Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Bagaiamana setan dapat masuk kembali ke dalam surga setelah sebelumnya ia telah dikeluarkan?

Tatkala setan tidak sujud kepada Adam maka Allah Swt mengeluarkannya dari surga. Namun demikian Bagaiamana setan dapat masuk kembali ke dalam surga setelah sebelumnya ia telah dikeluarkan dan menggoda Nabi Adam dan Hawa?
Bagaiamana setan dapat masuk kembali ke dalam surga setelah sebelumnya ia telah dikeluarkan?

Bagaiamana setan dapat masuk kembali ke dalam surga setelah sebelumnya ia telah dikeluarkan?
Pertanyaan
Tatkala setan tidak sujud kepada Adam maka Allah Swt mengeluarkannya dari surga. Namun demikian Bagaiamana setan dapat masuk kembali ke dalam surga setelah sebelumnya ia telah dikeluarkan dan menggoda Nabi Adam dan Hawa?
Jawaban Global
Secara global kita tahu bahwa adanya hubungan dengan setan dan was-was setan, tidak memerlukan kehadiran fisik bagi manusia. Atas dasar itu, terdapat kemungkinan bahwa setan tanpa harus masuk ke dalam surga ia melontarkan bisikan dan was-wasnya. Namun bagaimanapun terdapat beberapa asumsi  yang harus dikemukakan sebelum menjawab pertanyaaan yang disampaikan.

    Surga yang ditempati oleh Nabi Adam dan Hawa adalah surga yang dijanjikan yang akan diberikan Allah Swt kepada orang-orang saleh dan bertakwa.
    Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa surga Adam dan Hawa adalah surga abadi yang akan diberikan kepada orang-orang bertakwa.
    Surga yang didiami oleh Nabi Adam dan Hawa adalah salah satu taman dari taman yang ada di dunia yang telah disiapkan oleh Allah Swt untuk Nabi Adam dan Hawa.
    Sebagian ahli tafsir meyakini bahwa surga yang ditinggali oleh Nabi Adam adalah salah satu taman dari taman yang ada di langit dan bukan surga abadi.

Karena itu berdasarkan asumsi pertama jalan setan untuk masuk ke dalam hati melalui syahwat, amarah dan wahm, merupakan kekuatan syahwat yang merupakan alat bagi setan untuk mewas-wasi manusia.
Namun berdasarkan asumsi kedua dan ketiga: pada prinsipnya tempat yang didiami oleh Nabi Adam dan Hawa bukanlah surga yang dijanjikan sehingga mengemuka pertanyaan yang menyatakan bahwa bagaimana setan masuk kembali ke dalam surga?
 
Jawaban Detil
Pertama-tama harus diketahui bbahwa dewasa ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan (sains) manusia dapat menjalin hubungan secara audio, visual bahkan visual tiga dimensi dengan manusia lainnya tanpa harus berhubungan secara fisik.
Dengan memperhatikan hal ini dan juga mencermati realitas bahwa sesuai dengan pernyataan al-Quran, setan semenjak masa awal dikeluarkan dari surga telah menerima izin dari Allah Swt untuk menggoda dan membisiki manusia,[1] pertanyaan yang diajukan hingga tataran tertentu telah terjawab namun demikian dapat dikatakan bahwa terkait dengan pertanyaan ini telah banyak pembahasan yang telah dilakukan dan konsekuensinya ragam pandangan juga telah bermunculan sebagaiman berikut:

    Surga yang didiami oleh Nabi Adam dan Hawa adalah surga yang dijanjikan Allah Swt kepada orang-orang saleh dan berbuat kebaikan. Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa surga Adam dan Hawa adalah surga abadi yang akan diberikan kelak kepada orang-orang yang bertakwa; karena “alif wa lam” yang disebutkan pada awal kata “al-jannah” adalah alif lam ahdi sebagaimana dalam ayat ini:

«يا بَني‌ آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطانُ كَما أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُما لِباسَهُما لِيُرِيَهُما سَوْآتِهِما إِنَّهُ يَراكُمْ هُوَ وَ قَبيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّياطينَ أَوْلِياءَ لِلَّذينَ لا يُؤْمِنُونَ»
“Hai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang tuamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaian mereka untuk memperlihatkan kepada mereka aurat mereka. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihatmu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. Al-A’raf [7]:27)
Ayat ini menyinggung tentang surga yang telah dijanjikan, demikian juga kalimat “ihbithu” sebagaimana yang disebutkan pada ayat ini:
«فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ وَ قُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ
عَدُوٌّ وَ لَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَ مَتَاعٌ إِلَى حِيْنٍ»
“Lalu setan menggelincirkan keduanya dari surga itu dan mengeluarkan mereka dari tempat kediaman mereka, lalu Kami berfirman, “Turunlah kamu semua! Sebagian kamu adalah musuh bagi yang lain. Dan di atas bumi, kamu memiliki tempat kediaman dan kesenangan hidup hingga waktu yang ditentukan.” (Qs. al-Baqarah [2]:36)
yang menunjukkan turunnya seseorang dari atas ke bawah.[2]

    Surga yang ditempati oleh Nabi Adam dan Hawa bukanlah surga yang dijanjikan melainkan sebuah taman dari taman-taman yang ada di dunia yang telah disediakan oleh Tuhan untuk didiami keduanya.

