Indonesian
Thursday 18th of July 2024
0
نفر 0

Bersama Kafilah Ramadan (13)

Para pakar dan ulama Islam meyakini bahwa seluruh perintah dan hukum Ilahi diturunkan berdasarkan kebaikan dan keburukan. Setiap hukum yang ada memiliki filasafah dan hikmah tersendiri, di mana hal ini menjadi dasar bagi Allah Swt untuk mewajibkan hamba-Nya untuk mengikuti perintah tersebut. Para dokter meyakini bahwa puasa memiliki peran menakjubkan bagi keselamatan jiwa
Bersama Kafilah Ramadan (13)


Para pakar dan ulama Islam meyakini bahwa seluruh perintah dan hukum Ilahi diturunkan berdasarkan kebaikan dan keburukan. Setiap hukum yang ada memiliki filasafah dan hikmah tersendiri, di mana hal ini menjadi dasar bagi Allah Swt untuk mewajibkan hamba-Nya untuk mengikuti perintah tersebut. Para dokter meyakini bahwa puasa memiliki peran menakjubkan bagi keselamatan jiwa dan fisik manusia.


 
 
Dr.Carlo dari Amerika terkait hal ini mengatakan, puasa yang diwajibkan agama Islam merupakan jaminan paling besar bagi kesehatan manusia. Dr. Paknejad dari Iran meyakini, selama satu bulan puasa, manusia memiliki badan baru dan bebas dari segala jenis racun. Seorang dokter lain dalam masalah ini mengatakan, manfaat besar mengurangi makan dan menahan makan untuk waktu yang singkat, karena lambung selama 11 bulan terus bekerja maka selama satu bulan ia dapat beristirahat.
 
 
 
Puasa adalah menahan makan dan minum selama waktu tertentu dalam setahun. Ini merupakan metode paling tepat untuk menjaga kesehatan yang dipahami baik oleh dokter zaman dahulu maupun sekarang. Khususnya penyakit yang menyerang alat pencernaan dan hati, yang tidak dapat disembuhkan melalui obat, namun dengan baik dapat disembuhkan dengan puasa. Seluruh pendapat para pakar dan dokter ini telah diungkapkan oleh Rasul melalui sabdanya, “Perut adalah sumber seluruh penyakit dan menahan serta mengurangi makan merupakan solusi terbaik untuk mengobatinya.”
 
 
 
Puasa bukan saja berpengaruh pada fisik manusia, namun juga pada sisi kejiwaan. Riset psikolog membuktikan puasa memainkan peran signifikan dalam mempercepat proses pemulihan pasien yang mengalami stress. Perubahan perilaku dan fisiologis seseorang yang disebabkan puasa, selaras dengan proses pemulihan sang pasien.
 
 
 
Puasa juga dapat mengurangi berbagai penyakit seperti alzaimer atau lemah ingatan akibat bertambahnya usia seseorang. Hal ini dikarenakan salah satu manfaat puasa, selain sisi spiritualitas adalah memperkuat daya ingat seseorang. Imam Ali as berkata, “Ada tiga hal yang membersihkan lendir (ingus) dan memperkuat ingatan, menggosok gigi, berpuasa dan membaca al-Quran.”
 
 
 
Setiap ibadah, khususnya puasa selain berpengaruh pada pengokohan jiwa dan spiritualitas manusia serta iman mereka, juga mampu menguatkan tekad dan mempertebal rasa percaya diri. Hasilnya adalah ketenangan dan kesehatan mental seseorang serta masyarakat terjaga. Tak hanya itu, pengaruh amal ibadah juga mampu menurunkan ketegangan dan instabilitas mental seseorang.
 
