Sayidina Ali mengalami sakit mata. Saking sakitnya beliau harus berbaring istirahat dan merasakan kesakitan. Rasulullah mendengar kabar bahwa Sayidina Ali sedang sakit. Kemudian beliau menjenguk Sayidina Ali. Karena beliau menyaksikan rintihan Sayidina Ali, beliau berkata, “Hai Ali! Engkau sedang tidak tahan. Sepertinya sakitmu sangat parah.”
Sayidina Ali berkata, “Iya. Selama ini saya tidak pernah merasakan sakit seperti ini.”
Rasulullah Saw berkata, “Maukah aku ceritakan padamu tentang sebuah kenyataan yang lebih sakit dari sakit semacam ini?”
Sayidina Ali penasaran dan mengatakan, “Iya. Saya akan mendengarkan ucapan Anda dengan baik.”
Kemudian Rasulullah Saw berkata, “Ketika malaikat maut datang untuk mencabut nyawa orang yang fasik [pendosa], ia membawa tusuk besi panas. Dengan tusuk besi panas itu ia memisahkan ruh dari badannya. Kemudian, neraka teriak untuk menelannya.
Mendengar ucapan ini Sayidina Ali serentak bangun dan duduk di atas tempat tidur dan melupakan rasa sakitnya seraya berkata, “Apakah dari umat Anda, ada juga orang-orang yang mati demikian?”
Rasulullah Saw berkata, “Iya. Ada tiga kelompok orang yang mati demikian; Penguasa zalim, orang yang makan harta anak yatim dan orang yang bersaksi bohong.”
Ummu Salamah! Mengapa Engkau Menangis?!
Ummu Salamah istri Rasulullah Saw berkata, “Sekali di pertengahan malam saya terbangun dari tidur dan saya melihat Rasulullah tidak ada di tempat tidur. Dari suara munajatnya, saya tahu bahwa beliau sedang duduk di sudut ruangan sedang berbicara dengan Allah Swt. Menyaksikan kondisi spiritual ini saya merasa nyaman. Beliau dengan suaranya yang menyentuh, bermunajat kepada Allah seraya berkata, “Ya Allah! Jangan Engkau kembalikan aku pada keburukan yang Engkau bebaskan aku darinya. Ya Allah! Jangan Engkau jadikan aku sebagai orang yang menyenangkan musuh. Ya Allah! Jangan Engkau serahkan aku pada diriku sendiri meski hanya sekejap mata...”
Lantunan munajat Rasulullah sedemikian rupa sehingga membuatku menangis. Mendengar tangisan saya, Rasulullah menghentikan ibadahnya dan berkata, “Ummu Salamah! Mengapa Engkau menangis?!”
Saya berkata, “Ketika Anda bermunajat demikian, dan memohon kepada Allah agar tidak menyerahkan Anda pada diri Anda meski hanya sekejap mata, bagaimana dengan kami?!”
Beliau bersabda, “Iya. Demikianlah aku harus senantiasa memohon kepada Allah. Karena begitu Allah menyerahkan Yunus kepada dirinya sendiri, ia telah merugi dan kejadian itu terjadi padanya.”
Lelaki Dari Surga
Suatu hari para sahabat Rasulullah Saw duduk bersama beliau. Rasulullah Saw bersabda, “Sekarang seorang lelaki dari surga akan datang kepada kita.”
Para sahabat penasaran dan melihat ke arah jalan. Seorang lelaki yang bersih dan rapi yang telah berwudhu datang mendekat. Para sahabat Rasulullah Saw berkata, “Maksudnya Rasulullah adalah orang lelaki ini?!”
Keesokan harinya, para sahabat Rasulullah kembali duduk bersama beliau. Rasulullah Saw berkata, “Sekarang seorang lelaki dari surga sedang menuju kepada kita.”
Kali ini mereka juga melihat ke arah jalan. Sebentar kemudian, mereka melihat seorang lelaki yang kemarin itu, datang dan mengucapkan salam.
Hari ketiga, kejadian ini terulang kembali dan lelaki tersebut datang menemui Rasulullah Saw. Abdullah anaknya Amr bin Ash bangkit dan berkata kepada lelaki tersebut, “Hai lelaki! Aku meminta sesuatu kepadamu, semoga engkau mau menerima.”
Lelaki itu menjawab, “Katakan apa saja permintaanmu.”
Abdullah berkata, “Tanpa engkau harus penasaran, izinkan aku bersamamu untuk beberapa hari.”
Lelaki itu menerima dan Abdullah bersamanya selama tiga hari. Abdullah mengujinya dan tahu bahwa lelaki ini seperti orang-orang lainnya dan berbeda dengan harapannya, tidak bangun malam untuk salat tahajud. Hanya bangun di waktu subuh untuk mengerjakan salat subuh. Ibadahnya biasa dan tidak ada keistimewaan tersendiri. Itulah mengapa kepadanya Abdullah berkata, “Hai lelaki! Rasulullah menyebutmu sebagai lelaki surga. Aku penasaran; ingin menyaksikan ibadah-ibadahmu dari dekat. Aku ingin tahu, engkau punya kelebihan apa yang membuatmu menjadi penghuni surga. Namun dalam beberapa hari ini aku tidak melihat sesuatu yang luar biasa dan khas pada dirimu. Sekarang katakan, bagaimana Rasulullah menilaimu sebagai ahli surga?!
Lelaki itu berkata, “Rahasia aku menjadi ahli surga tidak pada apa yang engkau cari. Aku adalah seorang lelaki yang tidak pernah mengkhianati siapapun dari orang muslim dan tidak pernah hasud pada siapapun yang diberi nikmat yang banyak oleh Allah.”
Abdullah berkata, “Iya. Kelebihan inilah yang menjadikan engkau sebagai ahli surga. Engkau memiliki sifat dimana kami tidak mampu untuk mendapatkannya. (Emi Nur Hayati)
Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Nabi Muhammad Saw.