Indonesian
Thursday 28th of November 2024
0
نفر 0

Toleransi Kunci Keselamatan

Rasulullah Saw dalam nasehatnya kepada Abu Dzar al-Ghifari, sahabat besar beliau, bersabda, "Wahai Abu Dzar! Barang siapa di hari Kiamat tidak membawa tiga bekal ini bakal merugi. Abu Dzar berkata, Demi ayah dan ibuku, apa ketiga bekal tersebut wahai Rasulullah! Sifat wara' (menjaga diri) yang m
Toleransi Kunci Keselamatan

Rasulullah Saw dalam nasehatnya kepada Abu Dzar  al-Ghifari, sahabat besar beliau, bersabda, "Wahai Abu Dzar! Barang siapa di hari Kiamat tidak membawa tiga bekal ini bakal merugi. Abu Dzar berkata, Demi ayah dan ibuku, apa ketiga bekal tersebut wahai Rasulullah! Sifat wara' (menjaga diri) yang mencegah seseorang melanggar yang diharamkan. Kedua sifat hilm (lemah lembut) dalam menghadapi orang idiot dan bodoh. Ketiga adalah akhlak mulia yang mendorong seseorang toleran dengan orang lain."

 

 

 

Pada kesempatan kali ini kami akan membahas sifat toleransi yang ditekankan oleh nasehat Rasulullah Saw kepada Abu Dzar. Toleransi memiliki arti sifat lunak dalam bersikap, interaksi baik dengan warga serta siap menanggung segala gangguan yang dialamatkan kepadanya. Banyak riwayat yang memuji sifat toleran dan menekankan dampaknya baik di dunia maupun akhirat. Di antaranya adalah sabda Rasulullah Saw, "Bertoleransi kepada masyarakat adalah separuh dari iman." Dalam sabda lainnya, toleran terhadap orang lain disejajarkan dengan melaksakan kewajiban. Nabi bersabda, "Kami para nabi diutus untuk bertoleran terhadap masyarakat sama seperti kami diutus untuk melaksanakan kewajiban."

 

 

 

Kendaraan yang mengangkut serta memindahkan jutaan manusia dari satu tempat ke tempat lain pastinya tidak akan mampu melaksanakan tugasnya ini tanpa adanya koordinasi dan fleksibilitas antara komponennya. Dalam hal ini, kehidupan manusia pun membutuhkan sikap toleran dan fleksibel. Dalam kehidupan bermasyarakat, jika semangat toleran tidak bersemayam  di setiap anggotanya maka yang akan terjadi adalah interaksi keras sesama masyarakat. Betapa banyak dari ketegangan, kemarahan dan sikap memisahkan diri dapat diselesaikan dengan sikap toleran.

 

 

 

Ampunan dan toleransi sangat penting dalam pesan para nabi, yang berasal dari Tuhan dan sumber-sumber surgawi. Seorang nabi bertugas mendidik dan melatih orang lain. Agar kebenaran yang beliau sampaikan dapat mempengaruhi hati orang lain, hati beliau sendiri harus berdetak seiring dengan ampunan dan toleransi. Ketika beberapa kesalahan, yang merupakan hasil dari sifat seseorang, bertabrakan dengan suasana toleransi dari orang-orang yang benar, kesalahan-kesalahan itu mencair dan berpendar seperti meteor. Alih-alih membelah kepala seseorang, sepasukan cahaya yang menyerupai lampu menyala di malam perayaan, akan menenangkan mata dan memberikan sukacita ke hati.

