Kerja memiliki nilai dan kedudukan mulia dalam Islam, di mana Rasulullah Saw bersabda, “Ibadah ada 70 bagian dan bagian yang paling utama adalah mencari rejeki yang halal.” Imam Jakfar Shadiq as juga berkata, “Barang siapa yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, maka ia sama seperti orang yang berjihad di jalan Allah.” Dalam perspektif Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya,pekerja dan buruh memiliki kedudukan yang tinggi dan mendapat perhatian. Di Republik Islam Iran, kaum buruh juga menikmati posisi istimewa dan Hari Buruh yang jatuh setiap tanggal 1 Mei diisi dengan berbagai kegiatan positif.
Salah satu kegiatan di Hari Buruh adalah mengadakan pertemuan dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei. Dalam pertemuan tahun ini, Rahbar mengawali pidatonya dengan memuji kaum buruh dan pekerjaan yang digeluti oleh mereka. Beliau memuji kekuatan, kewaspadaan, dan pengorbanan para pekerja dan buruh dalam menghadapi provokasi terus menerus dari internal dan asing selama tiga dekade terakhir.
Ayatullah Khamenei menuturkan, “Pekerja dan buruh telah memberikan ujian baik dengan menanggung semua kesulitan dan persoalan serta upaya konstan untuk kemajuan Iran, dan para pejabat harus mengapresiasi dan berterimakasih atas jerih payah mereka dengan berusaha untuk menyelesaikan persoalan para pekerja.”Rahbar mengatakan, pekerjaan sangat bernilai dan dengan begitu para pekerja juga memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat. Menurut Ayatullah Khamenei, riwayat yang berbicara tentang perilaku Nabi Saw yang mencium tangan kaum buruh adalah bukan sebuah basa basi, tapi itu adalah sebuah pembelajaran.
Di era modern, peran kaum buruh di Iran mendapat perhatian daridimensi lain. Dengan memperhatikan sanksi-sanksiilegal Barat terhadap Iran,Ayatullah Khamenei telah lama berbicara tentang ekonomi muqawama yang berpijak pada penguatan produksi dalam negeri.Berkenaan dengan hal itu, Rahbar menjelaskan, “Pilar utama ekonomi muqawama – sebagaimana telah kita jelaskan –adalah memperkuat sektor produksi nasional. Jika rencana ini terwujud dan ada upaya-upaya serius ke arah sana, maka masalah kerja akan terpecahkan secara bertahap, pekerjaan akan bernilai, tenaga kerja akan bernilai, dan lapangan kerja akan tersedia untuk semua lapisan, dan masalah pengangguran juga akan terselesaikan secara bertahap. Landasan kerja adalah masalah produksi.”
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menanggapi orang-orang yang percaya bahwa sektor produksi tidak akan tumbuh di bawah sanksi. Rahbar menegaskan target itu dapat dicapai melalui sebuah perencanaan yang matang dan upaya serius semua pihak. Untuk membuktikan hal ini, Rahbar menyinggung sejumlah prestasi besar Iran di berbagai sektor selama beberapa tahun terakhir meski negara sedang menghadapi sanksi dan tekanan. Menurutnya, sanksi-sanksi kejam ekonomi tentu saja berdampak pada munculnya persoalan, namun tidak akan mampu mencegah “upaya kolektif, terorganisir dan terencana" untuk mendongkrak produksi dalam negeri.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menyoroti kemajuan-kemajuan Iran di sektor industri militer, bioteknologi, pembangunan bendungan, nanoteknologi, kemandirian industri, teknologi nuklir dan sektor-sektor lainsebagai bukti kegagalan sanksi untuk mencegah perjuangan bangsa Iran. Ayatullah Khamenei menandaskan bahwa di sebagian sektor tersebut, tekanan sanksi sangat ketat dan kuat, namun tidak mampu menghambat upaya untuk memacu kemajuan Iran.
Berbicara tentang prestasi para ilmuwan Iran di bidang nanoteknologi, Ayatullah Khamenei menerangkan, “Di sebagian cabang ilmu baru seperti nanoteknologi–sebagai bagian dari teknologi mutakhir dunia –sama sekali tidak ada negara yang membantu kita untuk mengembangkan teknologi itu dan mereka tidak akan pernah membantu kita, tetapi kita berada di garis depan. Kaum muda kita, para peneliti, dan para ilmuwan Iran sedang bekerja keras di sektor tersebut dan mereka telah mencapai kemajuan-kemajuan yang signifikan.” Rahbar juga menganggap pembangunan bendungan di Iran sebagai contoh lain dari kemajuan negara yang menghadapi tekanan dan sanksi. Saat ini, Iran tercatat sebagai salah satu negara tedepan di sektor pembangunan bendungan.
