Suatu hari, Nabi daud as pernah meminta kepada Allah swt, “Ya Allah, tunjukkan kawanku di surga.”
Allah menjawab, “Engkau ingin tau seorang yang akan bersamamu di surga? Besok pergilah ke pasar dan kau akan menemukan seorang penjual kayu yang berdagang disana.”
Keesokan harinya, Nabi Daud membawa putranya Sulaiman yang masih kecil untuk pergi ke pasar. Dari kejauhan beliau memperhatikan sekeliling pasar. Pandangannya berhenti pada seorang pemikul kayu, inilah orang yang ia cari.
Nabi Daud terus memperhatikan orang ini. Sesaat kemudian ada seorang pembeli yang datang. Terjadi dialog sebentar lalu pembeli ini membayarkan sejumlah uang dan membawa kayunya.
Tak lama kemudian, beliau mendatangi orang ini dan mengucapkan salam. Orang itu pun menyambut salam dari beliau. “Aku ingin menjadi tamu di rumahmu hari ini, sudikah engkau menerimaku sebagai tamumu?”
“Sungguh senang dan bangga aku didatangi oleh tamu semulia engkau wahai Nabi.” Jawabnya.
Akhirnya, mereka bertiga berjalan menuju rumah si penjual kayu. Ditengah perjalanan, ia berhenti ke toko penjual gandum. Uang hasil kerjanya ia gunakan untuk membeli gandum tersebut.
Sesampainya di rumah, ia persilahkan Nabi Daud dan anaknya untuk duduk. Lalu ia menggiling gandum dan membuat 3 keping roti untuk tamunya.
Ketika semuanya telah siap, hidangan telah dihidangkan, ia pun mengangkat tangan dan berdoa,
“Ya Allah, Kau lah yang memberi kekuatan pada kakiku untuk pergi ke hutan.
Kau lah yang membuat tanganku mampu menebang kayu.
Kau lah yang memberi kemampuan padaku untuk mengangkat kayu itu dari hutan ke pasar.
Kau lah yang mengutus pembeli kayu ku.”
Sambil menangis ia melanjutkan doanya, “Gandum yang tadi kubeli dari hasil kerjaku, Engkau lah yang menumbuhkannya. Tangan yang menggiling gandum, Engkaulah yang memberinya. Dan ketika kami akan makan, Engkaulah yang memberi nafsu kepada kami untuk memakannya. Terimalah aku dan syukurku Ya Allah.”
Ternyata inilah kawan Nabi Daud as di surga. Ia adalah seorang penjual kayu biasa yang dicintai Allah swt. Orang ini menjadi teman Nabi di surga karena rasa syukur yang besar kepada Allah. Ia tidak pernah melihat apapun yang ia dapatkan adalah hasil dari usahanya sendiri. Yang ia lihat hanya Allah. Dan tidak ada yang dapat dilakukan tanpa-Nya.
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ -٥٣-
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah.” (An-Nahl 53)