Indonesian
Sunday 29th of December 2024
0
نفر 0

Islam dalam ALKITAB [1]

Islam dalam ALKITAB [1]

Pilar keyakinan Islam yang terkenal adalah sebagai berikut: Beriman kepada Tuhan, para malaikat, para nabi, al-Qur’an dan hari kiamat. Pilar-pilar ini merupakan kriteria pertama yang digunakan oleh ulama Islam dalam mengevaluasi ortodoksi setiap gerakan. Konsep ketuhanan merupakan sebuah subjek yang kompleks dan akan kita bicarakan secara detil pada kesempatan mendatang. Boleh jadi terdapat beberapa perbedaan pada kedua hal tersebut secara detil dan terlebih bertaliandengan para malaikat, namun keyakinan dasar adalah bersifat umum pada agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam. Kendati kaum Muslimin menerima sejumlah nabi yang tidak dikenal bagi kaum Kristian dan Yahudi, sebagaimana Muhammad, keyakinan dasar kepada para nabi sedemikian adalah bersifat umum bagi tiga agama di atas.

Meski terdapat perbedaan tentang kitab-kitab yang mana yang sebenarnya merupakan wahyu, tidak hanya merupakan keyakinan dasar yang tertulis dalam kanun sebuah fitur kommon tiga agama, namun ketiganya meyakini setidaknya pada Taurat atau Kitab Nabi Musa.

Terdapat juga perbedaan secara detil tentang hari kiamat, namun juga merupakan fitur agama Yahudi, Kristen dan Islam. Dengan demikian kita hanya akan menyebut secara ringkas empat pilar keyakinan, yaitu keyakinan kepada para malaikat, para nabi, kitab-kitab dan hari kiamat. Pilar-pilar ini tidak hanya dipandang bersifat umum bagi tiga agama, namun pilar-pilar ini dipandang fundamental dalam agama Islam. Pilar-pilar ini merupakan fitur keimanan yang tidak hanya bagian dari keimanan dan pengamalan, namun juga muncul dalam kanun itu sendiri. Kita akan menguji beberapa teks representatif dari Injil untuk membangun fakta bahwa keempat keyakinan ini disebutkan dalam Injil.

“Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.” (Kejadian 28:12)

Pengetahuan tentang keberadaan para malaikat telah ada semenjak semula. Para malaikat bahkan disebut dalam kisah Adam dan Hawa (Genesis 3:24). Ayat ini mengungkapkan peran para malaikat dalam jalinan komunikasi antara Tuhan dan umat manusia.

“Kereta-kereta Allah puluhan ribu, bahkan beribu-ribu banyaknya malaikat; Tuhan telah datang dari Sinai, masuk ke tempat kudus!” (Mazmur 68:18) Peran para malaikat sebagai pemikul semesta disebutkan dalam Mazmur ini. Gagasan ini dalam kehidupan para nabi juga, dan telah menjadi sebuah fitur yang umum dalam ALKITAB.

”Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.” (Mazmur 91:11) Peran para malaikat dalam hubungannya dengan manusia merupakan salah satu penjagaan Ilahi. Kehadiran non-kasat mata para malaikat memiliki perannya tidak pada penjagaan dari bahaya (karena hal ini dapat disaksikan pada Matius 4:6), namun penjagaan di sini adalah penjagaan dari perbuatan dosa.

“Pujilah Tuhan, hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkara yang melaksanakan perintah-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya.” (Mazmur 103:20) Kelanjutan ibadah dan pujian para malaikat ini secara grafis dijelaskan pada ayat Wahyu 5:11 & 12.

“Yang membuat angin sebagai suruh-suruhan-Nya, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Nya.” (Mazmur 104:4) Kuriositas manusia berkenaan dengan sumber para malaikat dalam penciptaan juga terpuaskan. Sebagaimana manusia tercipta dari ruh dan bumi (Kejadian 2:7), demikian juga para malaikat juga tercipta dari ruh dan api.

“Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar.” (Matius 13:49) Peran para malaikat pada hari Kiamat merupakan sebuah peran aktif dalam membedakan antara orang benar dan orang jahat.

“Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 18:10) Peringatan ini ditujukan kepada mereka yang menindas kaum lemah, yang berpikir mereka adalah imun (kebal) dan tak terkalahkan karena korban-korban mereka tidak memiliki kekuasaan dan kekuatan. Pada kenyataannya, jerit tangis kaum tertintas dikatakan memiliki akses langsung kepada Tuhan melalui para malaikat. Injil mengajak kita untuk merenungkan hal ini dalam kaitannya hubungan kita dengan orang lain.

“Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat beseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mnegirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” (Matius 26:53) Para nabi memiliki akses langsung kepada lebih dari dua belas pasukan malaikat. Yang menakjubkan adalah para nabi telah menunjukkan kesabarannya dalam menghadapi orang-orang yang tidak hanya menolak mereka tapi juga menindas para nabi.

“Sebab itu perempuan harus memakaui tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.” (1 Korintus 11:10)

Manusia merasa malu dalam perilaku mereka di hadapan manusia lainnya yang melihat kita. Injil menasihatikan kepada kita bahwa kita harus lebih merasa malu dalam perilaku kita tatkala sendiri, lantaran pada waktu semacam itu kita masih dapat terlihat oleh para malaikat.

“Bukankah mereka adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan.” (Ibrani 1:14) Para malaikat merupakan ruh-ruh yang diutus untuk menunaikan kehendak Tuhan.

“Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadanya, supaya ditunjukkan kepada para hamba-hamba-Nya apa yang segera harus terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.” (Wahyu 1:1) Pesan-pesan disampaikan kepada para nabi melalui perantara para malaikat.

Fitur sentral keyakinan Islam terhadap malaikat berkenaan dengan peran mereka dalam menyampaikan wahyu kepada para nabi. Namun Injil juga merefleksikan keyakinan Islam bahwa para malaikat secara esensial berbeda dengan manusia yang diciptakan secara terpisah. Gagasan Islam tentang perasaan malu di hadapan para malaikat, dan kemudian mengindar dari perbuatan buruk juga terdapat dalam Injil. Perbuatan para malaikat yang bersujud diungkapkan baik oleh Injil atau pun oleh al-Qur’an. Injil membawa kereta pertempuran Tuhan adalah serupa dengan gagasan Islam tentang malaikat yang memikul arasy Tuhan. Di atas segalanya, bagian dalam Injil yang menyebut para malaikat juga tersebut dalam konfigurasi keyakinan Islam.

Para malaikat menyampaikan wahyu Ilahi kepada orang-orang tertentu. Orang-orang itu disebut sebagai para nabi. Keyakinan kepada kenabian merupakan hal yang dasar bagi agama Yahudi, Kristen dan Islam. Prinsip kenabian berulang kali disebutkan dalam Injil.

“Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita: Tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan semua perkataan hukum Taurat ini.” (Ulangan 29:29)

Apakah kita dapat melakukan atas apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita untuk dilakukan merupakan sebuah pertanyaan dusta. Secara praktis setiap kisah dalam Injil merupakan sebuah ilustrasi dari kenyataan bahwa Tuhan berkata kepada orang-orang untuk melakukan sesuatu dan meminta mereka bertanggung jawab sekiranya mereka tidak melakukan yang diminta Tuhan. Hal ini bukan untuk mengingkari seluruh percabangan mitos dan sejarah, symbol atau puisi dalam Injil. Namun untuk mengungkapkan sebuah kenyataan sederhana. Tuhan meminta Adam dan Hawa bertanggung jawab karena memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan buruk. Seberapa dalam pun makna metaforis dan spiritual yang tertimbun di balik cerita ini, ia secara tegas mengimplikasikan bahwa kita bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.

