Menurut Kantor Berita ABNA, Seminar Nasional "Hijab dan Kemuliaan Perempuan" yang diselenggarakan kerja sama 90 yayasan di buka kamis [15/1] di Auditorium Kantor Kementerian Dalam Negeri di Tehran, Republik Islam Iran.
Ayatullah Mauhudi Kermani, dalam sambutannya pada acara pembukaan seminar menyatakan terdapat beragam pendapat dan pandangan mengenai perempuan, yang bahkan satu sama lain saling menegasikan. Beliau berkata, "Dalam dunia pemikiran Barat, satu pertanyaan sampai sekarang belum bisa tertuntaskan dan masih juga mereka perdebatkan, apa hak perempuan dan laki-laki sama atau tidak? sementara pemikiran Barat pembahasan mengenai hak-hak perempuan yang telah diberikan Tuhan atas mereka justru sepi dan mereka abaikan. Karenanya, harus kita akui, sampai saat ini perempuan masih juga berada dalam keterzaliman Barat."
"Salah satu keterzaliman perempuan dalam dunia Barat adalah kemuliaan dan kehormatan mereka yang tidak mendapatkan penyikapan semestinya. Terutama dalam masalah kehormatan dan hijab." lanjutnya.
Ulama yang juga menjadi khatib Jum'at Tehran tersebut lebih lanjut mengatan, ‘Ketika dikatakan kepada Imam Husain As, untuk apa bangkit dan melakukan perlawanan, sebab apapun yang akan dilakukan, pasti akan mengalami kekalahan. Sama halnya yang disampaikan kepada Imam Khomaini saat memimpin revolusi Islam, yang beliau jawab, jangankan Syah, Amerikapun bisa diusir dari Iran. Karenanya, seberapapun pelik dan sulitnya mengatasi masalah hijab yang banyak diabaikan ini, kita tetap tidak boleh tinggal diam."
"Pandangan yang menyebutkan, kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa membuat masyarakat patuh akan aturan hijab, adalah pandangan yang berbahaya. Kita tetap harus optimis dan membangun harapan, bahwa ini bisa kita lakukan. Kita bisa belajar banyak dari Nabi Muhammad Saw yang seorang diri menghadapi kondisi sosial yang rusak, yang masalah bukan hanya pengabaian pada masalah hijab. Allah Swt menguatkan Nabi, bahwa tetaplah berbuat, karena sesungguhnya Allah Swt bersama dengan mereka yang gigih mengajak pada kebaikan." tambahnya.
Ayatullah Kermani kemudian mengingatkan bahwa masalah hijab bukan masalah pribadi, tetapi menyangkut masalah sosial. Beliau berkata, "Hijab bukan masalah individu, bukan privacy dan kepentingan pribadi, tapi menyangkut masalah sosial yang akan menjadi tanggungjawab bersama. Kalau maksiat yang dikerjakan diam-diam dan secara sembunyi-sembunyi oleh seseorang atau sekelompok orang, masyarakat tidak akan dimintai pertanggungjawaban dan tidak memiliki kewajiban untuk mencari tahu dan mencegahnya, namun masalah hijab yang diabaikan, muslimah yang sengaja tidak mengenakan jilbab ditempat umum, ini adalah maksiat yang dikerjakan secara terang-terangan, ini adalah tindakan yang mencemarkan wajah Islam, yang semua lapisan masyarakat akan dimintai pertanggungjawaban jika mendiamkannya, dan masing-masing punya kewajiban untuk mencegahnya."
"Nabi Muhammad Saw sendiri mengingatkan, pembiaran perempuan dan generasi muda untuk melakukan maksiat dan dosa dan tidak melakukan langkah apapun untuk mencegahnya akan menjadi masalah besar dikemudian hari, yang justru akan lebih berat untuk diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu, perintah amar ma'ruf dan nahi mungkar menjadi penting kedudukannya." tambahnya.
"Kita harus bersyukur, dengan kemenangan revolusi Islam, kebiasaan dan adat masyarakat kita telah banyak mengalami perubahan terutama dengan semakin diperhatikannya aturan-aturan Islami. Namun kalau kondisi ini tidak dijaga, maka sangat besar kemungkinannya, masyarakat akan kembali pada kebiasaan jahiliyah, yang mengabaikan hijab dan aturan Islam." ungkapnya lebih lanjut.
Ayatullah Kermani juga mengingatkan pandangan-pandangan salah yang berkembang di masyarakat, terutama propaganda-propaganda yang sesat dari pemikitan Barat. Beliau berkata, "Sebagian orang berkata, salah satu cara untuk mengatasi masalah sosial, adalah dengan membiarkan anak muda melakukan apa saja yang dikehendakinya dengan sebebas-bebasnya yang kemudian, suatu waktu akan bosan dengan sendirinya, sehingga tidak akan lagi mengulangi perbuatan maksiat dan kesia-siaan. Ini adalah pandangan yang salah, sebab akibat dari ajakan ini adalah kerusakan yang justru sulit untuk dibenahi."
"Lihat saja buktinya, pergaulan bebas yang diterapkan dunia Barat. Dengan adanya pembebasan untuk melakukan pergaulan seks dengan sebebas-bebasnya justru membuat lembaga pernikahan menjadi kurang berarti dan tidak lagi menarik bagi anak-anak muda. Tidak sedikit rumah tangga justru hancur berantakan dengan diperlakukannya prinsip ini." ujarnya.
Ayatullah Kermani menambahkan, "Dunia kampus dan persekolahan harus benar-benar dicegah dari arus pemikiran seperti itu. Suasana yang diciptakan dalam dunia kampus harus benar-benar bersifat akademik dan mendidik. Peserta didik harus dikuatkan keimanannya dalam masalah agama, khususnya dalam masalah hijab dan pergaulan sosial. Konsenstrasi mereka harus difokuskan pada pengembangan diri, bukan malah terjebak dalam pergaulan yang rusak, dan melakukan hal-hal yang sia-sia dan dapat merusak masa depan mereka."
Pada bagian lain sambutannya, Ayatullah Kermani memberikan usulan atas solusi mengatasi persoalan hijab di masyarakat. Beliau berkata, "Salah satu solusi yang bisa dijalankan dan dikembangkan, adalah penyampaian kepada masyarakat akan kemuliaan perempuan dalam pandangan Islam. Kemuliaan perempuan itu terjaga melalui hijab dan jilbab yang dikenakannya, dan kemuliaan itu akan ternodai dengan pengabaian pada keduanya."
"Musuh-musuh Islam tidak akan pernah diam untuk mengupayakan kehancuran umat Islam. Salah satu langkah mereka, adalah menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang akan membuat mereka jaya. Diantaranya dengan menyebarkan stigma-stigma negatif mengenai jilbab yang dikenakan kaum muslimah. Ini adalah perang budaya, yang harus kita hadapi dengan sungguh-sungguh." tambahnya.
"Muballigh-muballigh Islam harus dibekali ilmu yang mendalam mengenai hal ini, yang dengan itu akan mereka sampaikan kepada masyarakat akan pentingnya hijab dan penghormatan terhadap kemuliaan perempuan. Hal ini harus terus disampaikan di masjid-masjid, kantor-kantor dan yayasan-yayasan. Agar masalah hijab bukan hanya dipandang sebagai masalah pribadi dan menjadi kewajiban bagi kaum perempuan saja, tapi menjadi masalah kita bersama."
Seminar Nasional "Hijab dan Kemuliaan Perempuan" yang diselenggarakan atas kerjasama 90 yayasan ini akan berlangsung selama dua hari.
source : www.abna.ir