Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Bima Arya: Kebijakan, Intelektualitas dan Syiah

Oleh: Muhammad Ma’ruf Saya mulai pendahuluan tulisan ini dengan kutipan di sosmed yang bisa mewakili ketidak setujuan SK Bima Arya dengan pertanyaan,.. mengapa?
Bima Arya: Kebijakan, Intelektualitas dan Syiah


Oleh: Muhammad Ma’ruf
 
 
 
Saya mulai pendahuluan tulisan ini dengan kutipan di sosmed yang bisa mewakili ketidak setujuan SK  Bima Arya dengan pertanyaan,.. mengapa?
 
 
 
“Warga NU setiap tahun memperingati haul pendiri dan tokoh-tokoh besarnya, komunitas pembela HAM tiap tahun memperingati haul Munir dan Baharuddin Lopa,  umat Kristiani tiap tahun memperingati haulnya Isa al Masih, ikhwan HT tiap tahun memperingati haul runtuhnya khilafah Turki-Utsmani... semuanya aman-aman saja... tidak ada yg protes... mengapa ketika komunitas Syiah memperingati haul cucu Nabi Saw dan salah satu dari imamnya, malah banyak yang reaktif?”


 
 
Bima Arya, walikota Bogor ini mengeluarkan Surat Edaran Nomor 300/1321-Kesbangpol yang berisi larangan terhadap “Peringatan Asyura di Kota Bogor”, Kamis 22 Oktober 2015 malam. Adapun alasan Bima Arya mengeluarkan Surat Edaran tersebut adalah untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta mencegah konflik sosial. Pertanyaanya sejak kapan peringatan Asyura menganggu ketertiban? Sejak kapan Asyura di Indonesia menimbulkan konflik. Banyak tokoh nasional mencurigai adanya kesalahan kebijakan Bima kontras dengan kapabilitas intelektual yang dikenal banyak pihak ketika masih menjadi pengamat, sederet karir menghiasi hidupnya.
 
 
 
Bagaimana tidak, Dr. Bima Arya Sugiarto adalah seorang politisi Indonesia. Bima adalah wali kota Bogor periode 2014-2019. Bima lahir di Bogor pada 17 Desember 1972. Bima merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Bima Arya 1996: sarjana Hubungan Internasional FISIP Unpar, 1998: Master of Arts, Studi Pembangunan, Monash University Melbourne Australia. 2006: Doktor Ilmu Politik, Australian National University Canberra Australia. Kemudian dikenal publik sebagai seorang pengamat politik muda yang cukup handal, lalu masuk partai politik (PAN) dan melenggang mulus menjadi Walikota Bogor ke-16 periode 2014-2019.
 
 
 
Berikut kritikan para tokoh nasional terhadap sikap politik dan kebijakan   Bima Arya
 
 
 
Guntur Romli (aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL))
 
 
 
”Biasanya kepala-kepala daerah yang minus prestasi dan gagal, akan pakai isu SARA untuk cari dukungan,” tegas Romli melalui akun twitternya (25/10).
 
 
 
“Kepala-kepala daerah yang beprestasi gak akan takut isu SARA, misal: Ahok, Risma, Kholiq (Wonosobo) prestasi Bima apa? Ngatur angkot aja gagal,’ papar Romli.
 
 
 
Zuhairi Misrawi (Intelektual Muda Nahdatul Ulama)
 
 
 
“Saya tidak habis pikir, sahabat saya Bima Arya, Walikota Bogor menjadi pemimpin yang anti-pluralisme dengan menolak perayaan Syiah,” terang Zuhairi melalui akun twitternya (24/10).
 
 
 
“Kota Bogor melarang perayaan Syiah, apa Bogor sudah menjadi bagian dari Arab Saudi?” Sindir Zuhairi.
 
 
 
Zuhairi menambahkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Bima Arya tidak menjadikan UUD sebagai pijakan. “Catatan saya, Walikota Bogor Bima Arya merujuk pada fatwa MUI bukan UUD 1945 dalam melarang perayaan Syiah,” tegas Zuhairi.
 
 
 
Ahmad Sahal (intelektual muda muslim NU, Akhmad Sahal) Wakil Ketua PCI NU Amerika
 
 
 
Gus Sahal ini menyebut surat yang ditandatangani oleh Walikota Bogor Bima Arya tentang pelarangan peringatan Asyura bagi warga Bogor sebagai ngawur, picik dan memalukan.
 
