Semasa pendudukan Amerika Serikat di Irak, salah satu pertanyaan paling mengherankan dari para tentara kepada orang-orang Irak yang disiksa di berbagai penjara seperti Abu Ghraib adalah “di mana pria yang bernama Imam Mahdi bersembunyi?” Menurut Mohabat News, sebuah kantor berita Kristen Iran pro-Israel, ketakutan terhadap Imam Mahdi begitu kuat sehingga CIA dan MI6 telah mengunjungi Irak selama 20 tahun terakhir untuk mendapatkan informasi tentang Imam Mahdi; di kota mana dia terakhir terlihat? Kapan dia akan muncul lagi?
Siapakah Imam Mahdi sampai-sampai Zionis berhasil mengontrol Kongres Amerika dan sistem keuangan dunia untuk segera memerintahkan membunuhnya?
Imam Mahdi merupakan imam keduabelas Syiah dan menurut hadis-hadis Islam dia berada dalam kondisi kegaiban dan akan kembali ke dunia untuk menciptakan kedamaian serta keadilan di muka bumi. Dia dilahirkan pada 29 Juli 869 di kota Samarra, Irak, dari seorang ibu bernama Nargis yang merupakan seorang keturunan Romawi.
Dia disembunyikan sejak kelahirannya hingga kegaiban karena penguasa masa itu, Dinasti Abbasiah, mengetahui tentang nubuat Imam Mahdi yang akan melawan tirani. Dinasti Abbasiah sadar bahwa manusia yang dijanjikan tersebut adalah putra dari imam Syiah kesebelas, Imam Askari.
Entah fiksi atau bukan, kisah ini terus berlanjut sampai hari ini; selama ribuan tahun para penguasa tiran terus mencoba untuk memburu dan membunuh Imam Mahdi. Sudah jelas bahwa Zionis ingin berperang melawan Iran, tapi yang membuat semua itu tidak masuk akal adalah mengapa Israel tetap mencari seorang pria yang telah menghilang lebih dari seribu tahun yang lalu? Dialah imam gaib telah menjadi bagian (keyakinan) dalam Syiah dan suni Islam selama berabad-abad. Keyakinan yang tidak berbeda dengan sebuah bentuk Milenarianisme yang ada di seluruh agama.
Kristiani percaya bahwa Yesus Sang Penyelamat akan kembali untuk melawan anti-Kristus (dajal) sementara orang Yahudi mempertaruhkan perang dunia ketiga dengan membongkar situs suci ketiga Islam, Masjidilaksa, untuk membangun kuil ketiga sehingga Almasih Yahudi dapat kembali dan membawa mereka menguasai dunia.
Serangan bom yang menghancurkan Masjid Al-Askari di kota Samarra pada Februari 2006 (BBC)Serangan bom yang menghancurkan Masjid Al-Askari di kota Samarra pada Februari 2006 (BBC)
Sebagai fakta pemburuan ini, kita tidak boleh mengabaikan kisah-kisah yang muncul dari Irak tentang langkah-langkah apa yang telah mereka lakukan untuk mencari Imam Mahdi. Pada tahun 2006, makam suci dari ayah Imam Mahdi di kota Samarra, diledakkan oleh para pria yang berpakaian seperti pasukan keamanan. Para pria memasuki makam, mengikat para penjaga, memasang area dengan beberapa bom dan menurut para penjaga, para pasukan keamanan itu membuka makam dan mengambil sesuatu dari dalam. Banyak yang percaya bahwa mereka mengambil beberapa pakaian dari tubuh Imam Askari untuk menentukan DNA imam masa depan.
Selama berabad-abad, Talmud mengajarkan bahwa “Yesus dari Nazareth” adalah seseorang yang “cabul, penyembah berhala, diasingkan dari orang-orang Yahudi karena kejahatannya, dan menolak bertobat” (Sanhedrin 107b; Sotah 47a). Selama berabad-abad pula, Zionis berhasil meyakinkan Kristiani bahwa Islam adalah agama yang jahat dan harus dilawan melalui persatuan Kristen/Zionis. Sebagian besar Kristiani sabuk Alkitab di Amerika memiliki hubungan yang kuat dengan Zionis dan karenanya mengejutkan mereka ketika seorang Kristen Katolik, Hugo Chavez, berpidato setelah melakukan pertemuan penting dengan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad: “Bagi kami para Kristiani sejati, Yerusalem adalah tempat yang sangat suci di mana Nabi Yesus akan datang bergandeng tangan dengan Hazrat Mahdi sehingga perdamaian akan menyelimuti seluruh dunia.”
