Indonesian
Wednesday 13th of November 2024
0
نفر 0

Ferdowsi, Pelita Yang Tak Pernah Redup

Kisah Rostam dan Esfandiyar mementaskan tiga karakter dan pemikiran manusia. Pertama, kelompok berjiwa lugu dan fanatik yang diwakili Esfandiyar. Kedua, kelompok yang congkak dan pencinta dunia, yang terjelma dalam diri Goshtasb. Ketiga, kelompok berjiwa bebas dan besar dengan Rostam sebagai contohnya. Pada pertemuan yang lalu kita sudah
Ferdowsi, Pelita Yang Tak Pernah Redup


Kisah Rostam dan Esfandiyar mementaskan tiga karakter dan pemikiran manusia. Pertama, kelompok berjiwa lugu dan fanatik yang diwakili Esfandiyar. Kedua, kelompok yang congkak dan pencinta dunia, yang terjelma dalam diri Goshtasb. Ketiga, kelompok berjiwa bebas dan besar dengan Rostam sebagai contohnya. Pada pertemuan yang lalu kita sudah membicarakan kepribadian Rostam dalam duelnya dengan Esfandiyar. Rostam mewakili para ksatria legendaris. Dalam pandangannya, ketertawanan berarti penafian jiwa kepahlawanan dan penistaan atas semua yang selama ini dibela dan diperjuangkan sepenuh jiwa, baik oleh dirinya maupun oleh ayah dan para leluhurnya. Setelah raja, Rostam adalah tokoh paling besar dan paling berkuasa di Iran. Jika ada Rostam, tak ada yang berani berbicara lebih tinggi darinya, bahkan raja sekalipun. Dalam setiap peperangan, dialah yang menjadi panglima tertinggi. Di masa Kai Khusraw, ada pemisah antara wilayah pengaruh raja dan wilayah ksatria. Di zaman Lahrasb, kakek Esfandiyar, terjadi pemudaran batas itu yang semakin memuncak di masa Esfandiyar.


 
 
 
 
Ferdowsi mengisahkan bahwa Esfandiyar bukan hanya seorang pangeran. Dia juga ksatria besar yang disegani oleh dunia. Esfandiyar adalah sosok pangeran yang berbudi baik. Dia tidak terkotori oleh keburukan. Sama dengan kebanyakan tokoh Shahnameh, Esfandiyar berumur pendek. Menurut Ferdowsi, semua kebaikan ada pada diri Esfandiyar kecuali satu hal, yaitu ketidaktahuan akan jalan hidup yang benar. Kekurangan inilah yang menghancurkan hidupnya. Dari sisi ketampanan dan keluhuran diri dia bagaikan Siyavash. Bedanya, Siyavash mengorbankan diri untuk membangun dunia yang lebih makmur, sementara Esfandiyar justeru terjebak kesulitan karena ketidaktahuannya.
 
 
 
Dr Eslami Nadushan dalam analisanya terkait kisah Rostam dan Esfandiyar dalam Shahnameh meyakini bahwa Esfandiyar adalah contoh terbaik untuk orang yang memiliki segala peluang dan kelebihan dalam kehidupan, tapi keberadaannya justeru dimanfaatkan oleh orang lain seperti Goshtasb karena berjalan melawan arus tabiat kemanusiaan. Sementara, dia sendiri harus menjadi pecundang dan korban pertama.
 
 
 
Di Iran hanya ada satu orang yang memiliki kekebalan tubuh, yaitu Esfandiyar. Kekebalan berarti keterjagaan diri dari bahaya dan pukulan. Sejak dahulu, orang berkhayal memiliki kekebalan seperti itu. Keinginan tersebut berasal dari angan-angan manusia untuk bebas dari kematian dan hidup selamanya. Sejak pertama kali diciptakan manusia memiliki kecenderungan untuk bisa hidup lebih lama di dunia, bahkan jika memungkinkan ia ingin hidup selamanya. Masalah ini sedemikian penting sehingga dibahas secara rinci dalam kisah kepahlawanan tertua yang pernah dikenal manusia, yaitu Gilgamesh.
 
 
 
Orang yang memiliki kekebalan lebih unggul dibanding yang lain karena tak ada senjata yang bisa melukainya. Dalam kamus legenda dunia, hanya ada beberapa orang yang memiliki keistimewaan ini. Tokoh tertua adalah Akhileus, ksatria asal negeri Yunani.  Kekebalan itu didapatkan karena ia dihanyutkan oleh ibunya di sungai suci. Titik kelemahannya ada pada tumit kakinya. Tokoh berikut adalah Siegfried, ksatria legendaris Jerman yang namanya masuk dalam kisah legenda Nibelungen. Dia berhasil membunuh monster raksasa lalu memoleskan darah monster ke tubuhnya. Berkat itu, kulitnya menjadi sangat keras sehingga tak ada senjata apapun yang bisa menembusnya. Diapun memiliki kelemahan. Titik kelemahan Siegfried ada di antara dua pundaknya. Esfandiyar juga kebal. Kekebalan dia dapatkan karena dimandikan di air suci. Titik kelemahan Esfandiyar ada pada kedua matanya yang tertutup saat dibenamkan di air suci.
 