 
 
Slamet Effendi Yusuf (Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI)
 
 
 
“Orang bisa saja tidak setuju terhadap syiah, namun melarang kegiatan agama seperti Asyura oleh institusi negara adalah berlebihan,” kata Slamet Effendy Yusuf saat dihubungi Tempo, Sabtu, 24 Oktober 2015.
 
 
 
“Kalau anggota masyarakat biasa tidak setuju dengan diadakannya kegiatan Asyura itu adalah hal biasa. Namun, jika walikota harus ikut campur, maka ini adalah hal yang berlebihan, sebab walikota juga merupakan bagian elemen terkecil dari negara,” kata Slamet Effendi Yusuf.
 
 
 
Deny JA (Denny JA, aktivis Indonesi Tanpa Diskriminasi)
 
 
 
“Jika ini Syiah yang menjadi korban, esok lusa agama atau keyakinan minoritas lain bisa menjadi korban berikutnya. Inikah Indonesia yang kita cita citakan?
 
 
 
Saya menyerukan semua yang peduli jangan berdiam diri dengan tindakan seperi walikota Bima Arya ini. Sebuah negara bisa menjadi buruk bukan saja karena banyaknya kepala daerah yang buruk, tapi karena orang yang membela keberagaman juga tidak cukup bereaksi.” Kita memimpikan Indonesia menjadi rumah Pancasila dimana setiap pengaut agama dan
 
 
 
AS Hikam
 
 
 
“Melarang perayaan keagamaan ummat Islam umumnya dan yang berfaham Syiah khususnya di Republik Indonesia adalah tindakan inkonstitusional,” tegas Hikam melalui akun facebooknya (25/10).
 
 
 
“Pihak Pemkot dan Bima Arya sedang menjalankan sebuah kebijakan yang bisa memberantakkan sendi-sendi kebangsaan dan kenegaraan. Jika ini dibiarkan, bukan tidak mungkin mereka akan obral melarang kegiatan keagamaan lain yg mereka tak setuju,” tegas Hikam.
 
 
 
Lantas Hikam menilai kebijakan yang dilakukan Bima Arya dilatarbelakangi kepentingan politik.”Lalu apa motif dari kebijakan tak nalar dan norak dari Bima Arya yang notabene seorang yang berlatar belakang akademisi itu? Saya cenderung menganggap alasannya politis dalam rangka mencari dukungan dari pihak-pihak yang seringkali menggunakan retorika kebencian terhadap sesama ummat Islam khususnya penganut Syiah,” beber Hikam.
 
 
 
Muhammad Monib (Aktifis Nurcholis Madjid Society)
 
 
 
“Mas Bima, ayolah kembali ke komitmen kebangsaan dan prasangka baik kami berdua saat ngorbitkan Anda. Jadilah tokoh pecinta kebhinekaan dan keindonesiaan. Belum telat untuk jadi transformatif dan inspiring leader. Salam persahabatan.” (Mohammad Monib).
 
 
 
Jefri Nofendi/Jefri Leeboy (Aktif  Aswaja bidang IT)
 
 
 
“Memperingati hari Asyura tak hanya dilakukan kaum Syiah. Di beberapa daerah yang merupakan Sunni juga merayakan peringatan hari Asyura seperti di Padang dengan tradisi tabuiknya, bahkan di Jawa, Aceh, Kalimantan dan di berbagai negeri penganut Sunni pun ada. Jika Anda menganggap orang yang merayakan hari Asyura sudah dipastikan adalah penganut Syiah, berarti Anda secara tidak langsung menuduh orang Minang di Sumatera Barat, Aceh, Jawa dan beberapa daerah lainnya yang notabenenya adalah Sunni bermadzhab Syafi'i adalah penganut Syiah.”
 
 
 
Abdillah Toha (salah satu pendiri PAN)
 
 
 
“Seharusnya anda berpegang pada konstitusi bukan fatwa atau opini ulama sebagai dasar SK dan Kebijakan, menjaga kerukunan bukan menyudutkan yang kecil tapi mendidik yang mayoritas.”
 
 
 
Dari beragam komentar tokoh diatas, dapat diambil kesimpulan keputusan Bima Arya salah. Selanjutnya berikut refleksi penulis.
 
