Indonesian
Tuesday 23rd of April 2024
0
نفر 0

Bersama Kafilah Ramadhan (10)

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Di bulan ini, hati dan jiwa orang mukmin yang tengah menjalankan ibadah puasa merupakan hakikat pertama yang mendapat limpahan berkah bulan suci Ramadhan. Hati-hati orang mukmin yang berpuasa di bulan ini lebih dekat dengan Tuhan dan menjadi tempat meraih anugerah Allah Swt. Ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi hamba-hamba saleh dan hamba terkasih Allah, karena bulan ini merupakan waktu tepat untuk bermunajat dan berdoa kepada Sang Pencipta
Bersama Kafilah Ramadhan (10)


Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Di bulan ini, hati dan jiwa orang mukmin yang tengah menjalankan ibadah puasa merupakan hakikat pertama yang mendapat limpahan berkah bulan suci Ramadhan. Hati-hati orang mukmin yang berpuasa di bulan ini lebih dekat dengan Tuhan dan menjadi tempat meraih anugerah Allah Swt. Ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi hamba-hamba saleh dan hamba terkasih Allah, karena bulan ini merupakan waktu tepat untuk bermunajat dan berdoa kepada Sang Pencipta Alam Semesta.


 
 
Manusia dari hari ke hari membutuhkan interaksi dengan Tuhan, berdoa dan meminta pertolongan-Nya. Ini adalah kebutuhan mendasar dan primer. Manusia tanpa kehadiran Tuhan dan jalinan dengan-Nya, akan merasa hampa dan kehilangan kekuatannya saat menghadapi musibah dan kesulitan. Manusia mukmin di kondisi tersulit pun menyadari masih ada kekuatan mutlak yang mendengar rintihannya dan ketika Ia diseru, langsung menjawab. Allah Swt di ayat al-Quran surat al-Ghafir ayat 60 memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya dan kemudian Ia pun akan mengabulkannya.
 
 
 
Mengingat Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya memberi semangat baru kejiwaan kepada fisik manusia yang lelah serta membuat hidupnya penuh dengan optimisme. Ini wajar karena manusia menyadari bahwa Tuhan pada akhirnya akan membimbingnya ke jalan terbaik. Doa mengikat hati manusia dan Tuhan dan membuat jiwa manusia penuh dengan spiritualitas. Doa juga membimbing pikiran dan benak manusia.
 
 
 
Menjalin hubungan dengan Tuhan tidak boleh diremehkan. Nasib seluruh manusia tergantung pada hubungan ini. Hubungan inilah yang menenangkan hati manusia supaya tidak takut terhadap selain Tuhan. Hubungan dan interaksi dengan Tuhan yang memenuhi hati-hati manusia mencintai mukmin dan pencari kebenaran. Keterikatan dengan Tuhan merupakan faktor yang mendorong manusia senantiasa mencari kerelaan Penciptanya dan tidak akan bersedia mengorbankan perintah Tuhan demi memuaskan kepentingan pribadi serta hawa nafsu.
 
 
 
Interaksi ini tidak mengenal pria dan wanita, tua atau muda dan antara kaya dan miskin, bahkan tidak pula mengenal waktu dan tempat. Setiap saat manusia dapat menghadap Tuhan dan memohon bantuan-Nya. Ia pun tidak perlu melakukan syarat atau adab tertentu. Meski menjaga adab doa menunjukkan kesopanan seorang hamba dan ulama serta pemuka agama telah memberi tuntutan yang diperlukan kepada kita dalam masalah ini. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan untuk memperkokoh hubungan antara manusia dan Tuhan, maka peluang tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bulan Ramadhan termasuk salah satu peluang yang harus dimanfaatkan.
 
 
 
Doa yakni meminta dan memohon. Permintaan yang muncul dari kebutuhan. Mereka yang memahami ketidakpunyaan dirinya dihadapan Tuhan, maka doanya akan terkabul. Di surat al-Furqan ayat 77 dijelaskan nilai doa dan berlindung kepada Tuhan. Allah Swt berfirman, “Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)".
 
