Swt dalam surat an-Nahl, ayat-ayat terakhir dalam surat ini menyebutkan hamba-hamba Allah yang bersyukur. Nabi Ibrahim adalah salah satu contoh dari hamba Allah yang senantiasa mensyukuri nikmat-Nya. Ia adalah sosok yang tawadhu dan taat akan perintah-Nya. Selama hidupnya Ibarahim as belum pernah terperosok ke dalam jurang kesyirikan.
 
 
 
Pada mulanya ayat di atas menyebut Ibrahim dengan sebutan umat. Hal ini disebabkan beliau memiliki kesempurnaan seperti yang dimiliki sebuah umat atau dikarenakan perjuangannya menyeru umatnya untuk menyembah Allah Swt.
 
 
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
 
1. Kuantitas tidaklah menjadi hal yang sangat penting. Terkadang satu orang beriman dan kokoh mempunyai nilai seperti sebuah umat.
 
2. Nilai manusia adalah penghambaan ikhlas kepada Allah Swt yang didasari kesadaran dan pengetahuan serta mentaati segala bentuk perintah dan menjahui larangan-Nya.
 
 
 
Ayat ke 121-122
 
 
 
شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (121) وَآَتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآَخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (122)
 
 
 
Artinya:
 
(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. (16: 121)
 
 
 
Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (16: 122)
 
 
 
Ayat ini membicarakan kenabian dan ajaran Nabi Ibrahim as. Ayat di atas menyatakan, Ibrahim adalah hamba yang bersyukur. Allah memilihnya di antara para hambaNya dan membimbingnya ke jalan yang lurus. Wajar pribadi seperti ini akan memiliki kehidupan yang mulia di dunia dan akhirat. Jelas sekali kedudukan yang diberikan Allah kepada Ibrahim dikarenakan kesempurnaan yang diraihnya. Kepatuhan, kesucian dan rasa syukur adalah kriteria khusus yang tidak mudah diraih. Namun Ibrahim telah berhasil mencapai derajat tersebut sehingga menjadi hamba pilihan Allah Swt.
 
 
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
 
1. Anugerah khusus diberikan Allah berdasarkan kapasitas dan kelayakan yang dimiliki manusia.
 
2. Sifat bersyukur membuat manusia mendapat perhatian khusus Allah dan membuatnya tidak terjerumus ke jalan kesesatan.
 
 
 
Ayat ke 123
 
 
 
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (123)
 
 
 
Artinya:
 
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (16: 123)
 
 
 
Keutamaan yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as adalah menjadikan ajarannya bersifat universal dan memerintahkan seluruh umat manusia serta para Nabi termasuk Nabi Muhammad untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim. Oleh karena itu, kita mendapatkan berbagai ajaran Islam memiliki hubungan khusus dengan ajaran Nabi Ibrahim. Di sisi lain, Nabi Muhammad sendiri menekankan hal itu.
 
 
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
 
1. Metode dan tujuan para utusan Allah adalah satu. Oleh karena itu, para nabi setelah Ibrahim diperintahkan untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim.
 
2. Syirik sangat berbahaya dan untuk mengetahuinya kita cukup memperhatikan penekanan berulangkali Allah Swt terkait kebersihan Nabi Ibrahim dari syirik.
 
 
 
Ayat ke 124
 
 
 
إِنَّمَا جُعِلَ السَّبْتُ عَلَى الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (124)
 
 
 
Artinya:
 
Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari Kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan. (16: 124)
 
 
 
Ayat sebelumnya menyatakan bahwa seluruh nabi setelah Ibrahim diperintahkan mengikuti sunnahnya dan peliburan hari Jum’at juga termasuk sunnah Ibrahim. Lantas muncul pertanyaan, mengapa umat Yahudi diperintahkan libur di hari Sabtu ? Pertanyaan di atas dapat diberikan jawabannya sebagai berikut: pengharaman dan larangan bekerja di hari Sabtu adalah hukuman bagi kaum Yahudi karena mereka berselisih. Artinya sebagian menerima bahwa bekerja di hari Sabtu dilarang dan sebagian menolaknya serta tetap melanjutkan kerja di hari tersebut.
 
 
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
 
1. Sejumlah hukum dan perintah Allah terhadap umat terdahulu adalah hukuman dan murka-Nya. Oleh karena itu, perintah tersebut tidak bersifat universal sehingga mengikat umat setelahnya.
 
2. Hakim sejati adalah Allah Swt dan proses peradilan sebenarnya ada di Hari Kiamat. (IRIB Indonesia)


source : irib.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Sayidah Zainab dan Ketegaran Sejati
Sejarah Syiah: Sejak Zaman Rasulullah SAW sampai Abad 14 H
Asyura, Mengukir Semangat Juang dan Cinta
Apakah Imam Mahdi punya anak sehingga disebut aba shaleh
faktor-faktor kemunculan Imam Zaman Ajf (2)
Imam Jawad; Samudera Ilmu dan Takwa
Imam Jawad; Samudera Ilmu dan Takwa
Ketika Musa Berburu Keadilan
Imam Jalaluddin As-Suyuthi Tentang Peristiwa Karbala
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 1-2

 
user comment