 
 
Bima Arya dan Asyura

 
 
Serentak di seluruh, peringatan Asyura atas syahidnya cucu Nabi diselenggarakan di seluruh dunia dari tahun ke tahun di antaranya; di Inggris, Australia, Pakistan, Lebanon, Arab Saudi, Kuwait, Iran, Irak, Bahrain, Nigeria, Amerika, termasuk di Indonesia. Peringatan ini telah berumur ribuan tahun dengan beragam aneka rupa bentuk ritual.
 
 
 
Bagi kaum Syiah, peringatan Asyura adalah ziarah historik, dengan terang benderangnya detil peristiwa (hari, tanggal, tahun, aktor dan peristiwa) tergambar dalam pembacaan maqtal (cerita runtut) sehingga menguatkan memori pengikutnya untuk tidak  salah dalam memahami siapa tokoh jahat, siapa tokoh buruk, mana ajaran valid dan non valid.
 
 
 
Asyura juga berdimensi illahiyah karena di dalamnya terdapat amalan doa ziarah yang dianjurkan sendiri oleh Rasulullah Saw untuk menangisi tragedi ini, dengan begitu kedekatan pada ruh Imam Husein, adalah kedekatan ruh Rasulullah sang insan kamil, hingga mengkristal pada kedekatan eksistensial kaum Syiah dengan Tuhanya. Karena dekatnya ruh  kaum Syiah dengan Tuhanya, maka tokoh-tokoh jahat dan buruk dalam peristiwa Karbala secara otomatis terpantul dengan jelas dalam melihat siapa Yazid anak Muawiyah zaman modern, siapa pengikut Ahlul Bait zaman modern?
 
 
 
Cara orang Syiah memahami dan menghayati Tuhanya pada zaman modern sekarang adalah sama persis dengan cara Imam Husein memahami dan menghayati ujian Tuhanya pada saat tragedi karbala terjadi. Begitulah kaum Syiah memahami dinamika zamanya. Mereka hidup dalam setiap zaman dalam garis wilayah spiritualitas tanpa putus dengan detil dinamika maslahat sosial politik dan kebenaran yang dipandu garis wilayah.
 
 
 
Imam Husein adalah cucunya Rasulullah, sang nabi pamungkas umat Muslim di seluruh dunia. Imam Husein adalah bagian dari cerita epos tanpa putus sejak Rasulullah, barangsiapa memahami keterputusan sejarah ini, maka dampaknya adalah keterputusan pemahaman dan spiritualitas Islam Muhammadi (original dan utuh), yang tentu saja akan berakibat jauhnya intensitas gradasi hidayah dari Tuhan.
 
 
 
Yazidi zaman modern
 
 
 
Yazidi zaman dulu (kaum pengikut Yazid) adalah kaum pengikut yang bisa kita kategorikan beberapa kelompok;
 
1. Yazidi pemuja kenikmatan dunia, kekuasaan dan uang
 
2. Yazidi penakut, pengikut Yazid yang takut pada kekejaman dan penindasan militer
 
3. Yazidi plin plan, kaum Yazidi yang gampang berubah pendirian
 
4. Yazidi pencampur aduk haq  dan  batil, penyebar hadis palsu
 
5. Yazidi polos dan bodoh (kaum khawarij yang dapat dibujuk kaum Muawiyah)
 
 
 
Adakah kaum Yazidi sekarang?
 
 
 
Sejarah selalu berulang, momentum peringatan Asyura di Indonesia 2015 di warnai keputusan Bima Arya untuk menerbitkan SK pelarangan peringatan Asyura di Bogor. Seberapa jauh dampak keputusan ini bagi karir Arya Bima dan dampak sejarah Syiah di Indonesia? Seberapa cerdas Arya Bima memanfaatkan peringatan Asyura sebagai kendaraan karir politiknya?.
 
 
 
Banyak pihak menyesalkan keputusan ini, anak muda dengan perawakan kecil yang diharapkan sesama aktifis muslim sebagai penerus garis perjuangan Cak Nur (Paramadina) untuk komit pada kebangsaan dan kebinekaan sekarang masuk dalam jebakan setan. Bima Arya risau dan gelisah dengan karirnya (dunia), kejadian ini sama persis dengan Umar bin Sa’ad yang risau dan tergiur jebakan Ibnu Ziyad yang menjanjikan kursi gubernur Rei dengan syarat membunuh Imam Husein.
 
