Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Mengenang Imam Jakfar Shadiq as

Kita saat ini berada pada peringatan hari kesyahidan manusia agung dari keluarga suci Rasulullah Saw. Pada tahun 148 hijriah, Imam Jakfar Shadiq as tutup usia pada umur 65 tahun. Dengan kesyahidan beliau, dunia Islam benar-benar merasa kehilangan manusia agung ini. Untuk mengenang sosok mulia ini, kami akan menyampaikan sekelumit bagian perjalanan hidup Imam Jakfar Shadiq as. Sebelumnya, mari kita dengarkan terlebih
Mengenang Imam Jakfar Shadiq as

Kita saat ini berada pada peringatan hari kesyahidan manusia agung dari keluarga suci Rasulullah Saw. Pada tahun 148 hijriah, Imam Jakfar Shadiq as tutup usia pada umur 65 tahun. Dengan kesyahidan beliau, dunia Islam benar-benar merasa kehilangan manusia agung ini. Untuk mengenang sosok mulia ini, kami akan menyampaikan sekelumit bagian perjalanan hidup Imam Jakfar Shadiq as.
 


Sebelumnya, mari kita dengarkan terlebih dahulu hadis Rasulullah Saw berkenaan Imam Jakfar Shadiq as. Beliau Saw bersabda, "Allah akan menganugerahkan kepada keturunanku Muhammad Bagir as seorang anak yang bersifat jujur dan benar. Namanya adalah Jakfar. Ia adalah orang yang berperilaku jujur dan benar. Barang siapa melukai kehormatannya, maka ia telah menyakitiku dan melukai kehormatanku."
 


Ahlul Bait as dalam setiap periode mempunyai perilaku dan perangai yang berbeda-beda dari sisi sosial dan politik. Meski demikian, mereka tetap mempertahankan bendera agama. Cendekiawan kontemporer asal Iran, Syahid Murtadha Muthahhari menulis, "Para manusia suci Ahlul Bait as dalam setiap periode selalu menjaga kemaslahatan Muslimin dan Islam. Setiap periode mempunyai tuntutan zaman yang berbeda-beda. Untuk itu, Ahlul Bait as melakukan tindakan sesuai dengan tuntutan zaman dengan menjaga kemaslahatan Muslimin. Di setiap periode terdapat bentuk front tersendiri dalam melawan kezaliman. Para manusia suci tersebut mampu menentukan bentuk front dengan hati nurani yang sempurna."
 


Mengingat para penguasa saat itu mempunyai taktik tersendiri dalam berkuasa, Ahlul Bait as pun melawan kezaliman dengan cara yang disesuaikan pada zamannya. Banyak cara yang dilakukan Ahlul Bait as dalam membela kebenaran, sekitar dua abad pertama sejak kemunculan Islam. Selain itu, mereka juga menyebarkan pengetahuan Islam dan ajaran-ajaran murni agama ilahi. Tak diragukan lagi, perilaku dan ilmu yang disebarkan Ahlul Bait as menjadi kunci dalam menyelesaikan berbagai masalah saat ini.
 


Periode imamah atau kepemimpinan Imam Jakfar Shadiq as berlangsung selama 24 tahun yang bersamaan dengan pemerintahan lima penguasa Bani Umayah dan dua penguasa Bani Abbas. Puncak persengketaan antara Bani Umayah dan Bani Abbas saat itu menjadi peluang besar bagi Imam Jakfar Shadiq as untuk meluruskan penyimpangan agama selama ini yang diagendakan oleh para penguasa sebelumnya dari masa ke masa.
 


Di masa akhir periode pemerintah Bani Abbas, kondisi umat Islam benar-benar berada dalam kondisi labil. Arogansi dan kezaliman Bani Umayah telah membuat masyarakat muslim saat itu hidup sengsara. Kemiskinan dan kefasadan merata di seluruh penjuru, bahkan spiritual sama sekali tidak mengemuka di masa itu. Ajaran al-Quran dan Hadis Rasulullah yang semestinya menjadi petunjuk masyarakat saat itu, malah disalahgunakan oleh para penguasa lalim, bahkan dijadikan alat kekuasaan. Selain itu, banyak kelompok dan keyakinan yang menyimpang. Di tengah kondisi sulit seperti itu, Imam Shadiq as menggantikan ayahnya, Imam Muhammad al-Baqir as dan memikul beban tanggung jawab yang luar biasa.
 


Imam Jakfar Shadiq as menilai penjagaan keyakinan sebagai misi terpenting yang diembannya pada masa itu. Sebab, banyak kelompok dan pemikiran atheis dan penyimpangan yang berkembang saat itu. Di hadapan kelompok-kelompok menyimpang itu, Imam Jakfar Shadiq as menyampaikan berbagai masalah berharga seperti fikih, akhlak, filsafat, politik, irfan dan tafsir yang semuanya berlandaskan ajaran murni Islam.
 


Selain itu, Imam Jakfar Shadiq as juga mendorong masyarakat saat itu supaya menuntut berbagai ilmu. Pada masa itu, Imam Jakfar mempunyai banyak murid menonjol yang menguasai banyak bidang dan spesial di bidang tertentu. Mir Ali Hindi, seorang ulama kontemporer Sunni ketika berbicara tentang Imam Jakfar Shadiq as, berkata, "Pada masa itu, dialog ilmiah berkembang pesat. Gerakan pemikiran Imam Jakfar Shadiq as meluas di Madinah. Imam Jakfar Shadiq mengenalkan ilmu-ilmu dengan baik. Beliau adalah pendiri akademi Islam untuk pertama kali. Di majelis-majelis beliau terdapat banyak filosof dan pencari ilmu yang datang dari berbagai penjuru. Mereka menuntut ilmu dari sumber ilmu."
 