Surga yang didiami oleh Nabi Adam dan Hawa tentunya bukan surga yang dijanjikan karena:

    Surga itu (surga yang dijanjikan) dalam lintasan kesempurnaan atau merupakan sebuah kausa menanjak (qaus su’ud) dan merupakan hasil dari amalan-amalan bukan lebih dahulu dari amalan-amalan.
    Orang yang memasuki surga ini maka ia tidak akan pernah diusir dan dikeluarkan.
    Surga yang dijanjikan bukanlah tempat bagi setan untuk dapat melontarkan was-wasnya. Karena itu surga tersebut bukanlah surga abadi alam kiamat dan boleh jadi surga yang didiami oleh Nabi Adam dan Hawa ini adalah sebuah taman yang rindang dan sejuk yang ada di muka bumi.[3]

    Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa surga yang dihuni oleh Nabi Adam dan Hawa adalah sebuah taman dari taman-taman yang ada di langit bukan surga abadi; karena dalam surga yang dijanjikan tidak terdapat taklif dan seseorang yang telah masuk surga abadi ini tidak akan pernah keluar. Ia akan kekal dan selamanya berada di dalamnya.[4]

Nah, setelah menyebutkan beberapa asumsi yang ada terkait dengan persoalan ini, asumsi pertama surga manakah yang didiami oleh Nabi Adam dan Hawa ayng dimaksud? Apabla surga yang dimaksud itu adalah surga yang dijanjikan lantas bagaiman setan dapat masuk ke dalamnya?

    Harus diketahui bahwa bagaimana setan dapat masuk ke dalam hati manusia? Apakah melalui jendela badan? Apakah dapat dibayangkan bahwa setan merupakan makhluk yang berbentuk (memiliki badan) yang masuk ke dalam hati manusia? Dalam hal ini harus dikatakan bahwa jalan setan memasuki hati melalui syahwat, ghadab (amarah) dan khayalan, sebagaimana jalan para malaikat melalui fakultas akal. Tatkala Nabi Adam dan Hawa condong ke pohon terlarang fakultas syahwat yang menjadi kendaraan setan dan dengan perantaranya, setan memiliki akses untuk masuk ke dalam hati mereka. Karena itu bukan dalam surga dan juga melalui jendela badan Nabi Adam setan masuk ke dalam hati dan juga bukan dalam bentuk jasmani hadir di hadapan Nabi Adam.[5]
    Setan tidak masuk ke dalam surga melainkan menipu mereka dengan tadlis dari luar.[6]

 
Adapun asumsi kedua dan ketiga: Pada prinsipnya tempat yang didiami oleh Nabi Adam dan Hawa bukanlah surga yang dijanjikan sehingga mengemuka pertanyaan yang menyatakan bahwa bagaimana setan masuk kembali ke dalam surga? [7]
Karena itu pertanyaan Anda menjadi relevan tatkala surga yang menjadi obyek bahasan kita sepakati sebagai surga yang dijanjikan dan surga abadi. Namun sesuai dengan asumsi kedua dan ketiga, tidak demikian adanya. Melainkan peristiwa ini terjadi pada surga yang lain lantaran kesemuanya, Nabi Adam, Hawa dan Iblis keluar dari surga tersebut.[8]
Untuk telaah lebih jauh silakan lihat beberapa indeks terkait berikut:

    Surga Nabi Adam, 5053 (Site: 5440)
    Makna Turunnya Nabi Adam dari Surga, 274 (Site: 1808)

 
[1]  Lihat, Qs. Al-A’raf (7):13-18.
[2] Dawar Panah, Abu al-Fadhl, Anwār al-Irfān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 1, hal. 456, Nasyir Intisyarat Shadr, Tehran, 1375 S.
[3] Ibid, hal. 432.
[4] Ibid, hal. 456.
[5] Thayyib, Sayid Abdul al-Husain, Athyāb al-Bayān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 9, hal.  111 dan 112, Nasyir: Intisyarat Islam, Cetakan Kedua, Tehran, 1378 S.
[6] Athyāb al-Bayān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 1, hal. 456.
[7] Ibid.
[8] Thabathabai, Muhammad Husain, al-Mizān fi Tafsir al-Qur’ān, Musawi Hamadani, Sayid Muhammad Baqir, jil. 1, hal. 202, Daftar Intisyarat Islami, Jamiah Mudarrisin, Hauzah Ilmiah Qum, Cetakan Kelima, 1374 S.


source : islamquest
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Mengapa Tuhan tidak menggunakan mukjizat untuk mencegah terbunuhnya Imam Husain As?
Bagaimanakah epistemologi dalam pandangan Allamah Thabathabai? Menurut Allamah media ...
Apa yang dimaksud dengan pernyataan buta di akhirat?
Sekilas tentang Insan Kamil dalam Irfan
Apa maksudnya beriman kepada Allah melalui asma-Nya ? Jelaskan !
Dengan bersandar pada ayat dan riwayat, apakah dapat disebutkan bahwa zaman itu terbatas ...
Apakah dalam pandangan Islam sujud takzim itu dibenarkan?
Dapatkah Anda jelaskan tentang kepribadian Ubay bin Ka’ab?
Mengapa Imam Hasan As tidak melakukan perlawanan seperti saudaranya?
Apakah wahyu itu, dan bagaimanakah wahyu itu diturunkan kepada para nabi?

 
user comment