Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, menyinggung penting dan sensitifnya masa-masa bersejarah saat ini, menekankan, “Bangsa Iran sedang mengokohkan kemuliaannya dan sedang menyusun peta kemajuan makronya menuju cita-cita.” Beliau menilai anti-imperialisme berasal dari ajaran al-Quran dan agama Islam. Anti-imperialisme dalam al-Quran berarti menganggap diri paling utama dan dapat didefinisikan di berbagai sektor ibadah, politik, ekonomi dan ilmiah.
Imperialis ingin memamerkan kebesaran yang tidak mereka miliki dan menganggap dirinya lebih utama dari pihak lain. Al-Quran telah menjelaskan dengan baik karakteristik budaya kaum imperialis, berbagai cara mereka untuk menguasai pihak lain, dan juga dalam berbagai ayat, memaparkan prinsip dan metode perlawanan terhadap imperialisme. Kepercayaan diri, kesabaran, ketakwaan, perjuangan dan jihad di hadapan kaum imperialis, merupakan cara-cara yang telah dijelaskan al-Quran dalam menghadapi imperialisme.
Rahbar menegaskan, terlepas dari ajaran Islam, sesuai pengalaman sejarah bangsa Iran, ada bukti-bukti logis untuk anti-imperialisme. Beliau menyebut kudeta 28 Mordad 1332 di Iran merupakan salah satu di antara pengalaman bangsa Iran dan mengatakan, “Pemerintah Mosaddeq yang mampu merebut minyak—yakni kekayaan nasional negara—dari cengkeraman Inggris, melakukan satu kesalahan bersejarah yaitu mengandalkan Amerika Serikat. Dia beranggapan bahwa berhadapan dengan musuh, Inggris, di kancah internasional dia harus memiliki dukungan, oleh karena itu dia mempercayai Amerika Serikat. Opitimisme dan sikap keluguan ini, dimanfaatkan Amerika Serikat dan menggulirkan [kudeta] 28 Mordad... mereka memenjarakan Mosaddeq dan mengembalikan Mohammad Reza Pahlevi yang telah melarikan diri, duduk di tahta kerajaan.” Ayatullah Khamenei juga menilai kontrol para penasehat militer Amerika Serikat terhadap Angkatan Bersenjata Iran, kehancuran investasi spiritual dan sumber daya manusia, serta pemanfaatan ekonomi dan politik AS selama 25 tahun, sebagai hasil dari kudeta 28 Mordad di Iran.”
Ayatullah Khamenei menilai kepemimpinan Imam Khomeini sebagai pertolongan Allah Swt yang membawa kesadaran bagi bangsa Iran melalui masa-masa sulit. Beliau mengatakan, “Bangsa Iran mengetahui bahwa Amerika Serikat berada di balik berbagai kejahatan terhadap mereka dan negara di dalam negeri. Imam Khomeini pada awal-awal dimulainya gerakan Kebangkitan Islam mengatakan, “Saat ini, Presiden Amerika Serikat adalah orang yang paling dibenci di Iran.” Imam Khomeini menjelaskan apapun yang terjadi semuanya karena Amerika Serikat; semua keburukan adalah karena Amerika Serikat. Akibat penyadaran tersebut, perlawanan membuahkan hasil dan Revolusi Islam menang.
Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran dengan tegas menyebut Amerika Serikat sebagai “Setan Besar” dan menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah musuh nomor satu masyarakat lemah dan tertindas dunia. Kepada bangsa Iran dan bangsa Muslim tertindas dunia, pemimpin besar ini mengatakan, “Tunjukan semua teriakan yang kalian miliki kepada Amerika Serikat.” Dan kepada para pejuang beliau menegaskan, “Jika kita benar-benar melanjutkan tugas kita dalam melawan penjahat AS, maka putra-putri kita akan menyaksikan kemenangan.”
Ayatullah Khamenei menyebut kegigihan bangsa-bangsa dan juga tampilnya pemimpin yang kompeten, sebagai dua faktor penting kemenangan dan kehormatan bangsa-bangsa. Bangsa Iran yang memiliki dua faktor tersebut, mampu menang, namun Amerika Serikat sejak awal kemenangan Revolusi Islam, mengambil langkah-langkah destruktif terhadap Iran. Rahbar juga menilai perlindungan terhadap raja buron dan penjahat Iran, sebagai salah satu contoh lain dari aksi Amerika Serikat anti-bangsa Iran.