 

 

 

Al-Qur'an adalah sumber kemurahan dan toleransi, dan karena konsep-konsep ini telah mengalir ke kita seperti arus yang deras dari Nabi saw, penyampai Al-Qur'an, kita tidak bisa berpikir secara berbeda tentang hal ini. Setiap gagasan yang bertentangan akan berarti sama dengan tidak mengetahui Al-Qur'an dan Rasulullah saw. Dari perspektif ini, karena toleransi berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, maka ia adalah kebajikan alami seorang Muslim dan, karena bersumber dari keduanya, maka ia permanen. Perjanjian yang disampaikan Rasulullah saw kepada orang-orang Kristen dan Yahudi benar-benar layak untuk diperhatikan (teks asli dari perjanjian tersebut disimpan di Inggris hingga sekarang). Dibandingkan dengan prinsip-prinsip yang diajukan Nabi kita, masalah perikemanusiaan sekarang ini belum mencapai tingkat itu, baik dengan deklarasi hak asasi manusia yang dikemukakan di Den Haag, Strasbourg atau yang di Helsinki.

 

 

 

 

 

Sosok manusia paling sabar, Rasulullah saw pernah tinggal bersama berdekatan dengan Ahli Kitab di Madinah. Bahkan, beliau mampu menemukan poin-poin kesepakatan dengan jiwa-jiwa gelap yang, meskipun mereka mengatakan, "kami adalah muslim," tapi terus menerus menimbulkan friksi di mana-mana dan dengan sengaja mencoba mengadu domba satu sama lain. Beliau merangkul mereka dengan cara kesabaran. Pada saat kematian Abdullah bin Ubay, yang telah menjadi musuh seumur hidup, Nabi saw bahkan memberikan kemejanya sebagai kain kafan. Beliau bersabda, "Selama tidak ada wahyu yang melarangku, aku akan menghadiri pemakamannya," dan ia menunjukkan rasa hormat kepada yang meninggal.Tidak ada pesan yang sama atau sebanding dengan pesan yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw kepada manusia. Dengan demikian, tidak mungkin bagi mereka yang mencoba mengikuti "tauladan paling indah" ini untuk berpikir secara berbeda dari apa yang beliau pikir.

 

 

 

Tak dapat dipungkiri dalam kehidupannya, manusia akan selalu berinteraksi dengan orang lain yang terkadang menunjukkan beragam sikap mengingat tujuan masing-masing yang ada kalanya buruk dan merugikan pihak lain. Menghadapi orang seperti ini, sikap apa yang harus kita tunjukkan? Jika menghadapi orang yang kurang ajar dan menunjukkan sikap permusuhan, kita menunjukkan sikap yang sama, maka yang akan terjadi adalah perkelahian dan munculnya berbagai kesulitan.

 

 

 

Dalam kondisi seperti ini, seseorang harus menunjukkan sikap lain dan tidak terseret pada kemarahan dan mambalas perlakuan kurang ajar serta pemusuhan dengan sikap serupa. Menahan kemarahan dan menunjukkan sikap lemah lembut serta toleransi dalam menghadapi orang seperti ini akan menghasilkan kondisi lebih baik. Sebaiknya dalam kondisi seperti ini, seseorang jangan cepat menunjukkan reaksi. Dalam sebagian kasus, seseorang terkadang harus melupakan perlakuan tak baik orang lain. Meski mereka menunjukkan sikap permusuhan, terkadang kita harus melakukan perbuatan baik kepada mereka.

 

 

 

Pengampunan dan toleransi merupakan puncak tertinggi nilai moral, kemanusiaan dan menunjukkan keagungan jiwa seseorang. Sebuah masyarakat yang kokoh bakal terbentuk jika anggotanya mampu menerima keberagaman ideologi dan pemikiran serta melepas sikap-sikap bodoh dan menghiasi diri dengan akhlak mulia. Islam sangat menekankan persatuan, solidaritas dan kasih sayang di antara sesama. Hal ini terlihat dari larangan bagi dua orang beriman untuk tidak saling menyapa dan memutus persaudaraan mereka lebih dari tiga hari. Imam Jawad as bersabda, "Ketika dua orang mukmin memutus persaudaraannya lebih dari tiga hari, maka di hari ketika kami berlepas tangan dari mereka." Dalam riwayat lain disebutkan, Salah satu dari dua orang mukmin -yang tengah bermusuhan- terlebih dahulu memulai pembicaraan dengan saudaranya maka ia akan terdepan dalam memasuki surga.

