Pertama, pemimpin haruslah seorang yang saleh sehingga ketakwaan bisa menjaganya dari keterlenaan akibat nikmatnya kekuasaan seperti melakukan perbuatan menyimpang. Kedua, pemimpin haruslah orang yang sabar supaya bisa menjinakkan kemarahannya. Ketiga, pemimpin haruslah orang yang bersikap baik layaknya ayah bagi masyarakat yang dipimpin.
Ayatullah Khamenei, terkait Imam Baqir mengatakan, Imam Baqir yang memimpin sekitar 18 tahun, adalah teladan sempurna kerja keras, perjuangan dan jihad tak kenal lelah dan pelik dalam menyebarluaskan agama, kalimat kebenaran dan menggulirkan gerakan pemikiran benar di dunia saat itu.
Ayatullah Khamenei menambahkan, sebuah tujuan yang sedang dicapai rakyat Iran sekarang, yaitu menghidupkan kalimat kebenaran di dunia yang begitu terikat dengan materialisme, dekaden, menyesatkan dan tenggelam dalam kerusakan moral. Pekerjaan yang dilakukan Imam Baqir seorang diri untuk membantu sejumlah kecil sahabatnya, pernah dilakukan Islam di masa sebelumnya.
Imam Jafar Shadiq berkata, ayahku, Imam Muhammad Baqir selalu mendzikirkan nama Allah Swt. Ketika makan, beliaupun berdzikir. Ketika berbicara dengan masyarakat, beliau tidak pernah lupa mengingat Allah Swt dan selalu mengucapkan kalimat Laa Ilaha Ilallah. Di sepertiga malam beliau selalu mengajak kami untuk beribadah dan menghidupkan malam hingga terbit matahari. Beliau meminta anggota keluarga yang paling pandai qiraat Al Quran untuk melantunkan ayat-ayat suci dan meminta yang lainnya mengucapkan dzikir kepada Allah Swt.
Aflah, salah seorang pelayan Imam Baqir mengatakan, saya pernah bepergian dengan Imam Muhammad bin Ali untuk menunaikan ibadah haji. Ketika kami sampai dan Imam Baqir memasuki Masjidil Haram, dan pandangan beliau tertuju ke Ka'bah, seketika itu pula air matanya mulai menetes. Beliau menangis dengan suara keras hingga saya terkejut, mengapa seorang Imam Maksum menangis seperti ini. Saya berkata, demi ayah dan ibuku, orang-orang sedang menyaksikan anda, jika mungkin menangislah lebih pelan.
Imam Baqir berkata, celakalah kamu, mengapa aku tidak meninggikan suara saat menangis, mungkin dengan cara ini aku bisa mendapat pengampunan dan kasih sayang Allah Swt dan Ia sudi memandangku dengan penuh kelembutan, di hari kiamat kelak aku akan sangat bergantung pada kasih sayang dan kebaikan-Nya. Selepas itu Imam Baqir melakukan thawaf dan shalat di dekat Maqam Ibrahim as. Selesai shalat, beliau sujud dan ketika bangkit dari sujud, tampak air matanya membasahi tanah.
Imam Baqir berkata, senyuman seorang laki-laki kepada saudaranya membawa pahala dan menjauhkan segala jenis kesulitan dan kesusahan darinya, amal yang disukai Allah Swt dan di sisi-Nya tidak ada pekerjaan yang lebih dicintai daripada menyenangkan hati Mukmin.
Salah satu amal terbaik yang dicontohkan Imam Baqir untuk kita adalah melepaskan belenggu kesulitan dari pundak saudara-saudara seagama atau sesama manusia. Amal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, meski hanya dengan melemparkan senyum yang bisa menyenangkan hati saudara kita.