Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Al-Qur’an ditinjau dari tiga aspek merupakan mukjizat, 1. Lafaz; 2. Kandungan; 3. Pembawanya. Seberapa besar kadar Ilahiah yang ditunjukkan masing-masing dari ketiga sisi ini?

Al-Qur’an ditinjau dari tiga aspek merupakan mukjizat, 1. Lafaz; 2. Kandungan; 3. Pembawanya. Seberapa besar kadar Ilahiah yang ditunjukkan masing-masing dari ketiga sisi ini?

Al-Qur’an ditinjau dari tiga aspek merupakan mukjizat, 1. Lafaz; 2. Kandungan; 3. Pembawanya. Seberapa besar kadar Ilahiah yang ditunjukkan masing-masing dari ketiga sisi ini?
Jawaban Global
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda memilih jawaban detil
Jawaban Detil

Secara umum, sebagian aspek kemukjizatan (i’jaz) menunjukkan bahwa al-Qur’an tidak pada zaman pewahyuannya, tidak pada zaman lainya, tidak dapat bersumber dari selain-Nya dan hanya bersumber dari Tuhan. Sebagaimana kemukjizatan kefasihan al-Qur’an tidak terkhusus pada ruang dan waktu tertentu maka jenis kemukjizatan ini tidak dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak pada masa pewahyuannya juga tidak di masa akan datang. Namun dari sebagian aspek kemukjizatan al-Qur’an menunjukkan bahwa pada masa itu al-Qur’an tidak dapat bersumber dari selain Tuhan, seperti aspek kedua, dimensi kemukjizatan kandungan al-Qur’an (dengan asumsi seluruh ilmu dan pengetahuan al-Qur’an sekarang juga telah dikenal dan dapat diakses oleh seluruh manusia).

Dari sisi lain, sebagian aspek ini terkait dengan masalah tipologi pembawanya. Artinya bahwa baik pada masa lampau, masa kini atau masa datang, pembawanya yang tidak pernah mengenyam pendidikan tidak mampu membawa kitab semacam ini, sementara pada sebagian dimensi kemukjizatan al-Qur’an diperkenalkan sebagai mukjizat sejarah untuk setiap masa, seluruh semesta, pada setiap ruang dan waktu, sedemikian sehingga selamanya tidak seorang pun manusia yang mampu menghadirkan kitab semacam ini.

Kini mari kita saksikan seberapa besar kadar keilahiaan al-Qur’an dapat dibuktikan dan ditetapkan dari masing-masing tiga dimensi kemukjizatan.

Kemukjizatan dari sudut pandang pembawanya hanya dapat menetapkan bahwa kandungan al-Qur’an berasal dari sisi Tuhan, adapun persoalan bahwa lafaz-lafaz bersumber darinya tidak dapat dibuktikan dan tetapkan.[1]

Apabila disebutkan bahwa Nabi Saw tidak dapat menghadirkan lafaz-lafaz ini dari sisinya, atau redaksi-redaksi sedemikian ia gunakan, maka lafaz-lafaz dan redaksi serta susunannya juga bercorak Ilahi, kita akan berkata bahwa masalah ini kembali kepada permasalahan kefasihan dan elokuensi al-Qur’an yang sejatinya adalah kemukjizatan elokuensi al-Qur’an. Lalu kesimpulannya ia tidak dapat dipandang sebagai kemukjizatan dari aspek pembawanya. Kecuali diklaim bahwa kendati kita tidak dapat menetapkan bahwa kefasihan tersebut mustahil bersumber selain dari Tuhan, namun setidaknya, bagi Rasulullah Saw hal sedemikian mustahil adanya.

Dengan bersandar kepada aspek ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa lafaz-lafaz, redaksi-redaksi dan susunan-susunan al-Qur’an juga bersumber dari Allah Swt.

Empat aspek yang disebutkan terkait kemukjizatan kandungan al-Qur’an,[2] yang dapat ditetapkan hanyalah corak Ilahianya kandungan al-Qur’an.

