Bulan Agustus adalah bulan dimana rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaan. Yaitu tepatnya 17 Agustus 1945. Awal momentum untuk menentukan nasib negara Indonesia. Pada hari itu, bangsa Indonesia telah menunjukkan bahwa mereka telah berhasil mengeluarkan diri dari belenggu sebagai bangsa terjajah yang berabad-abad ditanamkan oleh kaum kolonial. Hari yang menjadikan Indonesia setara, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi di antara negara-negara lain.
Kemerdekaan adalah kenikmatan yang maha besar dan ia tidak bisa dirampas begitu saja dari suatu bangsa, kecuali dengan adanya sebab-sebab yang memungkinkan terjadinya perampasan kemerdekan itu. Sebab-sebabnya memang banyak tapi yang paling berbahaya adalah ketidaktahuan tentang arti kemerdekaan. Karena percuma merdeka bila tidak tahu apa arti sebenarnya dari merdeka itu sendiri. Akibatnya akan kembali terjajah.
Hari raya Idul Fitri dan kemerdekaan Indonesia mempunyai falsafah yang sama yaitu simbol kemerdekaan dan hari kemenangan, Idul Fitri kali ini jatuh berdekatan dengan hari HUT kemerdekaan Republik Indonesia ke 67, dimana hari HUT kemerdekaan RI merupakan hari Kemenangan bangsa Indonesia, setelah lamanya bangsa Indonseia dijajah oleh Belanda dan Jepang.
Kita semua sudah mengetahui sejarah kemerdekaan Indonesia lewat tulisan-tulisan dan buku-buku, bagaimana gigihnya pejuang dan pahlawan Indonesia dalam membebaskan Indonesia dari tangan penjajah. Bertahun-tahun bangsa Indonesia mengalami kesusahan, penindasan dan kesewenang-wenangan oleh pihak-pihak yang berusaha mencengkeram Indonesia untuk kepentingan kekuasaan.
Peran pahlawan dan rakyat Indonesia yang pada saat itu membara bersatu menyatukan kekuatan untuk melawan penjajahan, mereka senantiasa berjuang dengan mengedepankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dengan menunjukkan keberanian, kesabaran, pengorbanan, dan optimistis demi kemerdekaan Indonesia.
Merdeka berarti bebas dari penjajahan, bebas dari tahanan, bebas dari kekuasaan, bebas dari penindasan dan bebas dari tekanan dari budaya serta nilai-nilai yang bertentangan dengan diri kita.
Sayyid Musthofa Al-Ghalayini, seorang ulama asal Libanon, dalam kitabnya yang berjudul Idhotun Nasyi'in mengatakan bahwa kemerdekaan itu ada empat macam, yaitu hurriyah fardi (Kemerdekaan Individu), hurriyah jamaah (Kemerdekaan berorganisasi), hurriyah iqtishodiyah (Kemerdekaan ekonomi), dan hurriyah siyasiyah (Kemerdekaan negara).
Dalam artikel ini hanya akan dibahas hurriyah siyasiyah, maksudnya setiap umat atau bangsa itu bebas dan merdeka untuk menentukan hal-hal yang bersangkut paut dengan politik negaranya. Tidak terikat dan bergantung kepada bangsa lain sekaligus tidak boleh dicampuri oleh kehendak bangsa lain. Bebas membuat segala macam peraturan sesuai kehendak dan kondisi tanah air. Dengan adanya kedaulatan dalam hal politik ini, setiap bangsa bisa memajukan semua hal, termasuk pekerjaan, pertanian, perekonomian dan hal-hal lain yang menjadi hak bangsa tersebut. Tapi kemerdekan dalam hal politik ini tidak akan tercapai jika ketiga kemerdekaan sebelumnya belum dicapai, terutama kemerdekaan ekonomi. Oleh karena itu wajib bagi semua komponen bangsa untuk berusaha sekuat tenaga menggapainya dengan segala daya upaya. Penting sekali menanamkan kesadaran kemerdekaan itu ke semua orang orang yang bernaung di negara itu. Tanpa kesadaran itu lama-kelamaan bangsa itu akan roboh dan hancur.
