Shalat adalah tiang Agama dan alat komunikasi antara hamba dengan sang maha Kuasa. Tidak ada satupun alat komunikasi yang paling ampuh selain Shalat. Terutama shalat malam. Shalat malam adalah kunci segala kesuksesan, baik didunia maupun di akhirat.
Untuk itu Imam Ali as menggambarkan guyuran rahmat dan kasih sayang Allah swt bagi para pelaku Shalat. Imam Ali as berkata, “Jika para pelaku shalat mengetahui sedang diguyur rahmat ilahi, maka ia tidak akan mengangkat kepalanya dari sujud kepada Allah swt ketika melakukan shalat.” (Tashnif Ghurar Al-Hikam wa dhurarul kalam hal.175)
Begitupula Imam Sajjad menjelaskan kepada kita, ketika melakukan shalat, hendaknya lakukan seperti shalat terkahir kita. (Bihar anwar juz.46 hal.49)
Shalat dengan berbagai tingkatannya adalah penghubung kita dan penentu derajat kita dengan Allah swt. Seperti Syeikh Rajab Ali sang Arif terkenal pada zamannya yang dijelaskan dibeberapa kitab melakukan perjalanan ke alam Barzakh ketika masih hidup dan ketika berziarah dan mengucapkan salam kepada Rasulullah saww, langsung mendengar jawaban salam Rasulullah saww dari alam Malakut. Karena mengucapkan salam adalah sunnah, namun menjawabnya adalah wajib dan mustahil bagi Rasulullah saww tidak menjawab salam kita, namun karena dosa kitalah kita tidak mampu mendengar salam Rasululllah saww.
Syeikh Rajab Ali adalah satu diantara Arif-arif lainnya yang langsung mendengar jawaban salam Rasulullah saww dari alam Malakut. Beliau menjelaskan kepada kita bagaimana perjalanan dirinya sehingga mencapai derajat shalat orang-orang merdeka, bukan karena hajat atau sebagai perantara meminta kepada Allah swt.
Dikisahkan, setiap Rajab Ali melakukan Shalat tidak lepas dari meminta hajatnya kepada Allah swt. Sampai suatu ketika ingin melaksanakan shalat, ia bergumam, “ Untuk saat ini saya tidak akan meminta hajat kepada Allah swt dan melakukan shalat hanya khusus untuk Allah swt, tidak karena ada keperluan dan hal lainnya.”
Pada malam itu juga ia bermimpi bertemu seseorang dan berkata, “ Kenapa engkau baru datang sekarang wahai Syeikh?” Syeikh Rajab Ali dengan keheranan berkata, “ Kenapa baru datang sekarang, maksud anda apa?” Orang itu berkata, “ Seharusnya engkau dari 30 tahun yang lalu melakukan shalat seperti sekarang ini, tanpa meminta apapun kepada Allah swt. Hari ini diumur yang sudah senja anda baru berfikir untuk melakukan Shalat kepada Allah swt tanpa meminta hajat apapun. Karena seseungguhnya itulah wujud asli dari shalat. Melaksanakan shalat hanya untuk Allah swt dan menggapai ridha-Nya karena sesungguhnya Itulah Shalat orang-orang merdeka. (Ahrar)
(Sumber: Kitab Pande Hakim, Ayatullah Mujtahidi Tehrani)