Kalimat “Maka rasa sakit melahirkan memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma. Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!" sesuai dengan penjelasan dari Injil, bahwa tidak ada terdapat kamar di rumah penginapan tempat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dilahirkan di kota Bethlehem itu.
Siti Maryam rupanya terpaksa tinggal di padang terbuka dan Siti Maryam berlindung di bawah sebatang pohon kurma, untuk beristirahat di bawah naungannya, dan boleh jadi juga untuk mendapat tempat bersandar di saat mengalami penderitaan waktu melahirkan bayi:
“Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati, sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai di bawah engkau, dan goyangkan ke arah engkau pelepah batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah mata engkau.”
Oleh karena kata taht (di bawah) berarti pula lereng gunung (Lexicon Lane), maka ayat ini menunjukkan bahwa suara itu datang kepada Siti Maryam dari sisi lereng gunung.
Sebenarnya Bethlehem terletak di atas sebuah bukit padas yang tingginya 2350 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat subur. Pada bukit padas itu terdapat mata air yang salah satu di antaranya dikenal dengan nama "Mata air Sulaiman." Mata air lainnya terletak pada jarak kira-kira 800 yard (1 yard = 91.44 cm) di sebelah tenggara kota itu. Keperluan akan air bagi kota Bethlehem dilayani oleh beberapa sumber (mata air) itu.
Menurut Surah Maryam ayat 24-26 tersebut kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terjadi pada musim ketika pohon-pohon kurma di Yudaea sedang lebat dengan buah-buah kurma yang segar. Musim itu jelas bertepatan pada bulan-bulan Agustus dan September, tetapi menurut anggapan kalangan umat Kristen pada umumnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dilahirkan pada tanggal 25 Desember, hari itu diperingati pada tiap-tiap tahun di seluruh dunia Kristen dengan sangat meriah.
Pandangan umat Kristen ini bukan saja ditentang oleh Al-Quran tetapi juga oleh sejarah, bahkan oleh Perjanjian Baru sendiri. Ketika menulis mengenai waktu kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Lukas berkata:
"Maka di jajahan itu pun ada beberapa orang gembala, yang tinggal di padang menjaga kawanan binatangnya pada waktu malam" (Lukas 2:8). Menafsirkan pernyataan Lukas ini, Uskup Barns dalam bukunya yang tersohor "The Rise of Christianity" pada halaman 79 berkata: "Lagi pula tidak ada dalil untuk mempercayai bahwa 25 Desember itu Hari kelahiran Isa yang sebenarnya. Jika kita dapat menaruh kepercayaan sedikit saja pada ceritera-kelahiran (Isa) dengan gembala-gembala berjaga-jaga pada malam hari di padang rumput dekat Bethlehem, seperti dikisahkan oleh Lukas, maka kelahiran Isa tidak terjadi di musim dingin ketika suhu di daerah pegunungan Yudaea waktu malam begitu rendah, sehingga adanya salju bukan sesuatu hal yang luar biasa. Sesudah diadakan banyak perdebatan rupanya Hari Natal kita itu telah ditetapkan kira-kira pada tahun 300 Masehi.