Lagi, ketika Tuhan berfirman kepada Nuh untuk merakit sebuah bahtera, sesuatu yang mustahil dilakukan oleh kebanyakan kita, Dia meminta Nuh untuk membuat bahtera dan memintanya bertanggung jawab. Ketika Tuhan berfirman kepada Ibrahim, Dia memintanya untuk melakukan hal tersebut. Hal ini merupaka sesuatu yang jelas, sebuah fakta Injil yang tak terbantahkan: Titah dan perintah Tuhan. Manusia menunaikan atau melanggarnya. Manusia menikmati dan menderita akibat-akibat yang ditimbulkanya.

Pertanyaan sebenarnya adalah bukan pada apakah kita dapat menunaikan perintah Tuhan, namun bagaimana kita menunaikan perintah tersebut. Redaksi ayat dalam surah Ulangan memberikan kita langkah pertama tentang bagaimana

“kita melakukan semua perkataan hukum Taurat ini.” Dengan satu kemungkinan pengecualian dari Sepuluh Perintah, seluruh wahyu datang melalui seorang nabi. Segala sesuatunya diwahyukan sehingga kita dapat mengetahui apa yang harus kita lakukan. Kita tidak dapat mengingkari Tuhan kecuali kita tahu apa yang Dia perintahkan untuk kita lakukan. Inilah tujuan pewahyuan yang disampaikan para nabi.

Dalam Injil terdapat beberapa bukti baik atas kaidah ini. Berikut ini merupakan beberapa rujukan penting dalam Injil yang menunjukkan bahwa Tuhan menggunakan para nabi dalam rangka menyampaikan wahyu verbal-Nya kepada manusia.

“Tuhan telah memperingatkan kepada orang Israeldan kepada orang Yehuda dengan perantara semua nabi dan semua tukang tilik: “Berbaliklah kamu dari jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaran hamba-hambaKu, para nabi.” (2 Raja-raja 17:13)

“Keesokan harinya pagi-pagi mereka maju menuju padang gurung Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafa, dan berkata: “Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada Tuhan, Allahmu, kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!” (2 Tawarikh 20:20)

“Namun Tuhan mengutus nabi-nabi kepada mereka, supaya mereka berbalik kepada-Nya; Nabi-nabi itu sungguh-sungguh memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau mendengarkannya.” (2 Tawarikh 24:19)

“Tetapi mereka mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar.” (Nehemiah 9:26)

“Dari sejak waktu nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus menurus.” (Jeremiah 7:25)

“Sebagai ganjaran bahwa mereka tidak mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman Tuhan, yang telah Kusampaikan kepada mereka terus-menerus dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman Tuhan.” (Jeremiah 29:19)

“Aku telah mengutus segala hamba-Ku, yakni para nabi, terus menerus, mengatakan: Kembalilah kamu masing-masing dari tingkah langkahmu yang jahat itu, perbaikilah perbuatanmu, janganlah mengikuti allah lain untuk beribadah kepada mereka, maka kamu akan tetapi diam di tanah yang telah Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu. Tetapi kamu tidak memperhatikannya dan kamu tidak mendengarkan Aku.” ( Jeremiah 35:15).

“Dan tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya.” (Daniel 9:10)

“Aku berbicara kepada para nabi dan banyak kali memberi peringatan dan member perumpamaan dengan perantaraan para nabi.” (Hosea 12:10)

“Sungguh Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.” (Amos 3:7)

“Janganlah kamu seperti nenek moyangmu yang kepada para nabi yang dahulu telah menyerukan, demikian: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Berbaliklah dari tingkah lakumu yang buruk dan dari perbuatanmu yang jahat! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau menghiraukan Aku, demikianlah firman Tuhan.” (Zakharia 1:4)

“Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan Tuhan semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu, datang murka yang hebat dari pada TUHAN. (Zakharia 7:12)

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (Matius 5:17)

“Kristus itu harus tinggal di sorga sampai pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan kepada Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi umat kita.” (Kisah Para Rasul 3:21-23)

“Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi Tuhan.” (Yakobus 5:10) Teks ini sangat penting, karena termasuk yang paling unik dalam Injil yang mengungkapkan secara jelas dan tegas bahwa teladan para nabi merupakan sebuah standar. Agama Kristen adalah agama yang mengamalkan teladan para nabi dalam perbuatan dan kesehariannya. Karena lalai menunaikan prinsip ini yang telah menyebabkan terciptanya ketidakadilan dan sekularisme.

“Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.” (Petrus 1:10)

Agama Kristen merupakan sebuah keyakinan yang dibangun di atas pewahyuan para nabi. Injil juga secara terang menyatakan nabi-nabi yang benar dan palsu. Pesan para nabi adalah memfokuskan perhatian pada perintah-perintah Tuhan. Tujuan mereka adalah menunjukkan apa yang harus kita lakukan dalam memenuhi ketaatan kepada Tuhan. Nabi yang pertama, menegakkan perintah-perintah Ilahi. Kedua, sejalan dan sesuai dengan nabi-nabi sebelumnya. Dan ketiga, datang untuk mengajak masyarakat kembali kepada ketaatan kepada Tuhan, ketiga poin ini merupakan syarat untuk mengenali nabi yang sebenarnya.

Teladan dan pesan-pesan para nabi hanya dapat dicapai oleh generasi selanjutnya tatkala mereka menulis atau mendiktekan wahyu dalam bentuk tulisan. Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan sebuah perpanjangan logis dan langsung dari keyakinan terhadap pewahyuan Ilahi melalui para nabi.

Dalam mata rantai pewahyuan dari Tuhan kepada para malaikat kepada para nabi terdapat kontinuitas dari para nabi kepada naskah-naskah suci, tulisan-tulisan para nabi yang mengandung kata-kata wahyu yang diberikan kepada mereka. Tulisan-tulisan semacam ini sering disebutkan dalam Injil. Beberapa contoh representatif sebagai berikut:

“Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 22:40) Kedua hukum ini yang disebutkan yang disebut di sini adalah proklamasi keesaan Tuhan dalam Ulangan 6:4-5 dan pada perintah dalam Imamat 19:18 untuk menunaikan hak-hak orang lain sama dengan menunaikan hak-haknya sendiri. Kemudian, pewahyuan Tuhan berhubungan dengan tanggung jawab manusia kepada Tuhan, orang lain dan terhadap diri sendiri. Hukum dan para nabi dalam seluruh dimensi kehidupannya berurusan dengan ketiga masalah ini.

“Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kita Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” (Lukas 24:44) Pada masa Isa tiga kategori dari tulisan-tulisan para nabi sudah diketahui: ketiga kategori tersebut adalah hukum Musa atau Taurat, tulisan-tulisan nabi-nabi lainnya dan Mazmur.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16) Ketiga kategori naskah (tulisan) ini disebutkan pada kitab Lukas 24 dijelaskan di sini dalam bentuk bagaimana ketiga kategori ini seharusnya digunakan. Ketiganya dapat digunakan pertama kali untuk mencari tahu apa yang mereka suguhkan merupakan ajaran atau doktrin yang benar. Hal ini secara mendasar kegunaan dari apa yang telah kita buat di sini. Kami telah mencoba menemukan ajaran mereka ihwal Tuhan, misalnya. Namun tulisan-tulisan dapat digunakan untuk menegur perbuantan salah, untuk mengoreksi pandangan kita,dan untuk instruksi dalam kebenaran, yaitu, belajar bagaimana seharusnya kita melakukannya dan bagaimana melakukannya. Sebuah contoh instruksi dalam kebenaran akan menjadi pengujian kita atas teks-teks Injil untuk mencari tahun bagaimana Injil berkata bahwa orang-orang harus berdoa.

