Sumber :
Buku : taubat dalam naungan kasih sayang
Karya : Ayatullah Husein Ansariyan
Tak diragukan lagi, manusia dalam kehidupannya dikelilingi oleh berbagai nikmat. Baik nikmat materi maupun non materi. Penggunaan nikmat tanpa menyadari dan mengetahui hal-hal seperti siapa pemberi nikmat tersebut? bagaimana dan untuk apa nikmat itu diturunkan? Bagaiman seorang manusia menyikapi nikmat yang diberikan kepadanya? Merupakan cirri-ciri dari hewan yang tidak berpikir.
Orang-orang yang berpikir senantiasa merenungi berbagai nikmat yang mengelilingi dirinya. Mereka melihat nikmat tersebut dengan mata hatinya sehingga menyadari kehadiran Zat pemberi nikmat di tengah penggunaan nikmat itu. Mereka juga memahami manfaat dan tujuan nikmat tersebut serta menggunakannya sesuai dengan keinginan Zat pemberi nikmat.
Berkenaan dengan hal ini, Allah Swt berfirman :
يا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خالِقٍ غَيْرُ اللهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّماءِ وَ الْأَرْضِ لا إِلٰهَ إِلاَّ هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
”Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (surah : Faathir Ayat : 3)
Iya, seluruh nikmat beserta manfaatnya merupakan tanda dan argumentasi dari keEsaan Allah Swt, serta menjadi jalan mudah guna mengenal Rab yang Maha Esa.
Dinukil dari buku taubat dalam naungan kasih sayang, karya Ayatullah Husein Ansariyan.