Ketika Imam Ali as menjabat sebagai khalifah dan masyarakat berbaiat kepadanya, beliau naik ke atas mimbar. Setelah memuji Allah, beliau mengatakan, “Demi Allah! Selama saya masih memiliki satu pohon kurma di Madinah, saya tidak akan mengambil harta ‘Baitul Mal’ untuk diri saya sendiri. Hai orang-orang! Pikirkan baik-baik! Apakah ketika saya tidak mengambil saham dari ‘Baitul Mal’ milik umat Islam, lantas saya bisa memberikannya kepada kalian tanpa perhitungan?”
Aqil saudara beliau yang juga hadir di masjid bangkit dan berdiri lalu berkata, “Apakah aku yang merupakan saudaramu kau anggap sama dengan seorang kulit hitam yang berada di Madinah?”
Imam Ali berkata, “Duduklah saudara! Engkau tidak memiliki kelebihan sama sekali daripada orang kulit hitam itu, kecuali bila Engkau lebih bertakwa.”
Pada saat itu seorang lelaki di antara kumpulan orang-orang yang hadir berkata, “Wahai Amirul Mukminin!Tidakkah lebih baik bila Anda memberikan saham lebih banyak dari ‘Baitul Mal’ kepada para pembesar Madinah dan para komandan pasukan, supaya pilar-pilar pemerintahan Anda sejak saat ini menjadi kokoh!?
Imam Ali as tampak marah dan berkata, “Sama sekali! Kalian meminta saya untuk mengokohkan pilar-pilar pemerintahan saya atas dasar kezaliman dan ketidakadilan? Tidak. Demi Allah! Saya tidak akan melakukan hal ini. Demi Allah! Bila harta umat Islam itu berasal dari saya sendiri, saya tetap akan memperlakukannya secara adil, apalagi bila harta itu milik mereka sendiri.” (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as
source : irib