Hari ketujuh bulan Zulhijjah bertepatan dengan hari syahidnya Imam Muhammad Baqir as, cucu Rasulullah Saw. Imam Baqir seperti para Imam Ahlul Bait as lainnya merupakan pribadi agung dan teladan bagi seluruh umat manusia. Beliau mendapat gelar Baqirul Ulum, 'pengungkap dan penyebar ilmu'. Gelar tersebut membuktikan kedalaman ilmu dan pengetahuan beliau, karena Imam Baqir memahami dengan baik seluk beluk keilmuan dan keruwetannya. Rahasia-rahasia setiap ilmu pun dipahami dengan baik oleh Imam Baqir.
Imam Muhammad Baqir as mereguk cawan syahadah pada hari ketujuh Zulhijjah tahun 114 H di usia ke 57 tahun. Keberadaan beliau di tengah umat sebagai mentari yang menyinari seluruh umat manusia rupanya membuat penguasa Bani Umayyah tak tahan. Mereka pun berusaha keras membunuh imam umat Islam ini. Akhirnya impian mereka tercapai dan umat kehilangan seorang pemimpin dan pencerah yang senantiasa memberikan bimbingan kepada mereka.
Imam Muhammad Baqir, seperti juga para imam lainnya, adalah seorang manusia yang sempurna dan terpelihara dari segenap aib dan kekurangan serta memiliki semua kesempurnaan insani. Pernyataan tersebut bukan hanya diyakini oleh para pecinta Ahlulbait, melainkan juga oleh para penentangnya. Di kalangan masyarakat umum dan khusus, ia lebih populer, terkenal, dan lebih berwibawa. Apa yang tampak dari ilmu agama, sunnah, tafsir al-Quran, sirah, serta adab kehidupan Imam tidaklah tampak pada diri anak-anak Hasan dan Husain lainnya. Sisa-sisa sahabat, para pembesar dari tabi'in, dan ulama fikih meriwayatkan persoalan agama dari Imam Baqir. Imam Baqir populer dengan keutamaan ilmu sehingga berbagai macam syair dikumandangkan untuk menyifati keutamaannya itu. Abu Fida' mengenai Imam mengatakan, "Muhammad bin Ali bin Husain Abu Ja'far Baqir adalah tabi'in yang sangat mulia dari segi ilmu, amal, dan qiyadah.
Kehidupan Imam Baqir as merupakan sebuah prestasi besar bagi umat Islam. Imam Baqir dari satu sisi aktif memperkokoh landasan ideologi dan keyakinan masyarakat dan dari sisi lain dengan metode argumentatif mengkritik pemikiran menyimpang serta keyakinan sesat. Imam Baqir as juga dapat disebut sebagai revolusioner ideologi besar di dunia Islam. Beliau pencetus serta peletak dasar-dasar gerakan keilmuan dan budaya yang luas di dunia Islam, dengan demikian Imam Baqir telah mempersiapkan terbentuknya sebuah universitas global Islam.
Imam Baqir barusaha keras mengenalkan ajaran Islam murni seperti yang diajarkan oleh kakeknya, Rasulullah Saw kepada para pecinta kebenaran. Gerakan besar keilmuan dan kebudayaan yang dirintis Imam Baqir as ini dikemudian hari terlihat hasilnya yang nyata. Di zaman Imam Baqir as, krisis politik yang mendera dinasti Umawiyah membuat Ahlul Bait sedikit dapat bernafas dengan lega dan pemerintah zalim tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk merecoki keluarga suci Nabi ini. Saat itu, dinasti Umawiyyah dirundung konflik politik dan sendi-sendi pemerintahannya semakin lemah dan goyah. Dalam kondisi seperti ini, terbuka peluang bagi Ahlu Bait Nabi untuk meyebarkan budaya dan ajaran Islam.
Di era Imam Baqir as, sejumlah syuhbat dan ideologi impor mulai merambah masyarakat Muslim. Saat itu, Imam Baqir berusaha keras untuk mencabut akar-akar pemikiran sesat dan menyimpang tersebut. Beliau mengenalkan kepada umat bahwa al-Quran, Sunnah Nabi dan Ahlul Baitnya sebagai rujukan paling tepat dan benar untuk menyelesaikan kendala pemikiran serta ideologi umat Islam. Dengan parameter yang dikenalkan Imam tersebut diharapkan para cendikiawan dan umat Islam mampu memilah mana jalan yang benar dan mana yang menyimpang.
Imam Baqir a.s. dikenal karena keluasan ilmu dan takwanya. Ia selalu menjadi rujukan muslimin dalam setiap problema. Keberadaan Imam Baqir a.s. adalah sebuah pengantar bagi perbaikan umat. Masyarakat mengenalnya sebagai putra orang-orang luhur yang rela mengorbankan jiwa dan raga mereka demi mencegah penyelewengan umat yang hampir saja memusnahkan Islam. Dengan pengorbanan mereka ini, diharapkan muslimin dapat mengetahui bahwa para penguasa yang memerintah atas nama Islam tidak seperti kenyataan di alam realita. Mereka tidak pernah mau untuk mempraktekkan Islam dalam pemerintahan mereka.