 
 
Hal ini dikarenakan doa manifestasi ketidakpunyaan dan kebutuhan terhadap Tuhan Yang Maha Kaya. Pernyataan akan kelemahan dihadapan Tuhan akan membuat manusia yang tercipta dari tanah mencapai kesempurnaan dan mengangkatnya hingga ke Arsh Ilahi. Naiknya ruh manusia ini dengan sendirinya merupakan salah satu dari rahasia doa.
 
 
 
Tuhan pemilik sejati alam semesta dan pemberi rizki seluruh makhluk. Mayoritas nikmat Tuhan kepada hamba-Nya diberikan tanpa permintaan hamba tersebut. namun ada sebagian nikmat yang diberikan berdasarkan kemampuan setiap manusia. Potensi dan kemampuan ini juga diraih melalui doa. Imam Sadiq as kepada salah satu sahabatnya bersabda, “...Tuhan memiliki satu maqam (kedudukan) yang tidak mungkin diraih kecuali dengan doa. Ketika seorang hamba mengunci mulutnya dan tidak bersedia memohon,  maka ia tidak akan mendapatkan apa pun. Oleh karena itu, berdoalah sehingga kalian mendapatkannya. Ketahuilah bahwa pintu-pintu rahmat Ilahi terbuka bagi hamba-Nya yang membutuhkan dan bersedia memohon kepada-Nya.”
 
 
 
Berdoa dengan membaca doa memiliki perbedaan. Terkadang doa terlontar karena kebiasaan dan pengulangan. Di kondisi seperti ini tidak akan ada perubahan yang terjadi dalam diri orang yang berdoa. Namun terkadang dan khususnya di kondisi terjepit, di mana bukan hanya dengan lidah, namun seluruh anggota badan manusia memohon kepada Allah. Dengan segenap jiwanya manusia memohon kepada Tuhan dan merasa lemah. Allah Swt sendiri telah bersumpah dengan Asma-Nya menjadikan wali-Nya sebagai perantara (pemberi syafaat).
 
 
 
Di hadis Qudsi diriwayatkan, Allah Swt kepada Nabi Isa as berkata,”Wahai Isa! Ketika kamu menyeru-Ku bersikaplah seperti orang yang akan tenggelam dan berteriak meminta pertolongan! Wahai Isa jadikan hatimu khusyu dan tunduk dihadapan-ku dan waktu sepi, perbanyaklah mengingat-ku serta ketahuilah bahwa Aku sangat senang menyaksikanmu tunduk dihadapan-Ku. Oleh karena itu, ketika kamu berdoa, serulah Aku dengan segenap jiwa ragamu.”
 
 
 
Salah satu jalan bagi terkabulnya doa adalah takwa, karena menurut ayat 27 Surat al-Maidah, “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa”. Dikisahkan seorang ulama ditanya, “Kami berdoa kepada Tuhan, namun tidak dikabulkan. Ulama tersebut berkata, kalian mengenal Tuhan, namun tidak mentaati-Nya. Kalian membaca al-Quran, namun tidak mengamalkannya. Kalian memakan nikmat Tuhan, namun tidak mensyukurinya.
 
 
 
Ulama ini menambahkan, “...Kalian mengetahui bahwa surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat, namun tidak memintanya. Kalian mengetahui alam barzakh dan kalian tidak lari darinya. Kalian mengetahui bahwa kematian itu sesuatu yang pasti, namun tidak bersiap-siap. Kalian mengubur orang tua kalian, namun tidak mengambil pelajaran darinya. Kalian mengetahui bahwa syaitan adalah musuh, namun bukan saja kalian tidak memusuhinya, tapi malah bersahabat dengannya. Kalian tidak menghapus cela kalian, tapi malah sibuk mencari keburukan orang lain. Orang seperti ini bagaimana doanya akan terkabul.”
 
