Tak diragukan lagi bahwa penjelasan yang luas tentang catatan amal yang terdapat dalam berbagai ayat dan riwayat, khususnya yang berkaitan dengan seluruh rincian perbuatan, ucapan, dan niat, tercatat secara utuh di dalamnya. Maksud utama dari catatan amal semua itu adalah efek edukatif. Berulang kali telah kami katakan bahwa Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa seluruh ajaran-ajaran ini digunakan sebagai media penyucian jiwa, penyempurnaan ruh, penguatan pondasi-pondasi moral dan takwa. Selain itu, catatan amal juga memberikan peringatan kepada manusia untuk berhati-hati atas ucapan dan perbuatannya, karena segala sesuatunya tercatat, dan kelak pada Hari Kiamat akan ditunjukkan kepadanya secara lengkap dan utuh.
Benar bahwa kekuasan ilmu Tuhan berada di atas semua ini. Barangsiapa yang memiliki iman yang sempurna terhadap kekuasaan ilmu Tuhan dan keberadaan-Nya di segala ruang dan waktu, niscaya ia tidak memerlukan kepada catatan amal. Akan tetapi pada umumnya manusia, hal itu dapat menjadi efek yang positif baginya.
Seseorang yang mengetahui bahwa tape recorder senantiasa menyertai langkahnya, dan sebuah kamera yang senantiasa meneropong dan mengambil gambarnya, baik ketika sepi atau ramai, lahir atau batin, luar maupun dalam dirinya, dan akhirnya, seluruh film dan kaset itu menjadi dokumentasi yang hidup dan tidak dapat diingkari, serta akan dibeberkan pada mahkamah besar keadilan, niscaya ia akan selalu berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya. Dengan ini, kekuatan takwa akan berkuasa pada wujudnya, secara lahir maupun batin.
Meyakini adanya catatan amal yang akan mencatat segala perbuatan yang besar dan kecil, iman kepada para malaikat yang siang dan malam bertugas merekam dan mencatat amal perbuatan manusia, dan iman kepada realitas bahwa di Mahsyar, catatan amal ini akan dibentangkan di hadapan seluruh penduduk Masyhar sehingga seluruh dosa yang tersembunyi akan nampak jelas dan hal itu akan mempermalukannya di hadapan kawan dan lawan, iman kepada semua itu dapat menjadi faktor pencegah yang luar biasa terhadap perbuatan dosa.
Sebaliknya, catatan amal orang-orang yang melakukan kebaikan akan menjadi penyebab kehormatan dan kewibawaan mereka. Bahkan, dari perumpamaan kaset dan film yang disebutkan di atas, hal itu lebih utama, tinggi, dan lebih berpengaruh. Motivasi penting semacam ini akan menjadi pendorong perbuatan baik. Akan tetapi, terkadang iman lemah dan terkadang juga hijab lalai akan menjadi penyebab jauhnya manusia dari realitas penting ini. Kalau tidak, iman terhadap kaidah Al-Qur’an ini sudahlah memadai untuk mendidik manusia.[1]
CATATAN :
[1] Tafsir Payâm-e Qur’ân, jilid 6, hal. 107.