Momen penting dalam kehidupan Imam Hasan Askari as adalah kelahiran putra beliau. Berita gembira sampai ke telinga masyarakat bahwa orang yang akan membebaskan dunia dari penindasan dan ketidakadilan adalah putra Imam Askari tersebut. Ia tidak lain adalah juru selamat umat manusia yang kebangkitannya akan menghapus penindasan di muka bumi. Oleh karena itu, Dinasti Abbasiah mencemaskan kelahiran putra Imam Askari itu.
Imamah dalam terminologi Islam adalah kelanjutan risalah kenabian Nabi Muhammad Saw. Maka tidak diragukan dengan mengikuti ajaran agung ini, umat Islam akan terlindung dari berbagai bahaya dan ancaman, sehingga bisa mengelola urusannya dengan baik. Karena itu pula atas dasar hikmah-Nya dan kebutuhan manusia akan pemimpin, Allah Swt mengangkat para Imam sebagai hujjah-Nya di muka bumi. Hujjah secara etimologi bermakna bukti, dalil atau argumen. Al Quran, akal, nabi dan para penggantinya, begitu juga ulama yang membimbing masyarakat, adalah hujjah Tuhan bagi manusia.
Imam Ali as berkata, bumi tidak akan pernah kosong dari hujjah Tuhan, baik yang kasatmata dan dikenal, maupun yang tersembunyi dari pandangan manusia. Rahasia Ilahi diserahkan kepada mereka dan barangsiapa yang berada dalam lindungannya, maka ia berdiri di jalan kebenaran. Mereka adalah khazanah ilmu Ilahi dan penjaga agama-Nya. Mereka layaknya gunung yang menjulang tinggi sehingga Islam kokoh karena keberadaannya.
Hari ini di tahun 232 Hijriah, di kota Madinah, Imam Hasan Askari as terlahir ke dunia. Di masa kanak-kanak atas paksaan Khalifah Bani Abbas, ia bersama ayahnya Imam Hadi as harus meninggalkan Madinah dan tinggal di kota Samarra, pusat kekuasaan Dinasti Abbasiah kala itu. Meski hidup tidak lebih dari 28 tahun, namun Imam Askari banyak mewariskan ajaran luhur Islam.
Dalam riwayat disebutkan bahwa Imam Askari memiliki perangai yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Beliau memiliki daya tarik akhlak yang begitu kuat sehingga setiap orang yang melihat wajahnya akan terpengaruh. Sejarah mencatat ada orang-orang yang menjauhi Imam Askari karena tidak mengenalnya, namun setelah bertemu dengan beliau, berubah total dan menjadi sahabat setia beliau. Di antaranya cerita tentang dua petugas penjara paling bengis yang ditugaskan untuk menyiksa Imam Askari. Ketika Imam Askari berada dalam penjara Khalifah Abbasi, para tahanan terpengaruh perkataan Imam karena sering bertemu dengan beliau dan mengalami perubahan yang luar biasa dalam dirinya.
Masa kepemimpinan Imam Askari berlangsung sekitar enam tahun dan sebagian besar waktunya dihabiskan dalam pengasingan dan penjara. Imam Askari hidup sezaman dengan tiga khalifah Bani Abbas, Mu'taz, Muhtadi dan Mu'tamid. Di masa tirani Bani Abbas yang begitu keras, Imam Askari punya sangat sedikit kesempatan untuk membuka kelas atau diskusi. Beliau bahkan sangat kesulitan untuk berhubungan langsung dengan masyarakat atau para pencari kebenaran. Oleh karena itu Imam Askari menggunakan berbagai metode, terutama lewat surat menyurat, untuk menjelaskan ajaran Islam.
Ali bin Muhammad Al Maliki yang lebih dikenal dengan Ibnu Shabag, salah satu intelektual terkemuka Islam terkait Imam Askari berkata, dia satu-satunya di masanya, tidak ada yang mampu menandinginya. Dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaannya, ia menyelesaikan satu persatu permasalahan masyarakat. Begitu juga dengan kekuatan pemikirannya, ia mengungkap kebenaran. Para sejarawan sepakat bahwa Imam Askari adalah mata air pengetahuan dan makrifat Ilahi. Beliau adalah orang paling berpengetahuan di zamannya. Ilmu beliau di berbagai bidang, baik ilmu aqli maupun naqli, tidak ada bandingannya.