Namun aspek kemukjizatan lafaz al-Qur’an ini – kemukjizatan elokuensi dan bilangan – menetapkan bahwa lafaz-lafaz dan susunan-susunan al-Qur’an juga bersumber dari Allah Swt.[3]

Demikian juga corak Ilahiahnya sebagian ayat yang bertautan satu dengan yang lain dan sejatinya yang membentuk satu struktur dapat ditetapkan. Di samping itu, bagaimana dapat dibuktikan dan ditetapkan bahwa pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an secara berurutan (meski tidak memiliki satu struktur) dan mengemukanya surah-surah, dan juga pengumpulan dan kemunculan al-Qur’an yang kini ada di tangan kita adalah berasal dari Tuhan?

Jawaban dari pertanyaan ini biasanya mengedepan pada pembahasan yang disebut sebagai “sejarah al-Qur’an.”[4] Sebagian Ahlussunnah dan kebanyakan kaum orientalis mengklaim poin ini bahwa pengumpulan ayat-ayat dan munculnya surah-surah, dan pengumpulan surah-surah serta munculnya al-Qur’an yang kini ada di tangan kita dilakukan setelah wafatnya Nabi Saw.[5][]

Referensi untuk kajian lebih jauh :

Mahdi Hadavi Tehrani, Mabâni Kalâmi Ijtihâd


[1]. Sebagian orang juga menerima ucapan ini dan berkata: "Kendati kandungan al-Qur'an bersumber dari Tuhan (bercorak Ilahi) namun lafaz-lafaznya berasal dari Nabi Saw sendiri. Padahal ulama Islam semenjak dahulu hingga sekarang meyakini bahwa perbedaan antara hadis Qudsi dan al-Qur'an terdapat pada poin ini dimana kandungan hadis Qudsi berasal dari Tuhan dan lafaz-lafaznya dari manusia, Nabi Muhammad Saw. Sementara al-Qur'an lafaz-lafaznya juga bersumber dari Tuhan.

[2]. Lihat indeks Kemukjizatan al-Qur'an.

[3]. Barangkali sebab penegasan ulama kita, semenjak dahulu hingga sekarang, terkait dengan kemukjizatan elokuensi al-Qur'an adalah mereka melihat terangnya petunjuknya.

[4]. Sebagai contoh Anda dapat merujuk kepada kitab-kitab seperti, Abu Abdillah Zenjani, Târikh al-Qur'ân; Mahmud Ramyar, Târikh-e Qur'ân; Sayid Muhammad Baqir Hujjati, Pazuhesy dar Târikh Qur'ân; Sayid Muhammad Ridha Jalali Na'ini, Târikh-e Jam'e Qur'ân Karim.

[5]. Lihat, indeks Pengumpulan Qur'an, dan Mahdi Hadavi Tehrani, Mabani Kalami Ijtihad, hal. 52-53, Muassasah Farhangi Khane-ye Kherad, Qum, cetakan pertama, 1377 S

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Apakah Ja’dah memiliki anak dari Imam Hasan As?
Menjadi penghuni surga Ridhwan bagaimana bisa sejalan dengan syafaat Malaikat?
Apakah orang-orang Iran memeluk Islam berkat usaha Umar?
Apakah dan bagaimanakah burhân (tanda) Ilahi itu yang menjaga Nabi Yusuf dari perbuatan ...
Mengapa dalam al-Quran iman kepada malaikat disebutkan terlebih dahulu dari pada iman ...
Mengapa Tuhan tidak menggunakan mukjizat untuk mencegah terbunuhnya Imam Husain As?
Bagaimanakah epistemologi dalam pandangan Allamah Thabathabai? Menurut Allamah media ...
Apa yang dimaksud dengan pernyataan buta di akhirat?
Sekilas tentang Insan Kamil dalam Irfan
Apa maksudnya beriman kepada Allah melalui asma-Nya ? Jelaskan !

 
user comment