Indonesian
Wednesday 1st of May 2024
0
نفر 0

Kisah Ushul Kafi: Optimis dalam Berdoa

Kisah Ushul Kafi: Optimis dalam Berdoa

 

Ahmad bin Muhammad menemui Imam Ridha as dan berkata, "Beberapa tahun ini saya punya hajat dan berdoa kepada Allah agar dikabulkan, tapi doa saya tidak mustajab. Perlahan-lahan saya mulai ragu."

 

 

Imam Ridha as berkata, "Wahai Ahmad! Waspadalah jangan sampai engkau dikalahkan setan, sehingga engkau merasa putus asa. Sesungguhnya Imam Baqir as berkata, ‘Seorang mukmin meminta hajatnya kepada Allah. Dalam hal ini Allah mengakhirkan terkabulkannya hajatmu. Karena Dia mencintai tangisan dan munajatmu.

 

Setelah itu Imam Ridha as menambahkan, "Demi Allah! Ditangguhkannya mengijabahi kebutuhan duniawi seorang mukmin yang diminta kepada Allah lebih baik dari mempercepat penerimaannya dan terpenuhinya kebutuhan."

 

Lalu apa nilai dunia?

 

Imam Baqir as berkata: "Selayaknya seorang mukmin ketika berdoa dalam kondisi senang sama dengan kondisinya saat susah. Karena bila doanya tidak diterima, ia tidak menjadi lemah dan tetap berdoa. Oleh karenanya, jangan merasa lelah dari berdoa. Sesungguhnya doa memiliki maqam yang tinggi di sisi Allah. Hendaknya engkau bersabar. Berusaha untuk bekerja mendapatkan rezeki yang halal dan tetap menjaga silaturahmi. Karena kami adalah keluarga yang tetap menjaga silaturahmi, sekalipun orang lain memutuskannya. Kami juga menyikapi baik, sekalipun terhadap orang yang berbuat buruk. Demi Allah! Dengan cara ini kami mendapatkan banyak kebaikan.

 

Sesungguhnya orang yang mendapat nikmat ilahi di dunia bila ia berdoa dan meminta kepada Allah Swt, ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya, tapi dikarenakan ketamakannya ia terus meminta dan perlahan-lahan nikmat Allah yang telah diterimanya dianggap tidak bernilai dan tidak pernah merasa cukup. Ketika seorang muslim mendapat nikmat yang banyak, ia dalam kondisi bahaya dan diuji terkait hak-hak yang wajib dikeluarkannya.

 

Kemudian Imam Ridha as bertanya, "Katakan padaku, apakah engkau percaya dengan yang saya sampaikan kepadamu?"

 

Ahmad menjawab, "Bila saya tidak pernya denganmu, lalu kepada siapa saya bisa percaya. Engkau adalah Hujjah Allah dan sudah pasti ucapanmu benar."

 

Imam Ridha as berkata, "Bila engkau mempercayai kata-kataku, hendaknya engkau lebih mempercayai firman Allah. Karena Allah pasti memenuhi janji-Nya. Bukankah Allah Swt berfirman, ‘Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku' (QS. al-Baqarah: 186), begitu juga dalam ayat yang lain, ‘Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah' (QS, az-Zumar: 53) dan ‘Sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.' (QS. al-Baqarah: 268) Dengan demikian, keyakinanmu kepada Allah harus lebih besar dari yang lainnya dan jangan memberi jalan ke dalam hatimu kecuali kebaikan. Dalam kondisi yang demikian, engkau akan diampuni-Nya." (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Dastanha-ye Usul Kafi, Mohammad Mohammadi Eshtehardi, 1371Hs, jilid 1.

 


source : indonesian.irib.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Imam Sajjad as Penerus Kebangkitan Huseini
Yazid dalam Timbangan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Konsep Taklid dalam Ajaran Ahlul Bait as
Makna “al-Qurba” pada ayat 23 surah Syura
Yazid dan Kebobrokan Pemerintahannya
Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
Bahaya Menyakiti Hati Orang Miskin
Imam Husein as, Ruh Kemanusiaan
Apakah Kita akan Dibakar di Neraka?
Shalawat, Hadiah Ilahi kepada Mukmin

 
user comment