Menurut Kantor Berita ABNA, jika bagi mayoritas umat Islam, Muharram sebagai petanda bergantinya tahun hijriyah sehingga sudah semestinya disambut dengan luapan suka cita, umat Islam Syiah justru menganggap sebagai masuknya bulan duka cita. Muharram adalah bulan duka bagi umat Islam Syiah diseluruh dunia, sebab pada tanggal 10 dibulan tersebut, Imam ketiga umat Syiah, Imam Husain As bersama dengan keluarga dan sejumlah sahabatnya terbantai dengan tragis di padang Karbala pada tahun 61 H.
Menandai masuknya bulan duka tersebut, umat Islam Syiah mentradisikan mengenakan pakaian serba hitam serta menghiasi rumah dan masjid-masjid dengan bentangan kain hitam, sebagai perwujudan rasa duka mereka yang mendalam atas peristiwa pembantaian keluarga Nabi Muhammad Saw tersebut. Termasuk mengibarkan bendera hitam bertuliskan al Husain di jalan-jalan protokol disetiap kota.
Selain itu selama sepuluh malam berturut-turut dari 1 – 10 Muharram para pecinta al Husain mengadakan majelis duka Husaini. Dalam majelis tersebut diceritakan mengenai pengorbanan Imam Husain As dan kronologis kesyahidannya.
Diantara tradisi muslim Syiah Iran adalah juga mengenang kesyahidan putra bungsu Imam Husain As, Ali Asghar bin al Husain As yang turut syahid di padang Karbala yang masih dalam usia 6 bulan saat itu. Hari Jum’at pertama bulan Muharram, bagi warga Iran dijadikan sebagai hari khusus untuk mengenang kesyahidan Ali Asghar. Ribuan ibu-ibu dengan menggendong anak-anaknya yang masih bayi memadati masjid-masjid, husainiyah atau tanah lapang tempat penyelenggaraan majelis duka Husaini. Tradisi tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada generasi mereka mengenai perjuangan dan pengorbanan Imam Husain As beserta keluarganya sejak usia dini.
Berikut foto suasana peringatan kesyahidan Ali Asghar bin Al Husain di Mushallah Imam Khomeini di kota Tehran Republik Islam Iran yang dihadiri ribuan kaum perempuan bersama dengan bayi-bayi mereka pada Jum’at [17/10] yang dimulai dari pukul 09.00 waktu setempat.