 
 
Umar bin Sa’ad bimbang. Anaknya menceritakan bahwa Umar berkata, “Apakah aku akan pergi ke Karbala dan membunuh Husein? Jika aku melakukan itu, maka aku akan mendapatkan kekuasaan dan harta, serta dunia akan bergegas kepadaku. Akan tetapi di akhirat aku akan mendapat neraka Jahannam dan siksa Allah. Adapun jika aku tidak pergi ke Karbala, maka bagiku akhirat, kemuliaan surga, keridhaan Allah, namun aku tidak mendapatkan dunia.”
 
 
 
Umar bin Sa’ad adalah pengagum cucunda Nabi, Husein dengan segala kemuliaan akhlaqnya (antara Umar bin Sa’ad dengan Imam Husein masih terdapat hubungan kekerabatan, mengingat ayah Umar bin Sa’ad [Sa’ad bin Waqqash] adalah cucu Abdul Manaf-kakek ketiga Rasulullah Saw), tapi pada saat yang sama nafsu tarikan janji kekuasaan setan lebih mendominasinya, sehingga setelah terlibat pembantaian 72 keluarga nabi, Umar bin Sa’ad menyesal karena janji Ibnu Ziyad dan Yazid untuk menjadi gubernur Rey hanya tipu muslihat.
 
 
 
Ibnu Ziad berkata, “Seharusnya engkau tidak melakukan pertemuan dengan Husein. Berikan kepadaku surat perjanjian mengenai kekuasaan Rey.” Ibnu Ziyad mengambilnya dan merobek-robek serta membuangnya. Umar berkata, “Wahai Ibnu Ziyad, engkau telah menghancurkanku.” Setelah kejadian ini, Umar selalu membacakan ayat: “Rugilah ia di dunia dan di akhirat, yang demikian itu adalah kerugian yang nyata” (QS. Al-Hajj : 11).
 
 
 
Umar bin Sa’ad mulai menjadi gila. Istri dan anak-anaknya jengkel. Mereka berkata, “Engkau menyebabkan kesengsaraan kami. Karena perbuatan kejimu, kami tidak bisa pergi ke luar rumah.” Setiap Umar melewati jalan-jalan kota, anak-anak melemparinya dengan batu dan mendapat hinaan dari orang-orang di sana.
 
Kita tidak tahu apa yang ada dalam benak Arya Bima, kekuasaan.. kah?... dan seberapa banyak uang yang sedang di janjikan, yang jelas insting spiritual dan hati Nurani Zuhairi Misrowi (akifis NU) sahabatanya mengatakan, “tidak akan berkah hidupnya orang yang menghalangi peringatan syahidnya cucunda nabi”.
 
 
 
Umar bin Sa’ad telah mengambil keputusan membunuh Imam Husein, begitu juga Arya Bima telah menerima bujuk rayu kaum Takfiri (gemar mengkafirkan) dan Khawarij modern  dengan menerbitkan SK melarang peringatan syahidnya cucunda Nabi (Asyura) di Bogor. Umar bin Sa’ad dan Bima Arya sama-sama tergiur dengan dunia, keduanya sama-sama terlibat (beda konteks zaman) dalam perisitiwa Asyura dan kelak di akherat keduanya dihadapkan pada mahkamah illahi.
 
 
 
Belajarlah dari sejarah,... kisah terus berulang dan kejadian sesuai ikhtiar aktor-aktornya, coba lihat.. Surya Darma Ali  mantan Menteri Agama, sekarang dalam keadaan menyesal karena harga dirinya jatuh karena tersangkut kasus KPK, salah satu penyebabnya adalah tidak kuat menghadapai jebakan setan.
 
 
 
Surya Darma Ali juga telah menginvestasikan hidupnya, terlibat menggunakan jabatan kekuasaanya mengusir para pengikut Rasulullah dari jalur Ahlul Bait dalam peristiwa sampang.  Langsung maupun tidak langsung, hukum sebab akibat akan berlaku bagi si jahat di dunia dan neraka adalah hukuman pantas dari Tuhan. Inilah efek hidup tidak berkah, seperti kata Zuhairi Misrowi.
 
 
 
Bima Arya, Suryadarma Ali, adalah contoh pejabat muslim modern yang terlibat menyalahgunakan kekuasaanya, bermain-main dengan epos pembantaian keluarga nabi atas nama “modus operandi” menjaga ketertiban yang absurd.
 