 
 
Salah satu dampak bulan suci Ramadhan bagi muslimin adalah lebih perhatian untuk berziarah ke tempat-tempat suci. Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, umat Muslim berbondong-bondong membersihkan masjid, tempat ibadah dan kuburan menyambut bulan penuh berkah ini. Di sisi lain, dengan tibanya bulan Ramadhan, umat Muslim mendatangi tempat-tempat suci ini untuk berziarah, membaca al-Quran dan bermunajat. Mereka dengan antusias meningkatkan sisi spiritualitasnya.
 
 
 
Banyak hadis yang menjelaskan keutamaan membaca ziarah Imam Husein as khususnya malam pertama, pertengahan dan akhir serta terkait malam lailatul qadar. Seperti riwayat dari Imam Sadiq as yang menyebutkan bahwa ketika malam lailatul qadar terdengar seruan dari langit ketujuh yang mengatakan bahwa Allah Swt akan mengampuni dosa mereka yang berziarah ke makam Imam Husein as. Di riwayat lain disebutkan, bahwa barang siapa yang berziarah ke makam Imam Husein dan shalat dua rakaat serta memohon kepada Allah untuk dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari api neraka, maka Allah akan mengabulkan doanya.
 
 
 
Sementara itu, para ulama besar selama bulan Ramadhan juga mengamalkan hal ini. Mereka mendatangi tempat-tempat suci, selain berziarah juga menunjukkan kecintaannya kepada Ahlul Bait Nabi. Allamah Tabatabai ketika tinggal di kota suci Qom, di bulan Ramadhan sebelum berbuka puasa senantiasa berziarah ke makam Sayidah Maksumah. Adapun Allamah Syahid Muthahhari, ketika menyebutkan nama gurunya, Allamah Tabatabai, mengatakan, “Semoga jiwaku jadi tebusannya!”.
 
 
 
Salah seorang cendikiawan bertanya kepada Syahid Muthahhari, “Apa yang mendorongmu memberikan penghormatan dan pujian sedemikian besar kepada Allamah Tabatabai?” Beliau menjawab, “Aku sering menyaksikan filosof dan Arif, dan penghormatanku kepada Allamah Tabatabai bukan disebabkan karena ia filosuf, namun karena ia sangat mencintai Ahlul Bait Nabi. Allamah Tabatabai di bulan Ramadhan berbuka puasa dengan mencium zarih makam Sayidah Maksumah. Pertama-tama beliau berjalan dari rumah ke arah haram Sayidah Maksumah meski usianya saat itu sangat lanjut, kemudian mencium zarih makam wanita suci ini, baru kemudian pulang ke rumah dan berbuka puasa.”
 
 
 
Disebutkan pula bahwa Allamah Tabatabai di bidang irfan dan suluk telah menempuh beberapa tahapan. Beliau dikenal sebagai ahli zikir dan doa. Di sepanjang jalan, bibir beliau tak pernah lepas dari berzikir kepada Tuhan. Saat memberikan pelajaran dan kelas dalam kondisi tenang, beliau selalu menyempatkan diri untuk berzikir. Beliau sangat komitmen dengan shalat sunnah. Malam-malam bulan Ramadhan, Allamah Tabatabai tidak pernah tidur dan selain belajar, malam yang penuh berkah ini beliau manfaatkan untuk berdoa, membaca al-Quran, shalat dan berzikir.(IRIB Indonesia)


source : irib.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Apa Penyebab Wafat Rasulullah saw?
Hadis Yang Menjelaskan Siapa Ahlul Bait Yang Disucikan Dalam Al Ahzab 33
Status Hadits “Ana Madinatul ‘Ilmi wa ‘Aliyyun Babuha”
Pahala Bagi Orang yang Beriman dan Beramal Saleh
Sifat Jamal dan Jalal Ilahi
Neraka dalam Al-Qur’an (Bag 2)
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 7-10
Maha Dekat Allah
Dari Muhammad bin Abdul Wahab Hingga Kerajaan Saudi
Tetap Mengingat Allah Walau ditengah-tengah Pasar

 
user comment