 

 

 

Biasanya seseorang yang berbuat buruk kepada orang lain pasti menyangka akan mendapat balasan serupa, namun ketika ia menyaksikan perbuatan buruknya bukan saja dimaafkan bahkan dibalas dengan kebaikan, maka bukan saja api kemarahan di dalam dadanya tersapu bersih, bahkan nalurinya akan terbangun. Dengan sendirinya ia akan menghormati orang tersebut dan menganggapnya orang mulia. Di sinilah kebencian akan akan musnah dan yang timbul kemudian adalah kecintaan. Ini merupakan pengaruh besar sifat suka memaafkan dan toleransi.

 

 

 

Sebuah kisah dari kehidupan Ahlul Bait dalam masalah ini dapat kita jadikan sebagai teladan. Disebutkan seseorang dari warga Syam tiba di Madinah. Matanya langsung tertuju pada seseorang yang tengah duduk dipinggir. Perhatiannya tersedot pada orang tersebut. Kemudian ia bertanya, Siapa orang tersebut? Orang-orang menjawab, Husein bin Ali as. Warga Syam yang terpengaruh oleh propaganda busuk Bani Umawiyah terkait keluarga Ali bin Abi Thalib as langsung marah dan menunjukkan sikap permusuhan.

 

 

 

Dalam pertemuan itu, warga Syam tak segan-segan mengumbar seluruh caci makian yang bersarang di dadanya terhadap Imam Husein as. Sementara itu, Imam Husein as tanpa menunjukkan kemarahan dan bahkan dengan pandangan kasih sayang membacakan kepadanya beberapa ayat al-Quran terkait akhlak mulia, suka memaafkan kesalahan orang lain dan menahan kemarahan. Kepada warga Syam tersebut, Imam Husein berkata, "Kami siap memberi pelayanan dan membantu Anda.

 

 

 

Kemudian Imam Husein bertanya kepada warga Syam tersebut, Apakah Anda warga Syam? Pria itu menjawab, Ya. Kemudian Imam Husein berkata, Anda orang asing di kota kami, jika membutuhkan sesuatu kami siap membantu. Jika Anda lapar kami akan menjamu Anda di rumah kami. Jika Anda membutuhkan pakaian dan uang kami akan memberikannya. Warga Syam yang menanti kemarahan Imam Husein atas caci makiannya, dengan heran memandang cucu Nabi ini dan ia pun mengalami perubahan total. Ia berkata, Saat itu Aku berharap bumi terbelah dan Aku ditelan bumi. Saat itu, Husein bin Ali dan ayahnya adalah orang yang paling Aku benci, namun setelah perjumpaan ini, Husein dan ayahnya adalah orang yang paling Aku cintai.

 

 

 

Salah satu pengaruh lain dari sikap toleransi adalah popularitas di mata orang lain. Hal ini disebabkan pertikaian dengan orang-orang bodoh  membuat seseorang jatuh di mata masyarakat. Sebaliknya lapang dada dan kebesaran hati akan membuat seseorang berwibawa dan berkepribadian luhur. Oleh karena itu, Imam Sadiq as bersabda, "Jika kamu ingin terhormat maka bersikap lemah lebih dan kasih sayang lah kalian, namun jika ingin terhina maka bersikap keras lah kalian."


source : alhassanain
0
0% (نفر 0)
 
نظر شما در مورد این مطلب ؟
 
امتیاز شما به این مطلب ؟
اشتراک گذاری در شبکه های اجتماعی:

latest article

Makna Lain dari Kata Al-Ishlah Dalam Al-Qur’an
Tawassul, Tanda Cinta Nabi pada Ummatnya
Apa maksud Tuhan memiliki kehendak untuk memberi rahmat dan menyiksa manusia?
Di Manakah Lelaki Ini?
Ham dan Pemerintahan Imam Ali As
Imam Hasan as Meninggalkan I’tikaf
Filsafat dari Nama Rasulullah Saw
Apa makna makar Tuhan yang disebutkan dalam al-Qur'an?
Pesan Imam Husain as
Masalah Air di Karbala

 
user comment