Indonesian
Sunday 28th of April 2024
0
نفر 0

Bagaimana Metode Nasehat dalam Alquran?

Nilai metode Qur’ani ini adalah karena usahanya dalam mengartikulasikan masalah-masalah kehidupan. Karena itu, kita melihat bahwa Qur’an mempersembahkan gagasan yang berhubungan dengan apa yang dilihat, didengarkan dan diraba seseorang. Qur’an menanamkan konsep pada diri manusia yang paling dalam dengan melalui proses harap, cemas, benci dan sebagainya. Bila kita renungi masal
Bagaimana Metode Nasehat dalam Alquran?



Nilai metode Qur’ani ini adalah karena usahanya dalam mengartikulasikan masalah-masalah kehidupan. Karena itu, kita melihat bahwa Qur’an mempersembahkan gagasan yang berhubungan dengan apa yang dilihat, didengarkan dan diraba seseorang. Qur’an menanamkan konsep pada diri manusia yang paling dalam dengan melalui proses harap, cemas, benci dan sebagainya.

Bila kita renungi masalah ini, kita akan menemukan nasehat yang paling berhasil dan jitu, karena Qur’an digerakkan oleh mereka yang menggunakan kekuatan intelek dan emosi serta segala yang merangsang fakultas intelektual dan emosional kita.

Nasehat dengan Teladan

Masalah yang perlu dijelaskan lebih jauh adalah bahwasanya nasihat terkadang identik dengan perkataan, akan tetapi terkadang pula nasihat itu bergerak jauh melewati kata-kata yang membentuk bagian terpenting dari nasehat itu sendiri, namun keduanya boleh jadi berjauhan, (antara kata-kata dan nasihat). Ada istilah yang mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki penasehat dalam dirinya, tidak dapat mengambil manfaat dari nasehat orang lain. Ini menandakan bahwa seseorang dapat memberikan nasehat bagi dirinya sendiri. Nasehat itu berupa pengalaman. Ini senada dengan apa yang disampaikan Imam Ali dalam Nahjul Balagha:

“Sebaik-baik pengalamanmu adalah yang memberimu nasehat.”

Karena pengalaman merupakan sesuatu yang dapat memberimu pelajaran, konsep dan renungan tentang keadaanmu yang berhubungan dengan apa yang dimiliki oleh aspek intelektual dan aspek perasaan. Karena itu, kita dapat menemukan seseorang yang berceramah tidak dengan kata-kata akan tetapi dengan tindakan dan perilakunya.

Dengan model seperti ini, kita dapat menempatkan nasihat sebagai sebuah payung yang menaungi seluruh media intelektual atau sikap, atau yang berkaitan dengan reaksi orang lain.

Kesemuanya ini menunjukkan adanya proses dalam menyampaikan nasehat. Singkatnya, cara seperti ini adalah metode fungsional yang beragam media penyampaiannya. Metode ini meletakkan sebuah konsep pada seseorang dan membenarkan apa yang keliru dalam kehidupannya. Serta meluruskan apa yang seharusnya mewujud dalam sikapnya atau membuka cakrawala berpikirnya.

 

Peranan Penerima

Sesungguhnya nasihat itu merupakan cerminan perbuatan si pemberi nasihat. Di mana si pemberi nasihat menghadirkan selaksa hujjah dengan sebaik-baiknya dalam rangka menekankan gagasan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, orang-orang yang menerima nasehat seyogyanya memiliki kemampuan, tanggung jawab dan keinginan mengamalkan segala yang diserukan atasnya. Karena nasehat merupakan sebuah jawaban dengan perkataan, tindakan, teladan dan dengan cara apa saja yang masuk akal.

Seseorang yang tidak bereaksi atas nasihat yang dialamatkan padanya tidak ada bedanya dengan mayat yang telah hilang segala fakultas rasanya. Kehilangan fakultas rasa pada diri manusia hanya terdapat pada orang mati saja atau boleh jadi orang yang masih hidup namun telah membekukan segala sensasi keberadaanya.

Allah bercerita tentang orang-orang seperti ini berulang-ulang di dalam Quran, “Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakkannya untuk mehamai (ayat-ayat Allah, mereka memiliki mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (kekuasaan Allah), mereka memiliki telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah).“ (Qs. al-A’raf:179) Hal ini menandakan bahwa manusia boleh jadi melumpuhkan indera dan rasanya, emosi dan cita-citanya lalu kemudian menjadi mayat hidup, “Sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman” (Qs. al-Baqara:6); “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran dan penglihatan mereka.“(Qs. al-Baqara:7)

Bagaimana anda dapat mengajak orang untuk mengamalkan nasehat yang anda sampaikan jika ia menolak panggilan kepada kebaikan?


source : alhassanain
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Dalil Fitrah Pembuktian adanya Imam Mahdi af
Jangan Remehkan Dzikir !
Anak-anak Adam dengan siapa mereka menikah?
Sirah Kebudayaan Imam Musa Kadzim as
Imam Jawad Diracuni Isterinya
Hukum dan adab akikah dalam Ahlul-Bait
Tempat Kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Berguru pada Seorang Budak
4 Tingkatan Kesucian dan Kebersihan
Riba

 
user comment