Berselang waktu sehari setelah saya dan kawan-kawan saya dari SPI melayangkan laporan kepada saudara Rizieq Shihab di POLDA Metro Jaya, ancaman, teror dan caci maki yang dilancarkan kepada kami begitu masif, baik melalui media sosial dan beberapa juga menelepon langsung ke nomor pribadi kami. Walaupun cukup menganggu, kami tidak terlalu memedulikannya.
Akan tetapi, hal yang cukup menggelikan namun ternyata cukup menganggu ialah tersebarnya tuduhan bahwa saya adalah seorang pengikut Syiah. Tuduhan tersebut dilayangkan hanya dengan dasar foto yang saya unggah ke media sosial Facebook, yang pertama ada foto saya dengan salah satu pembicara seminar di kampus saya dan yang kedua foto saya bersama pimpinan salah satu kampus yang juga dituduh mengajarkan filsafat versi Syiah.
Kenapa saya katakan cukup menggelikan?
Pertama, apakah bisa seseorang menjadi pengikut aliran/mazhab bahkan agama lain hanya karena berfoto dengan salah satu tokoh aliran/mazhab lain?
Perlu saya sampaikan di sini bahwa foto tersebut diambil sekitar dua tahun yang lalu ketika di kampus saya mengadakan seminar Internasional, yang mendatangkan pembicara dari berbagai macam negara yang berhubungan dengan tema seminar kala itu, yaitu filsafat Islam.
Bagi mahasiswa, dosen dan peminat filsafat Islam, pasti tahu bahwa peradaban Persia (kini Iran) memiliki sumbangsih yang cukup besar dalam mengembangkan filsafat dan keilmuan dalam Islam.
Ada begitu banyak tokoh cendekiawan dan filsuf muslim yang berasal dari negeri tersebut. Dan lucunya foto saya bersama tokoh selain Syiah yang juga saya muat di media sosial tidak dimunculkan. Bisa kita lihat bagaimana orang-orang ini begitu rakus mencari celah yang untuk menjatuhkan orang lain.
Kedua, argumen yang menyatakan bahwa ada kampus yang mengajarkan filsafat versi Syiah. Jujur saja ketika saya membaca ini saya tertawa terpingkal-pingkal, saya bertanya-tanya semenjak kapan ada filsafat versi Syiah? Kepada yang menuduhkan hal tersebut saya mohon jawab.
Ketiga, dalam pembelajaran saya, orang Syiah itu tidak akan memproklamirkan kesyiahannya di sembarang tempat, apalagi sampai mengunggah ke media sosial, itu sangat tidak mungkin. Karena kita tahu sendiri bagaimana mazhab/aliran minoritas seperti Syiah diperlakukan seperti apa di Indonesia.
Keempat, saya melihat ada upaya penggembosan dan demonologi Syiah di Indonesia, semenjak muncul pemberitaan bahwa saya Syiah yang kemudian menyebar di media sosial, saya melihat begitu banyak cacian dan stereotip negatif yang dilayangkan terhadap mazhab Syiah, oleh karenanya melalui tulisan ini juga saya ingin memohon maaf kepada saudara-saudara Syiah di Indonesia yang ikut terbawa-bawa dalam kasus saya ini.
Jadi yang ingin saya sampaikan bagi para penebar fitnah, kalian mengaku beragama dan membela agama, kalian bersurban dan berjubah, tapi apakah agama kalian pernah mengajarkan untuk menebarkan kebohongan dan fitnah?
Doddy Abdallah
Mahasiswa Aqidah & Filsafat UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, pegiat kemanusiaan, Aktivis pemerhati dunia pelajar Indonesia.