Ayatullah Khamenei menyadari bahwa mendukung sektor produksi nasional juga membutuhkan serangkaian persiapan dan fasilitas penunjang. Salah satu unsur utama adalah keberadaan para buruh yang siap bekerja keras dan berkomitmen. Rahbar menganggap pekerjaan yang dilakukan oleh buruh seperti itu sebagai ibadah. Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei juga mengingatkan tentang kualitas produk dan berkata, “Allah Swt merahmati orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh baik itu di bidang industri, bidang pertanian, maupun di sektor-sektor lain. Ketika pekerjaan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh tekad, produk yang dihasilkan juga akan berkualitas dan meyakinkan. Ini adalah peran buruh dan ini juga tergolong ibadah.”
Rahbar juga menganggap penting kontribusi para investor di bidang produksi dalam negeri. Beliau berkisah, “Saya mengenal orang-orang yang mampu melakukan investasi di tempat-tempat yang menggiurkan dan sektor swasta, tapi mereka tidak berbuat demikian. Mereka menyatakan ingin mengabdi kepada negara. Mereka lebih memilih melakukan investasi di sektor produksi dengan keuntungan yang sedikit dan pendapatan yang kecil karena mereka memahami bahwa negara membutuhkan hal itu. Pekerjaan ini adalah ibadah.”
Para konsumen juga memainkan peran menentukan dalam menggairahkan sektor produksi dalam negeri. Ayatullah Khamenei senantiasa mengimbau masyarakat untuk membeli dan memakai produk-produk nasional. Beliau berkata, “Konsumen yang bijak dan konsumen yang arif juga dapat membantu sektor produksi dalam negeri… kemaslahatan negara terletak pada konsumsi produk-produk nasional dan membantu para buruh lokal.” Pemerintah sebagai konsumen barang-barangbesar dan teladan bagi orang lain, juga dapat memainkan peran efektif dalam menggairahkan sektor produksi dalam negeri setiap negara.
Dalam sebuah pesan yang ditujukan kepada para pejabat negara, Rahbarmenegaskan barang-barang yang menjadi kebutuhan pemerintah tidak boleh diimpor dari luar. Pemerintah dengan segala kebutuhannya merupakan konsumen terdepan… pemerintah harus membuat keputusan untuk tidak mengimpor barang-barang kebutuhan yang bisa diproduksi di Iran. Selain meminta pemerintah dan semua lembaga lain di Republik Islam Iran untuk mendorong pertumbuhan produksi, Ayatullah Khamenei juga mendesak mereka untuk memerangi mafia ekonomi. Beliau berkata, “Pekerjaan orang-orang yang berperang dengan penyelundupan produk-produk asing ke Iran bahkan tergolong ibadah, karena secara tidak langsung mereka mendukung sektor produksi nasional.”
Ayatullah Khamenei bahkan menganggap efektif biro-biro periklanan dan budaya dalam membantu sektor produksi nasional. Media dapat memberi pencerahan kepada masyarakat sehingga mereka terdorong untuk membeli produk-produk dalam negeri. Menurut Rahbar, semua pihak harus melaksanakan tanggung jawabnya untuk memperkuat produksi dalam negeri sebagai satu-satunya cara untuk memperbaiki kondisi ekonomi.
Pidato Rahbar pada peringatan Hari Buruh kembalimenunjukkan bahwa beliau meyakini kemajuan ekonomi dengan mengandalkan kapasitas-kapasitas dalam negeri dan beliau sama sekali tidak menaruh harapan pada hasil perundingan Iran dengan Kelompok 5+1 terkait masalah penghapusan sanksi. Ayatullah Khamenei percaya bahwa kemajuan pembicaraan itu juga bergantung pada kekuatan dalam negeri termasuk kekuatan ekonomi. Rahbar menerangkan, “Jika struktur kekuatan dalam negeri di semua bidang, khususnya ekonomi sudah benar-benar kokoh, semua masalah dapat dirundingkan dengan para pihak yang berbeda. Manusia harus berunding dalam posisi yang kuat, bukan dalam posisi terjepit.”
Ayatullah Khamenei optimis bahwa Republik Islam Iran dapat mencapai puncak kemajuan ekonomi dan menegaskan, “Semua perencanaan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan mengerahkan semua kekuatan serta meminta bantuan Tuhan, semua akan menjadi mungkin. Kita sudah membuktikan hal itu… bangsa Iran dan para pejabat negara telah melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar di sepanjang tahun pasca Revolusi Islam.” (IRIB Indonesia/RM)
source : irib.ir