Dua hari setelah diterbitkan SK  Bima Arya, sabtu, 24/10 dengan mobil Innova plat B 17 AMJ, setelah peringatan Asyura di BSD selesai dan para pecinta Imam Husein as sudah menuju kendaraan masing untuk kembali pulang, Insiden  ringan terjadi.
 
 
 
Seorang peserta Asyura melaporkan;
 
 
 
“Seorang lelaki tua berjenggot, menamakan dirinya Jihad seorang membunyi-bunyikan klakson terus-menerus dan melempari kendaraan yang masih terparkir di halaman parkir. Syahdan, mobil putih ini lalu diburu aparat keamanan yang memang berjumlah banyak. Mobil ini diberhentikan polisi, akhirnya. Lalu, dari dalam mobil ternyata tampak makhluk yang sangat terkenal karena kegigihannya mengobarkan api kebencian dan perlawanannya terhadap pengikut mazhab syiah. Siapa dia?
 
 
 
Maaf pak, kata polisi, bapak silahkan keluar dari kendaraan bapak karena bapak sudah mengganggu ketertiban dengan melempari mobil-mobil di parkiran tadi. Anda Syiah ya!,... bukan pak saya polisi yang ditugasi untuk menjaga keamanan acara ini. Si pemilik mobil putih Innova plat B 17 AMJ adalah Abu Jibril. Pengikut Khawarij ini kecewa tidak bisa berjihad dengan menyakiti para pecinta cucunda nabi Muhammad Saw.
 
 
 
Lalu apa hubunganya SK Bima dengan Abu Jibril?...bukankah Arya Bima sosok santun, cerdas mengamati politik, pengikut Cak Nur, harapan partai Matahari, jelmaan pejuang Ahmad Dahlan sedang Abu Jibril akhlaqnya berlawanan dengan Arya Bima. Mengapa keduanya bisa bertemu dalam satu titik kepentingan, kepentingan siapa dan apa? Pembaca bisa menilainya sendiri. Arya Bima Umar bin Sa’ad, Surya Darma Ali dan Abu Jibril telah membuat sejarah,  ketiganya telah memutuskan bermusuhan dengan cucunda nabi, Imam Husein dan pecintanya. Kita lihat bencana yang akan terjadi pada mereka.
 
 
 
Penutup
 
 
 
Karena Imam Husein milik umat Islam Syiah dan Sunni, sekaligus tokoh universal setiap umat yang mendambakan spiritualitas dan keadilan, mari kita simak kutipan penuturan Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj.
 
 
 
Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU: wartaaceh.com
 
 
 
“Syekh Abdul Qadir Jailani, dalam kitabnya yang berjudul Al Ghunyah, mengatakan bahwa Asyura itu termasuk 'Asyirul Karomah (hari berkeramat yang ke-10). Peristiwa Asyura disejajarkan dengan peristiwa Nuzulul Quran, Lailatul Qadr, Maulidil Rasul, Isra dan Mi'raj, Yaumil Arafah, Lailatul 'Idain (Idul Fitri dan Idul Adha), dan termasuk yang ke-10 adalah hari yang penuh keramat, penuh kemuliaan bagi umat Islam, yaitu hari Karbala. Artinya, memperingati peristiwa Karbala bukan milik kelompok tertentu, dalam hal ini Syiah, tetapi milik kita semua sebagai umat Islam, terlebih lagi milik NU. NU seharusnya berada di depan, menjadi pelopor dalam memperingati acara ini. Syiah merupakan kelompok minoritas di negeri ini, sedangkan NU adalah kelompok terbesar, jadi seharusnya merasa memiliki hari ini.” (IRIB Indonesia)


source : irib
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Hari Ketika Nabi Muhammad Saw Hilang
Amar Makruf dan Nahi Munkar bukan Kriminal…!
Muslim Fashion Festival Indonesia Digelar Pada 25-29 Mei 2016
Saudi Hancurkan 23 Peninggalan Bersejarah di Yaman
Doa Ahli-ahli Sihir Yang Beriman
Sayyidah Fathimah az Zahra; Biografi dan Kepribadiannya
Silaturrahim Memanjangkan Umur
Bertindak yang Benar Pada Orang-Orang Jahil
Majelis Duka Husaini pada Malam Pertama Muharram di Masyhad
Antisipasi Perusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang

 
user comment