, dalam kunjungannya ke kota Qom selasa (6/12), Ketua MPR RI Zulkifli Hasan beserta rombongan mengadakan pertemuan dengan ulama besar Iran Ayatullah al Uzhma Nashir Makarim Shirazi di kediamannya. Dalam pertemuan tersebut, dihadapan Ayatullah Makari Shirazi, Zulkifli Hasan mengatakan, “Sebelum ini, kami telah mengadakan pertemuan dengan Presiden Iran, dengan ketua Parlemen Iran dan sejumlah pejabat tinggi lainnya, setelah itu kami ke kota ini sengaja untuk bertemu dengan sejumlah ulama Islam di kota Qom ini. Tradisi umat Islam di negara kami, adalah mengunjungi ulama.”
Lebih lanjut ketua MPR RI melanjutkan, “Umat Islam di Indonesia memiliki mazhab yang berbeda-beda, namun diantara kami tidak pernah terjadi perpecahan apalagi pertikaian, kami menjunjung tinggi semangat persatuan Islam. Buktinya, di Parlemen Indonesiapun anggotanya ada yang bermazhab Syiah.”
Zulkifli Hasan menambahkan, “Sampai saat ini, agenda kami di Indonesia adalah mempelopori persatuan Sunni-Syiah. Konferensi-konferensi persatuan Islam masih terus kami godok dan selenggarakan, khususnya pertemuan-pertemuan ilmiah yang membahas Syiah. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut kami menghadirkan ulama-ulama dan tokoh-tokoh dari Iran, dengan tujuan umat Islam Indonesia bisa mengenal Syiah secara benar, sehingga bisa dibangun kesepahaman.”
“Kemampuan negara kami membangun kebersamaan antara umat Islam tidak lepas dari peran dua ormas Islam yang sangat berpengaruh di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah. Kedua ormas Islam ini menyumbangkan pemikiran-pemikiran brilian dari ulama-ulama dan cendekiawan muslim yang moderat sehingga gerakan takfirisme di Indonesia tidak memiliki tempat. Namun meski demikian, kami akui, saat ini berkembang komunitas-komunitas kecil umat Islam yang berpemahaman takfiri dan sering mengedepankan perbedaan. Kami melihat hal tersebut sebagai tantangan. Hakikatnya, umat Islam indonesia berpemahaman moderat dan sangat mencintai persatuan, oleh karena itu, tidak ada hambatan psikologis sedikitpun bagi kami untuk menjalin hubungan erat dan kerjasama dengan ulama-ulama di Iran.” Tambahnya.
"Konflik yang terjadi disejumlah negara di Timur Tengah yang sedikit banyaknya dipicu oleh isu mazhab menjadi pelajaran besar bagi bangsa kami. Bahwa perbedaan yang dibesar-besarkan dan dijadikan alasan untuk berperang hanya akan menimbulkan kerugian bagi negara dan rakyat secara kesuluruhan. Karena itu, kami senantiasa bersungguh-sungguh menjaga harmonisasi antar umat beragama dengan meminimalisir mungkin perselisihan dan lebih menitikberatkan pada titik persamaan yang ada." Jalas Zulkli Hasan.
Mengenai fenomena takfirisme yang berkembang di dunia Islam, Ayatullah Makarim Shirazi menyebut, akar dari pemahaman tafkiri berasal dari ideologi Wahabi, dan itu tidak dilepaskan dari peran Arab Saudi yang secara massif menyebarkannya di negara-negara Islam.
Ulama Iran tersebut berkata, “Bukan hanya ulama di Iran yang menyebut Wahabi bukan bagian dari Islam, namun juga kesepakatan ulama-ulama al Azhar serta konferensi Islam yang telah berlangsung di Chechnya menyebut Wahabi adalah ideologi berbahaya dan bukan bagian dari Islam.”
Kepada delegasi MPR RI, Ayatullah Makarim Shirazi berkata, “Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia, dan kami sangat mendukung umat Islam di negara kalian berjalan di jalan yang moderat. Jangan beri kesempatan, ideologi takfiri merusak kerukunan di negara kalian.”
“Wahabi kerap melakukan fitnah yang luar biasa terhadap Iran dan Syiah, tujuannya agar umat Islam di Indonesia tersulut emosi dan membenci Iran, khususnya Syiah. Sehingga antara umat Islam disibukkan dengan perselisihan dan pertikaian. Hal ini justru memberikan keuntungan yang besar pada pihak musuh. Sebab kekuatan umat Islam terkuras untuk mengurusi masalah perbedaan dan ikhtilaf yang tidak selesai-selesai.” Tambahnya.
Disebutkan, ketua MPR RI beserta rombongan berada di Iran sampai tanggal 7 Desember. Selain mengadakan pertemuan dengan Presiden dan Ketua Parlemen Iran, Zulkifli Hasan juga mengadakan pertemuan silaturahmi dengan masyarakat Indonesia di Tehran dan di Qom.