Sulaiman adalah seorang nabi yang memiliki ilmu dan posisi yang luar biasa. Allah telah memberikan hikmah dan kewibawaan kepada Sulaiman. Angin dan anasir-anasir alam ada di bawah ikhtiarnya. Ia memahami bahasa binatang dan burung-burung. Sebaliknya, binatang dan burung-burung ini juga memahami kebesaran dan keagungan kekuasaan Sulaiman.
Al-Quran menceritakan kehidupan Sulaiman dan pelbagai peristiwa menarik. Antara lain dari kisah yang indah dan mengandung pelajaran itu adalah kisah Balqis, Ratu Saba dan bagaimana dia akhirnya beriman kepada Allah.
Sulaiman dan rombongannya sedang berada di tengah perjalanan kembali dari Mekah menziarahi Kabah menuju Syam. Di tengah padang sahara yang kering mereka tidak menemukan air. Sulaiman meminta Hudhud untuk menemuinya dan menyuruhnya untuk mencari air. Namun ia tahu bahwa Hudhud tidak ada.
"Mengapa aku tidak melihat Hudhud? Bila ia kembali aku akan menghukumnya dengan berat atau menyembelihya. Kecuali bila ia memberikan alasan yang bisa diterima!" ucap Sulaiman.
Waktupun berlalu Hudhud masih saja belum kembali. Tidak seorang pun berani berbicara.
Ketika Hudhud sampai, sebelum Sulaiman menghukumnya, ia berkata, "Wahai Nabi Allah! Saya menemukan satu fenomena yang engkau sendiri tidak tahu akan hal itu. Ilmu dan kekuatanmu tidak bisa meliputinya. Di negeri Saba ada seorang perempuan berkuasa bernama Balqis. Ia memiliki nikmat yang berlimpah. Singgasananya sangat besar dan megah. Namun aku melihat dia dan kaumnya menyembah matahari. Setan memperindah amal perbuatan mereka di mata mereka sendiri dan menyimpangkan mereka dari jalan Allah, seakan-akan mereka tidak akan pernah bisa terhidayahi.
Sulaiman merasa takjub mendengar cerita ini dan berkata, "Aku akan meneliti kebenaran masalah ini. Bila kenyataan yang ada sesuai dengan apa yang kau ceritakan, maka sampaikanlah suratku untuknya dan bawalah jawabannya kepadaku!"
Balqis dengan kemegahannya duduk di singgasana. Tiba-tiba dengan takjub ia melihat seekor burung menjatuhkan sebuah surat di hadapannya. Ia membuka surat itu. Setelah membacanya, ia sejenak berpikir kemudian memanggil para penasihatnya.
"Hai para pembesar! Ada sebuah surat dijatuhkan di hadapanku. Surat itu berasal dari Sulaiman. Isinya sebagai berikut:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Jangan merasa lebih hebat dari diriku. Datanglah kepadaku untuk menyerah.
Para penasihat Balqis marah dan sejumlah orang dari mereka berkata, "Kami adalah pemilik kekuasaan dan kekayaan yang banyak. Kami bisa berperang melawan mereka."
Sekelompok lainnya berkata, "Hai Balqis! Kami telah memilihmu sebagai pemimpin kami. kami percaya akan kehebatanmu. Apa saja yang engaku anggap baik, maka lakukanlah."
Balqis betul-betul kepikiran dan kepada dirinya sendiri ia berkata, "Jangan sampai aku tertipu oleh kekuatanku sendiri dan para pasukanku. Sekarang bukan waktunya untuk bersikap tanpa perhitungan. Aku harus mendatangi Sulaiman."
Kemudian ia menghadap kepada para penasihatnya dan berkata, "Para raja, bila sampai di sebuah negeri, biasanya mereka akan menghancurkan desa itu dan menginjak-injak kehormatan para penduduknya yang mulia. Saya akan mengirimkan hadiah kepada Sulaiman dan melihat bagaimana para utusan kita akan kembali."
Tidak lama kemudian para utusan Balqis mendatangi Sulaiman dengan membawa hadiah. Sulaiman menyambut kedatangan mereka dan berkata, "Apakah kalian ingin membantuku dengan harta kekayaan? Apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik dari apa yang diberikan kepada kalian. Akan tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah-hadiah ini."
Kemudian Sulaiman menghadap kepada utusan Balqis dan berkata, "Sekarang kembalilah kalian dan kami juga akan mengerahkan pasukan yang kalian tidak akan kuasa menghadapinya!"
Ketika Balqis mendengar bahwa Sulaiman tidak mau menerima hadiahnya, ia tersenyum dan matanya memandang ke kejauhan.
Dengan heran para utusannya bertanya, "Bolehkah kami bertanya, mengapa Anda merasa gembira?"
Balqis menjawab, "Sekarang aku tahu bahwa Sulaiman adalah orang yang benar dan baik. Sekarang kita harus menemuinya dan mengetahui ajaran barunya."
Kepada Sulaiman Hudhud mengabarkan bahwa Balqis sedang menuju ke sini.
Sulaiman menghadap kepada para sahabatnya dan berkata, "Aku tahu bahwa Balqis adalah seorang perempuan yang cerdas. Aku harus menunjukkan kepadanya mukjizat dan kemampuanku yang diberikan oleh Allah. Aku akan memperkenalkan kebenaranku sebagai nabi Allah. Siapakah yang bisa memindahkan singgasana kebesaran wanita ini ke dekatku sebelum ia sampai ke sini dimana singgasana kebesarannya ini merupakan tanda-tanda keagungannya?"
Salah seorang laki-laki yang tahu tentang ilmu kitab berkata, "Saya akan memindahkannya ke dekat Anda hanya dalam sekejap mata."
Ketika Sulaiman menyaksikan singgasan Balqis sudah berada di hadapannya, ia memuji Tuhannya dan berkata, "Ini adalah pemberian Tuhanku untuk mengujiku apakah aku termasuk orang-orang yang bersyukur atau yang mengingkari nikmat. Oleh karena itu, barang siapa yang mengucapkan rasa syukur, sungguh ia telah mensyukuri dirinya."
Kemudian Sulaiman memerintahkan seraya berkata, "Ubahlah istana Balqis. Supaya aku lihat, apakah dia mengetahuinya ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak akan mendapat hidayah!?"
Ketika Balqis bersama rombongannya sampai di sana ia terheran-heran menyaksikan kebesaran dan keagungan Sulaiman.
Kepada Balqis Sulaiman bertanya, "Apakah singgasananmu seperti ini?"
Balqis yang terheran-heran menjawab, "Sepertinya ini singgasanaku!"
Sulaiman mempersilahkan Balqis memasuki istana bludru. Ketika Balqis mau memasukinya ia mengangkat bajunya agar tidak terkena air.
Sulaiman berkata, "Ini bukan air. Akan tetapi hanya sebuah fatamorgana yang dibuat dari kaca. Seketika itu juga Balqis menyingkirkan kelalaiannya dan menerima keagungan ilahi. Kemudian berkata, "Aku telah menzalimi diriku sendiri. Sekarang saya menaati Tuhan semesta alam bersama Sulaiman. (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Para pecinta al-Quran bisa menelaah kisah ini dalam surat Naml ayat 17-44.
source : http://indonesian.irib.ir/