Dalam diri Imam Baqir terdapat ilmu dan hikmah yang luas serta akhlak yang mulia sehingga terpancar kesempurnaan insani dalam diri manusi suci ini. Gelar Baqirul Ulum, 'pengungkap dan penyebar ilmu', bukan sembarang gelar yang disematkan kepada beliau. Gelar ini dibuktikan dengan kedalaman ilmu yang beliau miliki yang telah diakui oleh kawan maupun lawan beliau. Muhammad Abdul Fattah, salah satu ulama dari mazhab Hanafi berkata, "Muhammad bin Ali as mendapat gelar al-Baqir karena beliau berhasil menyingkap hikmah dan ajaran yang terpendam." Di zaman Imam Baqir banyak ulama dari mazhab lain yang berguru kepada beliau. Zuhra, Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Imam Syafii termasuk ulama besar yang sempat belajar kepada Imam Muhammad Baqir as. Selain itu, karya sejumlah ulama dan sejarawan Ahlu Sunnah seperti Tabari, Baladhiri, Khatib Baghdadi dan Zamakhsyari juga mengambil riwayat dari Imam Baqir as.
Imam Baqir as dan Ahlul Bait dengan keagungannya dan kedudukan serta keilmuannya yang tinggi senantiasa membaur dengan masyarakat dan tidak mengambil jarak dengan mereka. Sejarah manusia-manusia suci ini mengindikasikan bahwa mereka memilih kehidupan yang sederhana dan tidak bermewah-mewahan. Ahlul Bait Nabi sangat menekankan usaha dan pekerjaan, artinya seseorang harus terus berusaha dan bekerja mencari nafkah. Para ahlul bait meski mereka mencapai derajat spritual yang tinggi, namun memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Mereka bekerja membanting tulang untuk memenuhi kehidupan mereka serta keluarganya.
Salah satu yang sangat ditekankan oleh Imam Baqir adalah bekerja untuk menafkahi keluarga. Beliau pun menerapkan hal ini pada pribadinya. Di tengah terik matahari yang menyengat Imam Baqir tak segan-segan bercocok tanam dan mencangkul sawah. Beliau meyakini bekerja demi mendapat rizki yang halal termasuk ibadah. Imam Baqir as mencela sikap malas dan tak mau bekerja (pengangguran). Pengangguran selain menciptakan ketidakstabilan jiwa, juga merusak kehormatan dan kepribadian seseorang. Imam Baqir as bersabda, "Aku sangat membenci mereka yang mengada-adakan alasan dan tidak mau bekerja serta berkata, Ya Allah! Berilah hamba-Mu rizki."
Imam Baqir as menilai berupaya mencari rizki yang halal sebagai karakteristik orang-orang yang dicintai Allah Swt. Beliau bersabda, "Ketahuilah bahwa auliyaullah (orang yang dicintai Allah) adalah orang yang menghindari hal-hal yang diharamkan dan meraih rizki yang halal melalui bekerja serta berdagang. Auliyaullah adalah orang-orang yang menjalankan kewajiban yang dibebankan di pundaknya dan Allah memberi berkah pada perdagangan serta pekerjaan mereka."
Imam Baqir as adalah sosok yang senantiasa memperjuangkan hak dan kebenaran serta tidak pernah diam menyaksikan ketidakadilan dan kezaliman. Dalam berbagai kesempatan, Imam Baqir as membongkar kejahatan pemerintah Bani Umayyah. Menurut beliau para pemimpin berperan aktif dalam kebahagiaan atau kesengsaraan umat. Jika seorang pemimpin adalah orang-orang saleh dan lurus, mereka akan mengarahkan masyarakat pada kebahagiaan dan kesejahteraan. Imam Baqir as bersabda, "Keagungan dan keselamatan agama umat Mukmin adalah ketika baitulmal berada di tangan orang yang menjaga hak-hak umat serta memanfaatkannya untuk hal yang semestinya. Sementara kerusakan agama dan umat Mukmin ketika sumber finansial dan ekonomi berada di tangan orang-orang yang tidak memperhatikan keadilan serta hak-hak masyarakat."
Meskipun usaha Imam Muhammad Al-Baqir as hanya tercurahkan di bidang-bidang ilmu pengetahuan dan penyebaran agama, akan tetapi para penguasa Bani Umayyah tidak bisa tenang melihat keberadaannya, khususnya setelah orang-orang mengetahui keutamaan, keluhuran, dan keluasan ilmu beliau. Kepribadian, akhlak, dan rasa kemanusiaannya menyinari mereka. Sebagaimana dari silsilah nasab beliau yang bersambung langsung ke Rasulullah saw, semua itu mengangkat kedudukannya di hati umat Islam menjadi begitu tinggi nan agung.
Begitu pula bagi Hisyam bin Abdul Malik. Dia senantiasa berpikir untuk membunuh Imam Al-Baqir as. Akhirnya, dia gunakan racun untuk membunuh beliau. Di tangannyalah Imam as syahid pada 7 Dzulhijjah 114 H. Imam Muhammad Al-Baqir as telah menjalani masa hidupnya selama 57 tahun untuk mengabdi sepenuhnya kepada Islam dan kaum muslimin serta menyebarkan ilmu pengetahuan dan ajaran Ahlulbait as. (IRIB Indonesia)
source : indonesian.irib.ir