 
 
Menurut pengalaman di lapangan, orang yang taat beragama atau religi, tingkat represi kejiwaan dan kegalauannya lebih rendah di banding dengan yang lain serta lebih tegar dalam menghadapi pasang surut kehidupan. Sejatinya orang yang beragama dari sisi perspektif lebih kokoh dan mereka memiliki pandangan akan akibat dari kehidupan dan kematian. Mengingat mereka mendapat dukungan dari masyarakatnya dan kejiwaan yang tenang di masyarakat beragama, maka mereka memiliki kemampuan kejiwaan yang lebih dalam menghadapi peristiwa pahit dan kesulitan hidup.
 
 
 
Ajaran agama seperti tawakkal, takdir Ilahi, keyakinan terhadap keadilan serta adanya tujuan dalam sistem penciptaan dan lainnya menjaga orang yang beriman dari kebingungan menghadapi jalan bercabang dan mengambil keputusan yang sulit serta penyakit stress dan kegalauan jiwa.
 
 
 
Berpuasa memiliki banyak manfaat. Menguatkan tekad, merupakan buah pertama dari ibadah ini. Orang yang berpuasa selain harus menahan makan, juga harus mengontrol hawa nafsunya. Latihan ini membuat tekad dan keputusan di dalam diri manusia semakin kuat serta membebaskan jiwanya dari belenggu kekuasaan hawa nafsu. Para pemuka Islam mengatakan, “Orang paling baik adalah yang memerangi hawa nafsunya dan orang terkuat adalah yang berhasil mengalahkan hawa nafsunya.”
 
 
 
Puasa khususnya puasa sebulan di bulan Ramadhan membuat sisi ketakwaan seseorang berhasil mengalahkan kekuasaan hawa nafsu dan timbullah cahaya serta ketenangan batin. Di bawah pengaruh inilah, orang yang berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus, namun seluruh anggota badannya pun akan dijaga dari perbuatan haram. Bahkan ia dapat mencapai derajat takwa yang tinggi, ketika ia bukan saja berhasil menghindari perbuatan haram, namun juga tidak terlintas dalam benaknya untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Tuhan. Ini adalah puncak dari cahaya Ilahi.
 
 
 
Imam Ali as juga mengisyaratkan derajat takwa ini dan bersabda, “Puasa hati dari memikirkan perbuatan dosa, lebih baik dari puasa perut dari makan dan minum. Namun ini bukan berarti zahir puasa menahan lapar dan haus ditinggalkan, tapi seseorang jangan hanya puas dengan zarih puasa dan ia harus berusaha untuk mencapai manfaat spiritual puasa.” Nabi Isa as terkait masalah ini berkata, “Wahai Hawariyun! Pertahankanlah perut kalian dalam keadaan kosong (puasa), semoga kalian dapat menyaksikan Tuhan melalui mata batinmu.”
 
 
 
Sabar termasuk manfaat lain dari puasa. Manusia dalam kehidupan individu dan sosialnya senantiasa menghadapi beragam kesulitan. Tanpa kesabaran, tidak mudah menyelesaikan kesulitan dan mencapai tujuan hidup. Sabar menambah kekuatan resistensi seseorang dan membuat tekad semakin solid. Sejatinya puasa menumbuhkan kesabaran di dalam diri manusia. Rasulullah Saw bersabda, “Puasa separuh dari sabar.”
 
 
 
Oleh karena itu, orang yang berpuasa tengah melatih dirinya untuk bersabar. Puasa khususnya di hari-hari yang panas dan panjang musim panas, di mana rasa haus terasa mencekik leher, memberikan kesabaran dalam diri manusia serta membuat kesulitan dan penderitaan semakin mudah dijalani. Mengingat manfaat ini, al-Quran menyamakan puasa dengan sabar, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.”
 
 
 
Diriwayatkan dari Imam Sadiq as ketika beliau menafsirkan ayat 45 surat al-Baqarah bersabda, “Maksud dari sabar di surat ini adalah puasa. Siapa saja yang menghadapi kesulitan maka berpuasalah, karena Allah sendiri berfirman, mintalah pertolongan dari puasa.” Sementara itu, Rasulullah Saw menamakan bulan Ramadhan sebagai bulan kesabaran dan bersabda, “Ramadhan adalah bulan kesabaran dan pahala bagi orang-orang yang bersabar adalah surga.”
 
