Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Ilmu Imam Ali as

Ilmu Imam Ali as

Angin sejuk berhembus dari gunung Hira dan dengan lembut menyapu menuju Ka'bah. Sekelompok orang pada Jumat kedua bulan Rajab sedang bertawaf di Ka'bah.
Fatimah dengan wajah letih mengelilingi Ka'bah untuk mencari tempat berteduh. Air mata menetes dari kelopak mata Fatimah ketika dia berucap, "Ya Allah! Aku beriman kepadamu. Sebagaimana aku beriman kepada agama kakekku Ibrahim Khaliullah yang mendirikan rumah-Mu. Ya Allah! Wahai Yang Maha Kuasa dan Mampu, aku bersumpah demi-Mu atas hak pembangun rumah ini dan atas hak anak yang ada dalam perutku ini, mudahkanlah kelahiran ini."
 
Seketika di hadapan mata Fatimah yang tercegang, dinding Ka'bah terbelah! Dan langsung tertutup ketika Fatimah masuk ke dalamnya. Masyarakat berseru riuh yang kemudian langsung disusul dengan keheningan. Semua orang yang berada di sekitar Ka'bah masih belum dapat mempercayai apa yang baru saja mereka saksikan. Nafas mereka seakan tertahan dalam rongga tenggorokan. Tidak ada orang yang bersedia memecah keheningan itu dan berkata, baru saja dinding Ka'bah terbelah dan seorang ibu hamil masuk ke dalamnya!
 
Siapa yang akan percaya dindin batu itu akan bergemeretak dan terbuka agar dapat dilalui oleh seorang ibu hamil. Keheranan itu semakin memuncak ketika penjaga Ka'bah berusaha membuka kunci pintu Ka'bah namun selalu gagal. Kumpulan orang yang berada di sekitar Ka'bah semakin bertambah karena mereka semua ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
 
Setelah cukup lama, dinding batu Ka'bah kembali mengeluarkan suara bergemuruh dan terbuka. Keluar dari celah dinding Kab'bah yang terbuka itu, Fatimah binti Assad dengan wajah berseri dan menggendong anak bayi yang lahir di Ka'bah. Kemuliaan dan kebanggaan anak yang lahir di Ka'bah itu dengan cepat menyebar ke seantero Mekkah hingga sampai ke telinga Abu Thalib. Dia berseru kepada masyarakat, "Wahai masyarakat! Ini putraku Ali! Dia terlahir di baitullah (Ka'bah)."
 
Peristiwa ini hanya sekali terjadi dalam sejarah umat manusia yaitu pada 13 bulan Rajab, pada tahun ke-30 pasca serangan pasukan Abrahah ke Ka'bah.
 
Pada hari ketika Ali as terlahir di tempat paling suci di bumi ini, semua orang tekejut karena tidak ada satu orang pun yang terlahir di Ka'bah sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi lagi peristiwa yang sama. Ini tidak lain merupakan bukti kemuliaan manusia yang terlahir di dalam Ka'bah itu sendiri.
 
Kini kita sedang memperingati hari kelahiran manusia ini di mana dia adalah orang yang mengenal dengan baik  Allah  Swt dan Rasul-Nya Saw. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw, "Wahai Ali! Tidak ada yang mampu mengenal Allah Swt (sebaik-baiknya) kecuali kau dan aku, dan tidak ada yang mengenal dirimu kecuali Allah Swt dan aku." (Raudhatul Muttaqin, jilid 13)
 
Akan tetapi Ali bak matahari yang bersinar terang dalam sejarah. Ibnu Abi al-Hadid seorang ilmuwan tersohor Ahlussunnah pada abad ketujuh dan pensyarah Nahjul Balaghah, seraya menyinggung berbagai keutamaan Ali as dan mengatakan, "Apa yang harus aku katakan tentang seorang yang musuh-musuhnya mengakui keutamaan dan kemuliaannya, dan mereka bahkan tidak mampu mengingkari kemuliaan dan keutamannya."
 
Ilmuwan Sunni ini kemudian mengatakan, "… Bani Umayah, penguasa Islam di bumi Timur dan Barat dengan segala tipu muslihat berusaha meredupkan cahanya (Ali) dan membudayakan laknat dan makian kepadanya di mimbar-mimbar, dan mengancam orang-orang yang memuji atau mengaguminya. Mereka melarang segala riwayat yang menceritakan tentang keutamaan Ali (as). Bahkan mereka mencegah penamaan anak-anak dengan nama Ali. Semua langkah itu diambil namun justru semakin memperjelas keutamaan dan kemuliaan Ali… pada hakikatnya semua cara yang ditempuh Bani Umayah sama seperti berusaha menutupi cahaya matahari dengan satu telapak tangan… Apa yang harus aku katakan tentang seorang laki-laki yang semua keutamaan berujung padanya, dan dari segala aliran dan kelompok tertuju kepadanya. Iya dialah punggawa seluruh keutamaan…" (Sharah Nahjul Balaghah, Ibnu Abi al-Hadid, jilid 1)
 
Akan tetapi siapa yang lebih mengenal pribadi Imam Ali as dibanding dirinya sendiri. Imam Ali as di awal khutbah 175 Nahjul Balaghah, menyingkap secuil dari ilmu yang dianugerahkan Allah Swt kepadanya dan berkata, "Sumpah demi Allah Swt, jika aku menginginkan, aku dapat memberitahu masing-masing nasib kalian dari awal hingga akhir dan juga urusan hidup kalian, akan tetapi aku takut dengan berita seperti ini kalian akan kafir terhadap Rasulullah Saw. Ketahuilah bahwa aku akan menyerahkan rahasia-rahasia berharga ini kepada sahabatku yang terpercaya. Demi Allah yang dengan benar membangkitkan Muhammad Saw dan memilihnya, aku tidak berkata kecuali kebenaran."
 