Imam Shadiq as melalui perkataan dan tindakannya, berupaya mengajarkan masyarakat setempat dengan hakekat al-Quran, sunnah Rasulullah Saw dan hukum-hukum agama. Dari sisi ini, langkah-langkah beliau di tengah masyarakat mengacu pada hakekat al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw.
 


Pada suatu hari, Imam Jakfar datang kepada seseorang, dan berkata, "Salah satu tetanggamu mempunyai sebuah kebun, dan ia tengah membutuhkan uang. Untuk itu, ia menjual kebun itu karena kondisi ekonomi yang labil. Akan tetapi ia tidak menemukan penjual kebun itu. Kemudian kamu memanfaatkan kondisi itu dan membeli kebun itu dengan harga murah. Apakah ini semua benar?" Seseorang itu menjawab, "Iya benar." Imam berkata,"Takutlah kepada Allah dan lupakanlah transaksi semacam ini!"
 


Suatu hari, salah satu sahabat Imam Jakfar mengeluhkan tingginya harga rumah dan meminta tolong kepada Imam Jakfar. Imam berkata kepada salah satu sahabatnya yang bernama Safwan, "Selesaikanlah urusan laki-laki ini..." Setelah satu jam, problemnya selesai, dan Safwan kembali ke Imam Jakfar. Imam berkata, "Safwan, pekerjaan itu bisa jadi kecil bagimu. Akan tetapi karena waktu dan tenaga telah terpakai, maka ketahuilah bahwa pahalamu lebih banyak dari tujuh kali tawaf di rumah Allah Swt."
 


Cara Imam Jakfar Shadiq dan akhlak beliau dalam berdebat dengan para pengingkar Tuhan juga berlandaskan pada logika dan argumentasi. Imam Jakfar juga menjawab pertanyaan-pertanyaan kelompok menyimpang dengan penuh kesabaran. Inilah yang membuat Ibnu Abi Awja', seorang atheis harus mengakui kebenaran yang disampaikan Imam Jakfar. Pada suatu hari, ia bersama salah satu murid Imam Jakfar, Mufadhal. Di tengah diskusi bersama Ibnu Abi Awja', Mufadhal tidak dapat menahan emosinya dan memuntahkan kemarahannya.
 


Ibnu Abi Awja' berkata, "Jika kamu adalah murid Imam Jakfar Shadiq as, maka ketahuilah Imam Jakfar tidak berperilaku demikian kepadaku. Ia menjawab secara obyektif dan tidak bersikap keras seperti ini, bahkan Imam mendengarkan perkataan saya dengan baik hingga saya beranggapan bahwa dia puas dengan penjelasanku. Imam mendengar semua argumentasi dengan baik. Setelah itu, beliau menjawab dengan jawaban yang memuaskan. Jika kamu adalah salah satu sahabat Imam Jakfar, maka berdiskusilah denganku seperti beliau."
 


Imam Jakfar Shadiq as juga menganjurkan masyarakat supaya memperdalam keyakinan-keyakinan agama. Sebab mengenal agama adalah sumber perlawanan terhadap pemerintah yang lalim. Imam Jakfar kepada sahabatnya, Sudair Soirafi mengatakan, "Jika saya mempunyai sedikit sahabat yang setia, maka saya akan merebut pemerintah dari pengambil hak ini atau ghasib."
 


Dalam sebuah kesempatan Imam Jakfar juga mengungkap kebijakan lalim pemerintah saat itu dan mengatakan, "Jika seseorang memuji penguasa yang lalim dan menunduk di depannya untuk mengambil manfaat darinya, ia akan dimasukkan dalam neraka bersama penguasa itu."
 


Sikap transparan Imam Jakfar ini membuat khalifah Abbasi, Mansur marah. Meski demikian, penguasa saat itu ingin mendekati Imam Jakfar dengan berbagai makar, tapi ia selalu gagal dihalau Imam. Kedekatan masyarakat pada Imam Jakfar kian banyak dan kokoh yang tentunya dapat mengancam kekuasaan Bani Abbas. Kondisi itu membuat Mansur tidak dapat tenang, yang pada akhirnya penguasa Bani Abbas itu berniat membunuh Imam Jakfar. Pada tahun 148 hijriah, Imam Jakfar gugur syahid karena racun dan makar Dinasti Bani Abbas. (IRIB Indonesia)


source : irib
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

siapa Adi bin Hatim apa peran dalam berbagai peristiwa masa munculnya Islam?
Bahaya Menyakiti Hati Orang Miskin
Makna Lain dari Kata Al-Ishlah Dalam Al-Qur’an
Tawassul, Tanda Cinta Nabi pada Ummatnya
Apa maksud Tuhan memiliki kehendak untuk memberi rahmat dan menyiksa manusia?
Di Manakah Lelaki Ini?
Ham dan Pemerintahan Imam Ali As
Imam Hasan as Meninggalkan I’tikaf
Filsafat dari Nama Rasulullah Saw
Apa makna makar Tuhan yang disebutkan dalam al-Qur'an?

 
user comment