UIN Alauddin memiliki visi besar untuk mengembangkan Islam moderat atau Islam washatiyah. Inilah pesan penting Menteri Agama, Lukman Saifuddin, untuk dijabarkan dalam kehidupan kampus."
Menurut Kantor Berita ABNA, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. H. Musafir Pababbari, mengklarifikasi pernyataannya yang diplintir beberapa media yang berbunyi “Aliran syiah bahkan komunis diterima di kampus UIN Alauddin”. Penyataan Rektor UIN Alauddin ini dilontarkan saat menerima Forum Penggiat Media Islam (Forpemi) Sulsel yang mengkritik UIN Alauddin Makassar karena menerima dua cendikiawan dari Al-Mustafah International University of Iran, Dr. Ghasem Muhammadi dan Dr. Ebrahim Zargar, menjadi pembicara di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin.
Ia mengatakan pesan yang ingin disampaikan dari pernyataan tersebut bahwa siapa saja yang ingin datang ke kampus UIN Alauddin Makassar, akan disambut dan terima secara hangat apalagi kalau dalam rangka pengembangan akademik.
"UIN Alauddin memiliki visi besar untuk mengembangkan Islam moderat atau Islam washatiyah. Inilah pesan penting Menteri Agama, Lukman Saifuddin, untuk dijabarkan dalam kehidupan kampus." kata Prof. Musafir Pababbari, Selasa, 2 Januari 2018.
Prof. Musafir menambahkan kampus adalah ranah pergulatan dan pergumulan intelektual. Kampus bukan tempat untuk kafir mengkafirkan, bukan arena untuk sesat menyesatkan.
"Kita tentu tidak ingin kampus ini menjadi sarang pengembangan radikalisme dan ekstremisme.Visi ini harus dibumikan dalam kehidupan kampus," tambahnya.
Bibit-bibit ekstremisme itu, lanjutnya, bisa muncul akibat dari sempitnya serta dangkalnya pemahaman seseorang kepada sejarah dan peta pemikiran Islam yang begitu dinamis. Itulah sebabnya, UIN Alauddin, jauh sebelumnya, sejak masih IAIN Alauddin, kampus ini sudah memperkenalkan berbagai aliran, sekte, serta kelompok keagamaan yang begitu beragam agar mahasiswa kemudian memiliki wawasan perbedaan yang begitu kaya terhadap khazanah intelektual Islam.
Islam yang diajarkan di kampus UIN Alauddin Makassar, adalah Islam warna-warni yang tidak hanya dilihat dari satu perspektif, tetapi diselami dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Jadi, kalau ada desakan ataupun intervensi dari luar yang ingin mengganggu iklim akademik di kampus, itu berarti belum merasakan denyut nadi pergulatan akademik di kampus UIN Alauddin Makassar.