Menurut beliau, pendudukan Kedutaan Besar Amerika Serikat oleh para mahasiswa revolusioner, merupakan reaksi atas langkah-langkah Amerika Serikat tersebut. [Pasca pendudukan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Iran] terbukti bahwa tempat itu adalah sarang mata-mata, terbukti pula bahwa selama beberapa bulan setelah kemenangan Revolusi, tempat itu menjadi pusat propaganda anti-Revolusi Islam, ini semua terbukti dari dokumen-dokumen yang terkuak dari dalam Kedutaan Besar Amerika Serikat. Rahbar juga menyebut pembantaian rakyat revolusioner Iran oleh para serdadu rezim Pahlevi atas imbauan para jenderal Amerika Serikat, dukungan Amerika terhadap kelompok-kelompok anti-pemerintah Islam Iran, penyusunan dan pelaksanaan kudeta Nojeh dan dukungan penuh terhadap serangan selama delapan tahun Saddam anti-Iran, merupakan langkah konfrontatif lain Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran.
Beliau lebih lanjut menilai langkah-langkah Amerika Serikat terhadap Iran sebagai akibat dari kekeliruan analisa mereka dan menegaskan bahwa Revolusi Islam Iran adalah sebuah revolusi merakyat dan bersandarkan pada keyakinan agama, sementara orang-orang Amerika Serikat tidak dapat memahami karakteristik tersebut. Rahbar kemudian mengatakan, “Salah satu dari langkah-langkah Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir adalah menekan banyak pihak untuk mempercantik citra Amerika Serikat; mereka mengesankan bahwa jika pada satu waktu Amerika Serikat adalah musuh, sekarang tidak lagi memusuhi. Tujuannya adalah menyembunyikan wajah musuh bagi bangsa Iran sehingga lengah di hadapan musuh dan mereka mampu menggulirkan permusuhan mereka dan menikamkan belati dari belakang.” Beliau menambahkan, “Tujuan-tujuan Amerika Serikat untuk Republik Islam Iran tidak pernah berubah; sekarang jika mereka mampu menghancurkan Republik Islam Iran, maka mereka tidak akan menyia-nyiakan barang sedetik pun, hanya saja mereka tidak mampu.”
Rahbar menekankan bahwa esensi imperialisme Amerika Serikat tidak pernah berubah, seraya menyinggung kebungkaman memalukan pemerintah Amerika di hadapan kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina dan mengatakan, “Berulangkali orang-orang Amerika Serikat menyatakan bahwa Israel berhak membela diri; membakar perkebunan mereka, membunuh para pemuda mereka, membakar rumah-rumah mereka, membakar bayi berusia beberapa bulan, membakar orang tua dan bahwa rakyat Palestina sama sekali tidak berhak membalas. Sekarang mereka juga mendorong rezim Zionis, memberikan bantuan dan mendukungnya.”
Ayatullah Khamenei juga menilai kebungkaman Amerika Serikat di hadapan kejahatan rezim al-Saud sebagai bukti kebohongan klaim perdamaian mereka. Beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dalam proses perundingan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1, di hadapan kamera para wartawan, terisak karena mengingat peperangan. Padahal lebih dari dua juta nyawa melayang akibat perang yang dikobarkan Amerika Serikat selama 14 tahun terakhir, dan proses ini terus berlanjut dengan mengubah perang langsung menjadi perang proxy.
Ayatullah Khamenei kemudian kembali menekankan bahwa Iran hanya akan berunding dan menjalin hubungan perdagangan dan politik dengan pemerintah-pemerintah yang tidak menggerogoti kepentingan Iran. Akan tetapi, Republik Islam tidak akan berunding dan menjalin hubungan dengan Amerika Serikat, karena pengalaman menunjukkan bahwa Amerika Serikat dengan segala alasan berusaha menghancurkan bangsa Iran dan Republik Islam.
Rahbar di akhir pernyataannya mengatakan, “Alhamdulillah Republik Islam telah membuka diri dan bergerak maju. Saya tidak ragu bahwa kalian para pemuda yang tercinta akan menyaksikan hari-hari di mana banyak dari cita-cita tinggi Republik Islam yang telah kalian tetapkan, terealisasi dalam kehidupan kalian; saya tidak ragu bahwa masa depan akan seperti ini, dan kalian insya Allah akan mampu membangun negara, kalian juga akan mampu menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa lain, dan berkat pertolongan Allah Swt, kalian akan mampu merobohkan raksasa menyeramkan yang menakut-nakuti banyak bangsa dan kalian akan membebaskan mereka dari kekhawatiran dan ketakutan tersebut insya Allah.”(IRIB Indonesia/MZ)
source : irib