Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Ihwal Dialog Fathimah as dengan Malaikat

Bagaimana penjelasan ihwal Sayyidah Fathimah as, putri Nabi saw, berbicara dengan malaikat? Tidak bisa diragukan bahwa malaikat pembawa wahyu Ilahi dan malaikat-malaikat lain berbicara dan berdialog dengan para nabi dan wali-wali Allah swt untuk menyampaikan wahyu kepada mereka, namun dialog seperti ini tidak hanya terjadi pada diri para n
Ihwal Dialog Fathimah as dengan Malaikat

Bagaimana penjelasan ihwal Sayyidah Fathimah as, putri Nabi saw, berbicara dengan malaikat?

Tidak bisa diragukan bahwa malaikat pembawa wahyu Ilahi dan malaikat-malaikat lain berbicara dan berdialog dengan para nabi dan wali-wali Allah swt untuk menyampaikan wahyu kepada mereka, namun dialog seperti ini tidak hanya terjadi pada diri para nabi , melainkan juga terjadi pada para manusia-manusia langitan (selain nabi). Ada sekelompok orang, yang mana para malaikat menampakkan diri dengan menyerupai seorang manusia ketika berhadapan dan berdialog dengan orang-orang itu, yang dijuluki sebagai muhaddats (orang yang ditemani bicara).

Di beberapa hadits fariqain (Syi’ah dan Ahlusunnah) terdapat kelompok yang dikenal sebagai muhaddats dan mereka itu adalah orang-orang yang pernah berdialog dan berbincang-bincang dengan malaikat. Seseorang yang disebut muhaddats tentunya, dari segi kesempurnaan, telah mencapai tingkat dimana dia dengan telinga biasa ini bisa mendengar suara-suara barzakhi (gaib). Alam ini, penuh dengan suara-suara dan bentuk-bentuk barzakhi , dimana mayoritas manusia tidak bisa mendengar dan menyaksikannya dikarnakan tidak punya kemampuan. Akan tetapi, ada sekelompok manusia, yang mana telah melewati tingkatan-tingkatan kesempurnaan dan keutamaan, mampu dan bisa menangkap, mendengar dan menyaksikan bentuk-bentuk serta suara-suara barzakhi tersebut, seperti Malaikat Jibril, sang ruhul qudus, berdialog dengan mereka dan mereka mendengar suara sang Malaikat mulia ini.

Dari sini, ada banyak riwayat yang memperkenalkan dan menyebut putri Rasulullah saw, Sayyidah Fathimah as, sebagai muhaddatsah [1], dimana hal ini menghikayatkan akan kemuliaan dan kesempurnaan dirinya.

Orang-orang yang berpandangan picik dan sempit menganggap bahwa perbincangan malaikat yang terjadi pada selain para nabi adalah sesuatu yang tidak benar dan bahkan jauh dari kebenaran, padahal Alquran dengan sendirinya menjelaskan bagaimana dialog malaikat dengan ibu Nabi Isa as, Maryam.

Qs. Ali 'Imran ayat 42:

"Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika malaikat berkata: "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, dan mensucikanmu, dan telah memilihmu (beroleh kemuliaan) melebihi perempuan-perempuan seluruh alam (yang sezaman denganmu)".

Malaikat berbicara dengan seseorang bukanlah alamat dan tanda bahwa orang tersebut adalah nabi, akan tetapi merupakan alamat dan ciri akan terangkatnya maqam sang mukhaathab (audiens) ke puncak kesempurnaan, yang mana puncak kesempurnaan itulah yang menganugerahinya kemampuan untuk mendengar pembicaraan para malaikat. Selain ini, Alquran juga menyebutkan ihwal pembicaraan antara para malaikat dengan istri Nabi Ibrahim as.

Qs. Huud ayat 73:

"Malaikat-malaikat itu berkata: "Patutkah Engkau merasa heran tentang perkara Yang telah ditetapkan oleh Allah? memanglah rahmat Allah dan berkatnya melimpah-limpah kepada kamu, Wahai ahli Rumah ini. Sesungguhnya Allah Maha terpuji, lagi Maha melimpah kebaikan dan kemurahanNya".

Persoalan ilham dan pintu-pintu kegaiban yang terjadi pada diri para wali Allah swt merupakan suatu permasalahan yang masyhur dalam teologi dan filsafat, dimana kita tidak ada ruang untuk menjelaskannya di dalam tulisan singkat ini, namun secara singkat dapat dikatakan bahwa periode kenabian, dalam artian kepemimpinan umat manusia dengan jalan wahyu tasyri' i, telah berlalu dan setelah Rasulullah saw, tidak akan ada lagi nabi dan rasul. Akan tetapi, pintu-pintu kegaiban dan makrifat manusia tidak akan pernah tertutup. Betapa banyak manusia yang mendengar dan melihat sesuatu, yang mana manusia lain tidak bisa mendengar dan melihatnya, dengan mata barzakhinya.

Qs. Al Anfaal ayat 29:

Hai orang-orang yang beriman, kalau engkau bertaqwa (menjauhi perbuatan dosa) kepada Allah swt, maka Allah swt akan menganugerahi kekuatan cahaya, yang mana dengannya engkau akan mampu memisahkan dari dalam antara hak dan batil.

Imam Ali as, ihwal manusia-manusia langit, yang mana senantiasa mencari kesempurnaan dengan jalan taqwa, berkata:

Dia telah menghidupkan akalnya dan membunuh syahwatnya sehingga badannya pun menjadi kurus. Badannya yang bagus itu berubah menjadi lembut. Kilatan penuh cahaya memancar dari dirinya sehingga jalan hidayah menjadi terang baginya dan membimbingnya menapaki jalan menuju Tuhan, meneruskan langkah dari satu pintu ke pintu berikutnya untuk mencapai kesempurnaan dan dia mencapai serta menempati maqam yang sangat menyenangkan lagi aman" [2]


[1] Bihaarul Anwar 43/79 hadis 66 dan 67.

[2] Nahjul Balaghah / Khutbah ke 22.


source : alhassanain
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Apa makna makar Tuhan yang disebutkan dalam al-Qur'an?
Pesan Imam Husain as
Masalah Air di Karbala
Aksi Simpatik Muslim Inggris Memperkenalkan Imam Husain as di London
Sejarah Syiah: Sejak Zaman Rasulullah SAW sampai Abad 14 H
Kisah Salman al Farisi Mencari Kebenaran
Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
Sayidah Fathimah dalam Ucapan Amirul Mukminin
Semua Di Hadapan Amirul Mukminin Sejajar
Makna “al-Qurba” pada ayat 23 surah Syura

 
user comment