Lalu apa kaitanya hari kemerdekaan RI dengan hari raya Idul Fitri? Idul Fitri mempunyai arti kemenangan umat Islam yang merupakan sebagai puncak akhir setelah pelaksanaan ibadah puasa, kemenangan disini adalah bentuk dari kemenangan dalam menggapai kesucian, layaknya seorang bayi yang baru dilahirkan, bersih dan tanpa dosa.
Idul Fitri juga merupakan bentuk dari pengekspresian sebagai "iduna ahlil Islam" (hari raya penganut Islam) sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW "yaumu aklin wa syurbin wa bahjatin" hari makan-minum serta bersuka cita, sehingga diharamkan bagi umat muslim untuk berpuasa.
Oleh karena itu, Idul Fitri mempunyai makna hari bersuka cita, gembira dan senang, maka pada hari besar itu semua orang harus terbebas dari kesedihan, kesusahan dan jangan sampai ada orang yang meminta-minta, ini bagian dari kewajiban umat muslim yang mampu untuk membayar zakat, berupa zakat fitrah dan zakat mal kepada fakir miskin sebagai bentuk dari berbagi kebahagiaan dari mereka yang tidak mempunyai apa-apa agar bisa merasakan suka cita pada hari tersebut.
Namun, ironisnya Indonesia merdeka selama 69 tahun, masih banyak kesusahan, penindasan, korupsi, yang dirasakan rakyat Indonesia terlihat di depan mata, kebebasan merajalela, hukum diperjual belikan, tidak ada keadilan, dan lain sebagainya yang perlu dibenahi dan diperbaiki kembali, masih butuh belajar lebih keras untuk memahami makna kemerdekaan.
Pada kemerdekaan Indonesia ke 69, kita berharap kepada semua elemen baik pemerintah, ulama, maupun rakyat Indonesia untuk dapat mempertahankan semua pondasi-pondasi yang telah ditanamkan oleh para pahlawan, kita jangan hanya bisa menikmati hasil perjuangan para pahlawan terdahulu, tapi bagaimana kita dapat mempertahankan perjuangan tersebut. Semoga berkah bulan Syawal yang ditandai dengan Idul Fitri kemarin membuat Negara Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam, negeri gemah ripah loh jinawi, dapat terbebas dari belenggu-belenggu penjajah, sehingga tujuan memakmurkan rakyat Indonesia, tegaknya keadilan, dapat teralisasi. Jangan bermimpi Negara Indonesia menjadi baik kalau problematika kebangsaan seperti kemerosotan moral politik hingga keterpurukan ekonomi masih belum terselesaikan.
Melihat keterangan al-Ghalayani tentang macam-macam kemerdekaan diatas, kita akan segera tahu bahwa kita, bangsa Indonesia, bisa dikatakan belum merdeka. Kemerdekaan yang paling utama yaitu kemerdekaan dalam bidang ekonomi dan politik.
Ekonomi dan politik kita telah disetir oleh bangsa penjajah. Hal itu bisa dibuktikan dari lemahnya bargaining kita terhadap semua hal. Kita terlalu banyak bergantung kepada asing.
Perekonomian kita semakin hari semakin rapuh, degradasi terjadi di berbagai bidang, di antaranya rakyat semakin miskin, angka pengangguran tinggi, harga-harga (sembako) melambung, kekayaan alam semakin tereksploitasi, sementara penegakan hukum masih tebang pilih. Keterpurukan ekonomi semakin parah, serbuan produk asing membanjiri pasar dalam negeri. Kondisi seperti itu menimbulkan gesekan-gesekan di masyarakat sehingga acapkali menimbulkan konflik horizontal. Adalah hal yang mustahil suatu bangsa dapat bangkit dari keterpurukannya kalau bangsa itu tidak dapat mandiri dan tidak berdaulat.
Oleh karena itu, maka menurut al-Ghalyini berpesan kepada kaum muda utamnya untuk selalu belajar tentang arti kemerdekaan yang hakiki. Kemudian berusaha dengan sekut tenaga untuk mengupayakan semua kemerdekaan yang telah disebutkan di atas dan untuk melepaskan bangsa dan negara dari segala bentuk penjajahan. Jangan lupa pula untuk selalu mengingat kata-kata yang penuh hikmah: Setiap umat itu punya ajal dan ajal setiap bangsa jika kemerdekaannya sudah terampas.
source : www.nurulmaiyyahindonesia.com