Ucapan Imam Ali as menjelaskan bahwa ilmu dan pengetahuan yang kita terima, hanya setetes dari lautan ilmu beliau. Sedemikian rupa sehingga jika seluruhnya dibuka kepada masyarakat, mereka akan menyimpang dari kebenaran karena tidak memiliki kapasitas untuk menerima makrifat sebesar itu.
 
Dalam sebuah hadis indah dari Rasulullah Saw disebutkan, "Kau sangat mirip dengan Isa bin Maryam (dari sisi kezuhudan dan ibadah) dan jika aku tidak khawatir sekelompok umatku akan terjebak ghuluw sebagaimana kaum nabi Isa bin Maryam, maka aku akan mengatakan ucapan tentangmu sehingga kau tidak akan berjalan di antara masyarakat kecuali mereka mengambil berkah dari tanah yang kau pijak." (Ushul Kafi, jilid 15).
 
Ilmu dan pengetahuan Imam Ali as sedemikian luas yang mencakup semua rahasia berbagai ilmu dan beliau menguasainya dengan penuh. Sedemikian rupa sehingga tidak ada satu pertanyaan pun yang akan membuat beliau bingung, dan dengan cepat beliau akan dapat menjawabnya.
 
Abu al-Muayid Muwafaq bin Ahmad Kharazmi, salah seorang ulama Ahlussunnah dalam kitab manaqibnya menulis, "Pada suatu hari Umar bin Khattab bertanya kepada Ali bin Abi Thalib (as), bagaimana mungkin setiap hukum dari hukum-hukum atau sebuah masalah dari masalah-masalah yang ditanyakan kepadamu dapat kau jawab dengan cepat? Ali menjawab dengan menunjukkan telapak tangannya kepada Umar dan berkata, berapa jari di tanganku. Dengan cepat Umar menjawab, lima. Kemudian Imam Ali berkata, mengapa kau tidak berpikir (dalam menjawabnya?) Umar mengatakan, tidak perlu aku memikirkannya karena kelima jari itu ada di depan mataku",
 
"Imam Ali as berkata, semua masalah, hukum dan ilmu-ilmu itu ada di hadapanku sama seperti telapak tanganku, oleh karena itu dalam menjawabnya aku tidak perlu berpikir. Kemudian Imam menyinggung guru besar yang mengajarkan ilmu dan maarif tersebut kepada beliau." Imam Ali as berkata, "Rasulullah Saw telah menyerahkan segala informasi kepadaku dan memberitahukan kepadaku tempat kematian si polan dan keselamatan si polan yang yang terselamatkan, dan tentang berakhirnya pemerintahan ini, semuanya telah diberitahukan kepadaku. Tidak ada peristiwa yang terlewatkan kecuali telah dibisikkan dan diberitahukan kepadaku."
 
Pada kesempatan lain Imam Ali as berkata, "Rasulullah Saw telah mengabarkan kepadaku halal, haram, amr makruh dan nahyu munkar, ketaatan dan kemaksiatan yang telah terjadi dan atau yang akan terjadi hingga akhir hari kiamat kepadaku dan telah mengajarkan semuanya kepadaku dan aku menyimpannya, dan tidak satu kata pun yang aku lupakan. Kemudian beliau meletakkan tangan ke dadaku dan memohon kepada Allah Swt untuk memenuhi hatiku dengan ilmu, makrifat, fikih, hikmah dan cahaya, serta mengajariku sedemikian rupa sehingga kejahilan tidak menyusup pada diriku, dan aku menjaganya sedemikian rupa sehingga tidak dapat melupakannya."
 
Oleh karena itu, setiap kali khalifah kedua berpapasan dengan masalah atau pertanyaan yang tidak dapat diselesaikannya, akan merujuk kepada Imam Ali dan menanyakan solusinya.
 
Abdullah bin Amr bin al-As, menukil dari Rasulullah Saw ketika beliau jatuh sakit di detik-detik akhir masa hidup penuh berkah beliau dan berkata, "Panggil saudaraku Ali." Ketika Ali dipanggil dan menghadapi Rasulullah, Nabi Muhammad Saw memakaikan jubah beliau untuk Imam Ali dan menempelkan kepala beliau ke kepala Imam Ali. Dan ketika Imam Ali as keluar, masyarakat bertanya, wahai Ali! Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu? Imam Ali as menjawab, "Rasulullah Saw telah mengajariku seribu pintu ilmu dan dari setiap pintu terbuka seribu cabang pintu." (Bihar al-Anwar, jilid 38)

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Ham dan Pemerintahan Imam Ali As
Imam Hasan as Meninggalkan I’tikaf
Filsafat dari Nama Rasulullah Saw
Apa makna makar Tuhan yang disebutkan dalam al-Qur'an?
Pesan Imam Husain as
Masalah Air di Karbala
Aksi Simpatik Muslim Inggris Memperkenalkan Imam Husain as di London
Sejarah Syiah: Sejak Zaman Rasulullah SAW sampai Abad 14 H
Kisah Salman al Farisi Mencari Kebenaran
Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?

 
user comment