Sumber :
Buku : taubat dalam naungan kasih sayang
Karya : Ayatullah Husein Ansariyan
Berdasarkan riwayat dari Thabari, Tsa’labi, Fakhrurazi, Ibnu Katsir Syami, Naisyaburi, Suyuthi, Ibnu Qutaibah, Ibnu Zaulaq, Ibnu Asakir, Ibnu Atsir, Ibnu Abil Hadid, Ibnu Khalikan, Ibnu Hajar, dan lain sebagainya, Rasulullah Saw, dalam rangka membimbing ummat, menjaga kelangsungan Islam dan al Quran, serta memimpin dan membimbing manusia menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, pada tanggal 18 Zulhijah, di lembah Ghadir Khum, telah menunjuk seorang Imam dan khalifah umat muslim. Tentu saja seorang Imam yang maksum, yang terbebas dari keburukan moral, perbuatan, dan pemikiran. Imam itu adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Rasul telah menunjuknya sebagai khalifah, wali pemimpin atas umat muslim setelah Rasul.
Terkait hal ini, Allah Swt mengumumkan penyempurnaan agaman-Nya, melengkapkan nikmatNya dan memilih islam sebagai agama dan hukum bagi manusia hingga hari kebangkitan.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دينَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتي وَ رَضيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ ديناً فَمَنِ اضْطُرَّ في مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحيمٌ
” Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu menjadi agama bagimu.” (al-Maidah : 3)
Menerima perihal wilayah dan kepemimpinan Imam Ali as, dan menaatinya dalam seluruh urusan dunia, agama, dan akhirat, adalah kesempurnaan dalam agama dan merupakan kelengkapan nikmat.
Dinukil dari buku taubat dalam naungan kasih sayang, karya Ayatullah Husein Ansariyan.