 
 
Rasul bersabda, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan berharap pahala dari Allah Swt, maka seluruh dosa-dosanya di masa lalu akan dihapus.” Di bulan Ramadhan, umat Muslim semakin optimis dengan rahmat Allah Swt dan bertaubat atas dosa-dosanya. Optimis akan rahmat Ilahi adalah sifat mulia dan penyelamat bagi mukmin. Artinya mukmin tidak bersandar pada amal perbuatannya dan hanya kemurahan Allah yang akan menyelamatkan dirinya dari api neraka.
 
 
 
Optimis akan rahmat Ilahi adalah perbuatan terpuji, namun sebaliknya, pesimis akan rahmat Ilahi merupakan perbuatan buruk dan dosa besar. Meski seseorang tenggelam dalam perbuatan maksiat, dia tidak seharusnya putus asa dari rahmat Ilahi dan mencap dirinya sebagai ahli neraka. Karena pandangan seperti ini akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam perbuatan dosa dan menolak untuk bertaubat. Sebaliknya para pendosa yang optimis akan rahmat Ilahi, tidak akan terus tenggelam dalam kemaksiatan dan akan berusaha untuk mendapatkan rahmat Ilahi.
 
 
 
Dikisahkan ada seorang ahli ibadah (‘Abid) yang beribadah di luar kota selama 600 tahun. Ia berpuasa setiap hari dan malamnya dihabiskan dengan ibadah. Rumahnya berada di pinggir sungai yang jernih. Dari sungai inilah ia memenuhi kebutuhan air minumnya dan makan dari buah delima yang tumbuh di pinggir sungai. Ia memohon kepada Tuhan untuk dicabut umurnya untuk menyaksikan keadilan Tuhan.
 
 
 
Malaikat Jibril menceritakan kisah ini kepada Rasulullah dan beliau menyaksikan di Lauh Mahfud bahwa kiamat telah terjadi dan ahli ibadah tersebut dihadapkan kepada Tuhan. Tuhan berkata kepada hamba tersebut, “Masuklah surga dengan rahmatku! Hamba tersebut dengan congkak berkata, “Lantas 600 tahun ibadahku bagaimana perhitungannya, dan kini aku harus masuk surga dengan rahmat-Mu?
 
 
 
Allah Swt kemudian memerintahkannya untuk menghitung kembali amalnya dan membandingkan dengan keadilan Tuhan. Akhirnya Tuhan berkata kepadanya, 600 tahun ibadah dan rasa syukur yang kamu lakukan tidak sebanding dengan satu delima yang kamu makan. Kemudian Allah berkata kepadanya, lantas mana rasa syukur atas nikmat-nikmat yang lain yang kamu nikmati?
 
 
 
Hamba yang ahli ibadah tersebut dengan menundukkan kepala dan menyadari bahwa akibat rasa tidak syukurnya atas nikmat lain yang ia dapat maka ia menjadi ahli neraka. Saat itu, dengan memelas ia memohon Tuhan memperlakukan dirinya dengan kemurahan-Nya, bukan dengan keadilan. Kemudian atas kemurahan Tuhan, ia pun dimasukkan ke surga.(IRIB Indonesia)


source : irib.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Pentingnya Persaudaraan Ditengah Umat Islam
Nabi Muhammad SAW Dalam Kitab Suci Agama Hindu!
Imam Ali Menjemput Kesyahidan
Siapa Pembantai Imam Husayn dan pengikutnya di Karbala?
Kenalkah Kau dengan al Husain, Cucu Kesayangan Nabi?
Mengurai Makna Syair Sufi
15 Bagian Binatang Berkaki Empat yang Tidak Boleh Dimakan.
5 Shafar, Syahadah Sayidah Ruqayah as
Apakah ada dalam al-Quran sebuah ayat yang berbicara tentang estetika dan keindahan?
Membaca Salafi, Wahabi dan Khawarij

 
user comment