 
 
Goshtasb adalah sosok manusia yang angkuh, ambisius dan cinta dunia. Dialah raja Iran paling buruk dalam Shahnameh. Dia memang berhasil berkuasa untuk masa yang cukup lama, tapi dibenci oleh rakyat dan orang-orang sekitarnya. Dalam kisah legenda dan sejarah, ada banyak raja yang berkuasa dengan membunuh ayah, anak atau saudaranya. Tapi tak ada yang namanya seburuk Goshtasb. Penyebabnya adalah karena Goshtasb menghancurkan putranya lewat konspirasi dan tipu muslihat yang sangat licik. Padahal, Esfandiyar adalah anak yang tak bersalah. Dia telah banyak berjasa dalam membela negeri Iran dari segala ancaman yang datang. Hanya saja, Goshtasb terlalu larut dalam cinta dunia dan kekuasaan. Dulu dia merebut kekuasaan dari ayahnya, Lahrasb, sebelum masanya tiba. Lahrasb terpaksa menyerahkan kekuasaan kepada Goshtasb dan menjalani 30 tahun akhir usianya dengan beribadah.
 
 
 
Selain cinta dunia dan pelanggar janji, Goshtasb juga punya banyak kekurangan dan cela pada dirinya. Dia adalah sosok manusia yang tak bertanggung jawab, tak menghargai hak, rakus, dan kejam. Semua sifat buruk itu dinisbatkan oleh Ferdowsi dalam Shahnameh kepada Goshtasb. Dia pernah meninggalkan kerajaan dan pergi ke Zabolestan tanpa menunjuk orang untuk mengendalikan pemerintahan. Di Zabolestan dia menetap selama dua tahun sebagai tamu Rostam. Di saat itulah pasukan Turan menyerang Iran, membunuh ayah Goshtasb, menawan putri-putri raja dan menjarah negeri.
 
 
 
Goshtasb tak tahu berterima kasih. Meski sudah dijamu selama dua tahun oleh Rostam dan keluarganya, dia mengutus anaknya untuk menangkap dan menawan Rostam. Goshtasb sangat mencintai kekayaan. Sifat buruk itu sudah dikenal dengan baik oleh Esfandiyar dan tentara Iran. Dia mengincar kekayaan Rostam. Goshtasb menuduh bahwa Rostam sudah membangkang raja karena memiliki kekayaan yang berlimpah.

 
 
Goshtasb adalah sosok manusia yang kejam. Kematian anak-anak dan saudaranya yang bernama Zarir tetap tak menyurutkan ambisinya untuk meraih kekuasaan. Tak ada yang bisa dibanggakan dari kinerja Goshtasb selama duduk di singgasana. Dalam dua serangan pasukan Arjasb dari suku Turan, Goshtasb selamat dari kematian pasti berkat kepahlawanan Esfandiyar, putranya. Namun demikian, dia menganggap Esfandiyar sebagai pesaing kekuasaan dan bukan anaknya. Esfandiyar memang dipandang sebagai pemimpin sejati. Tentara ada di bawah komandonya. Selain itu, kunci kekayaan negara juga berada di tangannya. Pengaruh Esfandiyar semakin besar setelah dia berhasil membebaskan saudara-saudara perempuannya yang ditawan pasukan Turan. Shahnameh Ferdowsi dan berbagai sumber kisah legenda Iran menceritakan bahwa Goshtasb bukanlah raja yang disenangi oleh rakyatnya. Sebaliknya, Esfandiyar memiliki pengaruh yang besar di tengah rakyat Iran.
 
 
 
Ketika keranda Esfandiyar dibawa ke ibukota, terjadi keributan yang hampir saja menyulut huruhara di seluruh negeri. Para pembesar istana menyebut Goshtasb sebagai penyebab kematian Esfandiyar. Pashutan, anak Goshtasb membawa keranda itu. Ketika bertemu ayahnya, Pashutan memalingkan wajah sambil berkata, “Kau telah mengorbankan anakmu demi kekuasaan.” Putri-putri Goshtasb mengucapkan kata-kata yang lebih pedas. “Dia tidak dibunuh oleh Simorgh, tidak pula oleh Zal ataupun Rostam, tapi dia terbunuh karena dosamu. Kau telah membunuh anak sendiri demi kekuasaan. Perbuatanmu tidak pernah dilakukan oleh raja manapun sebelummu.” Dosa Goshtasb telah menutupi dosa Rostam. Tak ada yang menyimpan dendam terhadap Rostam. Menurut mereka, Rostam hanyalah korban dari kerakusan dan ambisi Goshtasb.(IRIB Indonesia)


source : irib.ir
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Dialog Muslim-Atheis ihwal Keberadaan Tuhan [1]
Ayatullah Sistani Ucapkan Bela Sungkawa kepada Keluarga Korban Pemboman Masjid di Kuwait
Apakah hakikat ruh berdasarkan hadis-hadis Islam dan mengapa hal ini tidak diutarakan ...
Urgensi dan Kiat Muraqabah dalam Tasawuf
Hukum Istimna
Kisah Penjahit yang Tak Terkalahkan
Ibadah karena terbiasa, atau karena Tuhan?
Salat dengan Tangan Terbuka atau Tertutup
Al-Masih, Hamba dan Pembawa Pesan Tauhid
Perimbangan Kekuatan di Suriah Berpihak pada Damaskus

 
user comment