Salah seorang munafik Madinah mencemooh Imam Ali seraya berkata, “Hai Ali! Engkau yang menganggap dirimu sebagai tambang keutamaan dan kedermawanan, istimewa dalam keberanian dan kefashihan dan memiliki kelayakan dalam segala sisi, mengapa memilih seorang istri yang miskin dan tidak punya jahiziyeh [perabot rumah tangga dari pihak pengantin wanita] yang jelas? Bila Engkau menikahi putriku, maka akan aku siapkan onta-onta penuh dengan jahiziyeh mulai dari pintu rumahku sampai pintu rumahmu dan aku akan membuatmu tidak membutuhkan harta dunia...”
Imam Ali berkata, “Pernikahanku dengan Fathimah karena taqdir bukan karena pemikiran. Hukum pernikahan kami atas dasar perintah Allah. Dalam pernikahan kami, kami tidak menengok harta kekayaan dunia. Tapi hanya karena untuk mendapatkan ridha Allah. Kebanggaan kami pada amal kami bukan pada harta kami dan kegembiraan kami karena perilaku kami bukan karena Dinar...”
Lelaki tersebut telah mendapatkan jawaban telak dan pergi mengerjakan urusannya. Kemudian ada suara panggilan dari langit di telinga Imam Ali as, “Wahai Ali! Bila Engkau ingin melihat jahiziyeh dan kekayaan Fathimah, maka lihatlah ke langit!”
Imam Ali as melihat ke langit dan beliau melihat di atas kepalanya sampai arasy Allah di antara cahaya yang menakjubkan ada ribuan kendaraan surga sedang membawa permata, misk dan materi yang berbau harum dan di setiap onta itu duduk seorang pembantu yang cantik dan tali onta dipegang oleh seorang pembantu lelaki dan semua mengatakan, “Inilah jahiziyehnya putri Rasulullah Saw.”
Imam Ali merasa senang dan gembira dan bersegera pulang ke rumahnya untuk menceritakan kejadian tersebut pada istrinya. Namun begitu masuk ke rumah, Sayidah Fathimah tersenyum dan berkata, “Wahai ayah anak-anakku! Jiwaku sebagai tebusanmu! Engkau lihat bagaimana Allah menjadikanmu menang di hadapan munafik itu dan Engkau lihat bagaimana aku membawa jahiziyeh ke rumahmu!?” (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Sayidah Fathimah Zahra as
source : irib