Kenyataan bahwa Chavez mengisyaratkan bahwa umat muslim dan Kristiani akan bersatu melawan kejahatan adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh Zionis. Mereka telah menghabiskan miliaran dolar pada lembaga think tank Islamfobia dan media untuk meminggirkan umat muslim.
Hadis-hadis yang menyebutkan tentang kedatangan Imam Mahdi yang memimpin tentara pembawa bendera hitam menyebutkan bahwa hanya sedikit dari orang Arab yang akan mendukung tentara tersebut namun justru berpihak pada para tiran. Orang-orang Arab yang akan bersama dengan imam telah terindikasi siapa mereka, yaitu tentara kecil Hizbullah yang telah mengalahkan Israel. Para pejuang Hizbullah mungkin memiliki perlengkapan sedikit tapi memiliki semangat yang sama dengan pasukan yang dipimpin Ali bin Abi Thalib ketika menghancurkan benteng Yahudi di Khaibar, semangat yang sama dengan Imam Husain di Karbala di mana pasukannya yang berjumlah 72 orang melawan tentara Yazid berjumlah 10.000 pasukan.
Sangat menyedihkan bahwa hadis yang berusia lebih dari seribu tahun menyebutkan bahwa banyak orang Arab akan bekerja sama dengan para tiran untuk melawan kedatangan imam. Siapakah orang-orang Arab ini? Kita telah melihat Arab Saudi dan penguasa-penguasa Teluk yang bersekutu dengan Israel dan tidak ada lagi yang lebih jelas daripada konflik Suriah saat ini. Israel bersama dengan Arab Saudi dan Qatar memaksakan perang terhadap Suriah dan Iran dengan menyalurkan sejumlah besar uang dan senjata kepada milisi di Suriah. Membunuh pengikut Syiah merupakan bagian dari agenda tersebut.
Jurnalis Seymour Hersh dalam artikel New Yorker, “The Redirection”, menyoroti betapa seluruh fokus pemerintahan Bush adalah untuk menekan Iran dan melemahkan Hizbullah melalui kerja sama dengan Arab Saudi yang membiayai kelompok ekstrimis. New World Order telah berhasil menciptakan kekuatan brutal dalam Islam yang ramah, sebuah kekuatan yang mengira tidak masalah untuk memperkosa wanita dan anak-anak dan menunjukkan potongan tubuh yang dipenggal dalam video YouTube. Bentuk intoleransi Islam ini diciptakan oleh agen Inggris, (Muhammad bin) Abdul Wahab, dan disebarkan oleh rezim Saudi yang melihat pengikut Syiah sebagai musuh, dan bukan Israel.
Abdallah Tamimi, salah seorang pemimpin Tentara Pembebasan Suriah (FSA), telah meminta pertolongan Israel untuk membentuk pemerintahan suni untuk menindas pengikut Syiah, Kristen, dan Druze, dan menekankan bahwa “Israel bukanlah musuh kami, kami ingin Israel menolong kami.”
Mungkin saja bahwa keyakinan Milenarianisme akan semakin menguat ketika para pemimpin dan penguasa dunia bekerja dengan para pendukung New World Order, menyeret negara dan penduduk mereka kepada penjajahan dan perbudakan, dan satu-satunya organisasi (PBB) yang seharusnya melindungi negara beserta hak-haknya adalah “… sebuah (organisasi) yang tidak masuk akal, tidak adil, dan benar-benar sebuah struktur dan mekanisme yang tidak demokratis. Melalui penyalahgunaan mekanisme yang telah dilakukan Amerika dan sekutunya ia berhasil menyamarkan intimidasi mereka sebagai konsep mulia dan memaksakannya kepada dunia,” kata Imam Khamenei.
Sebuah strategi yang telah dilancarkan oleh Israel melalui dukungan AS untuk mencari imam yang gaib membuat seseorang percaya bahwa mungkin saja ada kebenaran dalam kisah Alkitab. Di sebuah dunia yang masih mempercayai pahlawan super, mungkin masih masuk akal jika mata kita terlihat penuh dengan harapan terhadap sebuah pasukan yang akan muncul dari Khorasan membawa bendera hitam yang dipimpin oleh seseorang yang dijanjikan untuk melawan ketidakadilan.