REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Siapa bilang perkembangan teknologi bertentangan dengan agama. Sebaliknya, kehadiran teknologi kian mendekatkan individu dengan kepercayaan yang dianutnya.
Pada kasus yang dialami Muslim AS, teknologi membuat mereka tidak lagi kesulitan untuk mengetahui waktu shalat dan mencari masjid terdekat untuk melaksanakan shalat. Semua itu berkat banyaknya aplikasi jadwal shalat pada ponsel pintar.
Jasmine Kashoush, mahasiswi University of Pittsburgh mengakui perkembangan teknologi membantu dirinya untuk melaksanakan shalat lima waktu. "Benar-benar bermanfaat. Alhamdulillah, aku tidak lagi meninggalkan shalat hanya karena tidak tahu jadwal shalat," kata dia seperti dikutip Tribune Pittsburgh, Senin (19/11).
Manfaat itu juga dirasakan umat agama lain. Misalnya saja, aplikasi pada ponsel pintar memungkinkan umat Yahudi dan Nasrani mengunduh kutipan Taurat dan Alkitab.
Ryan Kreager, kandidat Doktoral University of Notre Dame membenarkan itu. Menurut dia, aplikasi ini memang tidak menggantikan peranan pemuka agama tetapi membuat seseorang terhubung secara emosional dengan agama mereka. "Memang, tidak membuat ketagihan beribadah," kata dia sembari tersenyum.
Profesor teologi dan etika, Sekolah Teologi Pittsburgh, Rev Ronald Cole-Turner, mengatakan perkembangan itu tidak bisa ditolak tetapi dimanfaatkan. Keliru bila menganggap teknologi itu merusak tatanan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan. " Sekarang, kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan baik secara langsung maupun via online," kata dia.
Pendeta Thomas Ondrea mengaku sangat bersemangat ketika terbiasa menerima konsultasi dengan jamaahnya melalui ponsel. "Jemaat merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan bantuan teknologi. Ini membuat gereja perlu mencari cara untuk membuat penggunaan teknologi itu secara positif," tutupnya.
source : http://www.republika.co.id