Terkadang dalam kehidupan kita menyaksikan banyak orang yang sering berkata betapa celaka dan menderitanya saya! Karena manusia tidak menemukan jawaban atas pertanyaan ini, mereka mencarinya dari pelbagai jalan yang dapat menenangkan hatinya.
Penderitaan dan nasib seseorang merupakan masalah yang senantiasa menjadi pertanyaan manusia dan masyarakat. Masalah ini juga dapat dikaji dalam ayat dan riwayat.
Imam Shadiq as dalam sebuah hadis menjawab pertanyaan ini, apakah Allah membuat manusia celaka?
Beliau berkata, "Allah Swt tidak pernah membuat hidup manusia yang bahagia menjadi penuh penderitaan dan celaka, tapi yang benar adalah mengubah penderitaannya menjadi kebahagiaan."(1)
Ketika Imam Ali as ditanya tentang sebab dari penderitaan manusia menjawab, "Sebab penderitaan manusia adalah cinta kepada dunia."(2)
Imam Husein as dalam doa hari Arafah mengatakan, "Ya Allah! Perbuatlah sedemikian rupa sehingga saya benar-benar takut, seakan-akan saya melihat-Mu. Jadikanlah saya bahagia dengan takwa dan takut kepada-Mu dan buat saya celaka dan menderita dengan maksiat dan tidak taat kepadamu."(3)
Dalam hadis yang lain, Imam Ali as sempat ditanya orang seperti apa yang paling celaka dalam kehidupannya dan beliau menjawab, "Orang yang menderita adalah manusia yang ditipu oleh hawa nafsunya."(4)
Beliau juga mengatakan, "Orang yang celaka adalah manusia yang tidak memanfaatkan akal dan pengamalannya."(5)
Begitu juga dalam hadis yang lain beliau berkata, "Berhentilah dari berbuat dosa dan cegahlah nafasmu dari berbuat dosa! Karena orang yang celaka adalah manusia yang membawa perhatiannya untuk melakukan dosa."(6) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Catatan:
1. At-Tauhid, 358/6, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 300.
2. Ghurar al-Hikam, hadis 5516, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 300.
3. Bihar al-Anwar, 98/218/3, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 300.
4. Nahjul Balaghah, Khutbah 86, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 300.
5. Nahjul Balaghah, al-Kitab 78, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 300.
6. Ghurar al-Hikam, hadis 4499, Muntakhab Mizan al-Hikmah, hal 300.
source : indonesian.irib.ir