“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak ditafsirkan menurut kehendak sendiri. Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (Surat Petrus 2 1:20-21) Di sini para nabi menegaskan bahwa apa yang ditulis dalam tulisan-tulisan para nabi bukan hanya pendapat mereka. Di sini disebutkan bahwa apa yang mereka tulis merupakan wahyu (revalasi) dari Tuhan diinspirasi oleh Roh Kudus.

“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” (Wahyu Kepada Yohanes 1:3.) Terdapat tiga kali ucapan

bahagia bagi hubungan-hubungan manusia dengan tulisan-tulisan para nabi. Ada ucapan bahagia bagi mereka yang membaca atau menulis ucapan-ucapan para nabi pada tulisan-tulisan mereka. Ucapan bahagia bagi mereka yang mendengarkan bacaan kitab suci. Dan pada akhirnya, ucapan bahagia bagi mereka yang mengamalkan apa yang diperintahkan kitab suci.

Pewahyuan kehendak Tuhan dengan perantara para malaikat yang berbicara kepada para nabi yang menulisa dan mendiktekan pesan atau risalah tidaklah begitu berguna kecuali Tuhan meletakkan tanggung jawab kepada manusia bagaimana berhubungan dengan apa yang Dia wahyukan. Inilah poin final yang terdapat pada landasan common antara Yahudi, Kristen dan Islam. Tiada yang lebih jelas dalam ALKITAB selain fakta bahwa Tuhan yang meminta pertanggung jawaban seluruh makhluk. Dia meminta pertanggung jawaban Adam dan Hawa. Dia menghakimi Qabil karena membunuh saudaranya. Dia akan menghakimi kaum Nuh, dan kaum Luth. Dia akan menghakimi Bani Israel karena menyembah selain Tuhan, karena menolak para nabi dan karena melalaikan pembimbing yang diutus kepada mereka. Keesaan Tuhan, para nabi, dan bimbingan Ilahi merupakan tiga criteria utama dalam mahkamah ini.

ALKITAB banyak menyinggung ayat-ayat yang berkenaan dengan Hari Kiamat. Sebagai contohnya:

“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, sesudah itu dihakimi.” (Ibrani 9:27)

“Apabila Aku mengasah pedang-Ku yang berkilat-kilat, dan tangan-Ku memegang penghukuman, maka Aku membalas dendam kepada lawan-Ku, dan mengadakan pembalasan kepada yang membenci Aku.” (Ulangan 32:41)

“Tetapi Tuhan bersemayam untuk selama-lamanya, takhta-Nya didirikan-Nya untuk menjalankan penghakiman. Dialah yang menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran.” (Mazmur 9:9-10)

“Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan.” (Pengkhotbah 11:9)

“Akhir kata dari segala yang didengar ialah: “takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.” (Pengkhotbah 12:13-14) Ayat ini menunjukkan dua poin dalam persiapan bagi hari Kiamat: 1. Pengakuan terhadap kebenaran Tuhan yang Esa. 2. Menjaga perintah-perintah-Nya.

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” (Matius 12:36) Tiada nabi injil yang berbicara sedemikian banyak tentang Hari Kiamat melebihi Isa al-Masih. Ayat ini hanya merupakan contoh dari banyak ayat-ayat yang menyinggung hal tersebut.

“Yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.” (Ibrani 6:2) Penulis dari surat ini menunjukkan bahwa Hari Kiamat didahului oleh tiga poin persiapan: 1. Ablusi atau bermakna pensucian; 2. Penumpangan tangan atau berbaiat; dan 3. Kebangkitan dari kematian. Ketiga poin ini merupakan perbuatan kemurahan Tuhan, pertama melalui para nabi, kedua melalui bimbingan Ilahi, dan ketiga secara langsung di tangan para malaikat.

“Maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang shaleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman.” (2 Petrus 2:9) Persiapan bagi Hari Kiamat bergantung pada kemurahan Tuhan yang meluncurkan pencobaan kepada orang-orang shaleh. Kemurahan ini telah dijelaskan pada empat poin: Proklamasi tentang keesaan Tuhan, Keadilan Tuhan, Kemurahan Tuhan dengan menurunkan wahyu kepada para nabi melalui para malaikat dan tersimpan dalam kitab-kitab suci, dan bimibingan-bimbingan Ilahi yang mengaktualkan kehendak Tuhan secara visual dalam demonstrasi aktif.

“Tetapi oleh firman itu juga, langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.” (2 Peter 3:7) Teks ALKITAB ini menyatakan bahwa Hari Kiamat merupakan sebuah perubahan besar (cataclysmic). Hal ini bukan sekedar sebuah metafora ihwal kondisi tanggung jawab manusia. Hal ini terkait dengan sebuah dunia yang memiliki titik-akhir sebagaimana kita tahu dan permulaan bagi yang lain. Hal ini menyangkut api yang sesungguhnya.

“Dan ia berseru dengan suara nyaring: Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.” (Wahyu 14:7)

Dengan ayat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari apa yang disebut sebagai gospel yang abadi dalam ayat enam (everlasting gospel in verse six)Ia mengatakan dalam satu kalimat apa yang telah kita singkap dan ungkap atas poin ini. Hal ini termasuk pertama-tama pengakuan terhadap kebenaran Tuhan yang Esa yang menciptakan segala sesuatu dan kemudian berkuasa atas segalanya. Hal ini termasuk tiga hal yang harus kita lakukan dalam hubungannya dengan Tuhan:

1. Kita harus takut kepadanya, artinya, takut untuk menentang perintahnya.

2. Kita memuja-Nya, artinya kita harus hidup sebagai makhluk yang memuji Sang Pencipta;

3. Kita harus menyembah-Nya sedemikian rupa sebagaimana yang diperintahkan kepada kita dalam ALKITAB.



Akhirnya, teks ini menunjukkan pada aspek pewahyuan final, bahwa kita harus hidup dengan memperhatikan Hari Kiamat yang akan terjadi segera ke atas kita.

Meski teks final ini berasal dari Perjanjian Baru dan oleh karena itu bukan bagian dari aturan Yahudi, prinsip-prinsip yang disampaikan adalah bersifat common bagi tiga naskah suci (Yahudi, Kristen dan Islam).

Tanggungjawab manusia adalah sebuah prinsip inheren seluruh pesan ALKITAB, yang dating pada puncak Hari Kiamat dimana seluruh manusia pada akhirnya akan diadili.

Beriman kepada para malaikat, para nabi, kitab-kitab suci, dan Hari Kiamat merupakan hal yang fundamental dalam Islam. Umat Islam juga meyakini sesuatu yang diyakini oleh kaum Yahudi dan Kristen, meski tidak secara detil. Lebih penting, dari sudut pandang kajian ini, kita telah melihat bahwa keempat keyakinan yang banyak dijelaskan dalam ALKITAB bersumber dari sebuah pandangan yang sungguh konsisten dengan keyakinan Islam.

Kita akan melihat pilar keyakinan Islam, keyakinan kepada Tuhan, dengan perhatian yang lebih.

0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan ...
Berapa lama jarak masa yang terbentang di antara pengutusan para nabi Ulul Azmi?
Berkaca Pada Fitrah Manusia
Apa makna kuniyah itu? Dan apa maksud Abu al-Qasim yang dijadikan sebagai kuniyah ...
Kapan dan pada masa siapa Bunda Maryam dan Bunda Asiyah Sa wafat? Dimanakan keduanya ...
Siapakah Hadhrat Muslim itu?
Siapakah nama ibu kandung Nabi Ibrahim As?
Mungkinkah sebagian dari ruh menitis ke dalam diri orang lain. Demikian pula, apakah yang ...
Asyura dan Rekayasa Sosial
Siapakah orang yang mengantarkan makanan kepada Nabi Muhammad Saw selama beliau berada di ...

 
user comment